HAPPY READING
***
***
Sekian detik berlalu Aksa melepas kecupannya, ia dan Neny mengatur nafas yang sulit diatur. Aksa melepaskan cekalan tangannya. Ia menatap Neny membuka mata secara perlahan. Mereka saling berpandangan satu sama lain sekian detik. Aksa kembali berbaring di tempat semula, ia mengatur nafasnya yang sulit diatur.
Aksa memejam kan mata, ia menutup wajahnya dengan tangan. Bisa-bisanya ia mencium gadis muda yang baru dikenal beberapa jam yang lalu. Neny marubah posisi tidurnya menyamping. Sejujurnya ia masih shock atas apa yang telah ia lakukan. Bibirnya masih terasa kebas akibat Aksa yang telah mengobrak abrik bibirnya. Ia tidak habis pikir bisa membalas kecupan pria b******k itu. Kini ia merutuki kesadaran yang sudah kadaluarsa. Ia tidak tahu harus berbuat selain diam dan mengumpat berkali-kali.
Kini mereka saling terdiam dan sibuk dengan pemikiran masing-masing. Mereka melakukan itu benar-benar dalam keadaan sadar. Neny memejamkan mata, jantungnya tidak berhenti maraton. Berhadapan dengan pria dewasa seperti Aksa memang tidak baik untuk kesehatan mental dan fisiknya. Cara terburuk melupakan adalah ketika dia berbaring di sampingmu namun tidak bisa berkata-kata. Namun di sisi lain ia tidak menyukai malam dengan kesunyiannya karena terkadang memicu memorie ingatan membuatnya berpikir tidak terkendali. Ia merasa seperti merenungi nasib yang mendatangkan kesuraman setelah ini.
***
Keesokan harinya,
Lily membuka matanya secara perlahan, awalnya kabur, lama kelamaan ia memfokuskan penglihatannya. Ia merasakan campuran dari kehangatan tubuh dan dinginnya AC. Lily tersadar ada tangan seorang pria dengan posesifnya melingkar dipinggangnya. Lily meraba permukaan tubuhnya, yang tidak mengenakan apa-apa, selain bra dan g-string yang ia kenakan.
“Omaigat !” Lily lalu terperanjat dan tersadar apa yang terjadi padanya. Posisi tidur kini lalu berubah menjadi duduk.
“Buk ...”
“Awwww” ucap Lily reflek karena rasa sakit yang ditimbulkan, ia memegang kepala, akibat benturan kepala dan sisi tempat tempat tidur berbahan kayu.
Teguh membuka mata, ia menatap wanita itu meringis kesakitan sambil memegang kepala. Teguh memegang kepala Lily, memastikan kepala itu tidak terjadi apa-apa. Teguh mengusapnya secara perlahan,
“Are you oke?” ucap Teguh tenang, ia memandang Lily, sepertinya wanita itu dalam shock. Sebenarnya tadi ia sudah bangun terlebih dahulu, namun ia menunggu Lily sadar.
“Sakit” rengek Lily.
“Sini aku usap lagi” Teguh mengelus kepala Lily, ia tidak menemukan benjol pada kepala wanita itu, jadi tidak perlu dikhawatirkan.
Lily kembali sadar apa yang telah terjadi ia menarik badcover hingga ke dagu. Jujur ia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Ia melihat pria dihadapannya juga sedang bertelanjang d**a. Sekali lagi Lily mengintip ke dalam selimut. Memastikan sekali lagi bahwa ia hanya mengenakan strapless bra dan g-string transparan yang hanya berbentuk segitiga kecil dibagian tengah. Selebihnya hanya tali pengikat menampakan seluruh aset miliknya. Kepala Lily kembali pusing, memikirkan bagaimana bisa ia mengenakan pakaian dalam tidak layak seperti ini.
Dalam sepuluh detik ia menatap dan mengintip lagi, ia menggeram. Ia melihat tempat tidur berukuran king size, masih cukup rapi meski terdapat empat bantal extra yang menompang kepalanya. Lily mencoba mengingat apa yang telah ia lakukan tadi malam kepada pria itu. Namun ia hanya mengingat ketika ia meneguk bergelas-gelas brandy, lalu bernyanyi mengikuti irama live musik. Ia tidak tahu berapa banyak alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya. Hingga ia terbangun di kamar hotel yang super elegan ini.
Oh God, pria dihadapannya ini siapa? Apa dia artis? Karena memiliki wajah rupawan. Apa yang telah mereka lakukan tadi malam? Apakah mereka bercinta secara hebat? Dalam lubuk hatinya paling dalam ia melihat secara jelas bahwa pria dihadapannya ini bukanlah p****************g. Ia tidak tahu ia apes atau beruntung ia kini bersama pria memiliki rahang tegas, hidung mancung dan alis tebal. Rambut pria itu sedikit berantakan khas bangun tidur.
Lily mengedarkan pandangan kesegala penjuru kamar, ia mendapati dress nya menggantung secara sempurna di sana. Ia menemukan satu set kemeja dan celana jins yang posisinya berada di samping dress nya. ia yakin itu adalah pakaian milik pria itu. Ia melihat high heels dan tas di dekat sofa. Lily menutup mulutnya dengan tangan agar tidak berteriak. Apa tadi malam ia bercinta dengan pria di hadapannya ini?.
“Apa kepalamu masih sakit?”
Suara berat itu menyadarkan Lily dari lamunannya. Lily mengambil selangkah mundur, ia melihat tubuh bidang pria itu. Otot-otot bisep dari lengan terlihat jelas di sana.
“Jangan mundur, nanti kepala kamu terbentur lagi” ucap Teguh memperingatkan.
Lily tidak mengatakan bahwa pria itu buruk, bahkan terlalu sempurna menurutnya. Wajah itu tidak terlalu ganteng, namun garis-garis rahang terlihat sangat kuat serta suara beratnya membuat auranya sangat sexy. Daya tarik pria itu terlalu kuat dan misterius.
“Aku di mana?” tanya Lily terbata. Karena ia sadar bahwa pria itu hanya mengenakan boxer berwarna hitam yang tergantung di pinggul. Entah apa yang terjadi jika ia menarik celana itu hingga ke bawah. Apa ia harus bercentil-centil ria, memeluk pria itu dan melakukannya lagi di pagi hari, hingga melepaskan hasrat yang sudah lama ingin ia lakukan, dan itu membuatnya sedikit bahagia menjalani aktifitas.
Lily kembali mengumpat, ia tidak percaya apa yang telah ia pikirkan, kenapa otaknya berpikir ingin melakukan sesi bercinta dengan pria yang tidak ia kenal. Ia membuang pikiran kotornya.
Teguh menatap wanita itu secara intens, “Are you thinking about me?” ucap teguh.
Lily mendengar secara jelas aksen british yang diucapkan pria itu, ia tahu bahwa aksen british lebih susah dipahami.
“No, I don't think about you. Kepalaku masih pusing” Lily memberi alasan.
“I must go home” ucap Lily lagi.
“Tidak perlu buru-buru, ini hari Minggu” ucap Teguh lalu menyungging senyum. Ia melihat jam yang ia letakan di nakas menunjukan pukul 06.30 menit.
“Masih terlalu pagi, untuk pulang” gumam Teguh.
Lily mematung menatap pria itu, bisa-bisanya dia mengatakan bahwa ini terlalu pagi, sementara hatinya tengah maraton memikirkan apa yang telah mereka lakukan tadi malam.
“Kamu nggak ingat apa yang telah kita lakukan tadi malam?” tanya Teguh ia menyandarkan punggungnya di sis tempat tidur.
“Enggak, apa yang telah kita lakukan?” Lily menyelipkan rambut di telinga, ia kembali memandang pria itu.
Teguh kembali berpikir beberapa detik, “Kita melakukan tidak seharusnya tidak kita lakukan”
“You know, kita ada di mana sekarang”
“Kamar hotel …” ucap Lily pelan.
“Iya kamar hotel”
“Hotel mana?”
“Four Season” ucap Teguh.
“Kalau di kamar hotel seperti ini, biasa ngapain?”
“Mungkin tidur”
“Lebih dari sekedar tidur” gumam Teguh.
Lily memegang d**a karena jantungnya berdegup kencang tidak terkendali. Ia mencoba berpikir apakah tadi malam ia bercinta? Ia ingin bertanya namun bibirnya seakan kelu, dan merasa tidak pantas dipertanyakan. Kemungkinan besar ia bercinta dengan pria itu, apakah mungkin? Apakah mereka mengenakan kondom? Ia berharap pria itu mengenakan pelindung, kalau tidak ia bisa hamil seperti cerita di n****+-n****+ romance kebanyakan.
Sial, ia pernah bercinta dengan mantannya terdahulu dan beberapa kali tanpa pengaman dan semuanya baik-baik saja. Ia tidak hamil karena mereka melakukannya juga tidak sering, karena menjalin hubungan LDR. Jujur ia bukan gadis suci, karena setiap menjalin kasiih dengan pria. Hubungan ranjang selalu dilaksanakan, karena ia juga menyukainya. Kadang malam tiba ada terbesit untuk melakukannya, mampu membuat kualitas tidurnya semakin baik dan efek bahagia ditimbulkan.
Lily tahu sampai saat ini orang tua dan saudaranya menganggap bahwa dirinya masih perawan. Karena jujur ia bukanlah gadis gaul yang sering keluar malam. Bahkan kadang diapeli pacar lewat virtual dan di rumah saja. Ia juga bukan gadis yang merantau kuliah di luar negri, hampir seluruh hidupnya ia berada di Jakarta. Namun siapa sangka bahwa diriny yang dianggap gadis lugu, sering melakukan itu. Siapa yang tidak menduga mereka sering chek in pada siang hari.
Sejujurnya ia sudah dikasih tau oleh mama dan papa dirumah bahwa bercinta diluar nikah adalah hal yang tabu. Oleh sebab itu ia tidak pernah bercerita apa-apa soal asmaranya kepada keluarga terdekatnya. Mungkin mereka sekedar tahu bahwa ini loh pacar Lily. Lalu mendengar kata putus sudah tidak asing ditelinga mereka. Nggak akan ada yang percaya bahwa ia sudah tidak perawan lagi. Karena mereka pasti mikir bahwa ia bukan tipe wanita yang senang ML sama prianya.
Lily menelan ludah, menatap pria itu. Pria itu menatapnya balik, dia mengulurkan tangan.
“Aku Teguh”
Lily memandang pria itu mengulurkan tangan dihadapannya. Ia membalas uluran tangan pria bernama Teguh, “Lily”
Lily merasakan tangan hangat menyentuh permukaan kulitnya. Aliran darah seolah masuk ke dalam tubuh dan memberi atmosfer baru dalam hidupnya. Lily lalu melepaskan tangannya dan seketika ia merasa lega.
“Apa tadi malam kita bercinta?” tanya Lily, ia mencoba meraba permukaan g-string dibalik selimut, tidak ada dalam keadaan basah di sana. Oh tidak, kenapa ia menyentuh pemukaan itu membuat dirinya b*******h.
“Menurut kamu?”
“Aku tidak tahu, karena aku nggak ingat”
“Apa kita harus melakukannya lagi agar kamu ingat?” ucap Teguh menyeringai nakal. Ia tidak menyangka bahwa gadis terlihat lugu itu memiliki sisi liar yang tidak orang tahu. Wajahnya bak bidadari, karena kulitnya putih.
Lily mengusap wajahnya dengan tangan, “Oh Jesus? Really?”
“Yes”
“Apa kamu pakai pengaman?”
“Apa enaknya menggunakan pengaman Lily”
“Anggap saja itu khilaf” ucap Lily pada akhirnya, jika sudah terjadi mau diapakan lagi, ia pasrah. Setelah ini ia akan melupakan pria bernama Teguh. Ia akan menganggap bahwa ini adalah one night stand yang baru pernah ia lakukan seumur hidupnya.
Lily menyibak bedcover, ia tidak peduli pria itu melihat bokongnya dan memamerkan tubuhnya setengah telanjang itu. Namun tangan hangat itu kembali menarik tangannya, sehingga tubuh terduduk di tempat tidur.
“Kamu mau ke mana?”
“Aku harus segera pulang, thanks untuk malam ini” ucap Lily.
Teguh mengalihkan pandangannya ke arah tubuh mulus Lily. Dia memiliki d**a yang tidak terlalu besar namun tidak terlalu kecil. Ia sulit berpikir jernih melihat wanita itu hanya mengenakan g-string. Ia bisa melepaskan g-string itu dalam satu detik.
“Kita lakukan lagi” Teguh tidak bisa konsentrasi penuh apa yang ia lihat.
“Kamu sangat mengerikan” ucap Lily, ia mengambil bantal, karena ia melihat Teguh sudah trun-on.
“Kamu pasti menyukainya”
“Aku tidak akan melakukan itu dengan pria yang baru aku kenal, menyingkir lah” Lily mencoba melepaskan cekalan tangan Teguh.
“Lily Pamela”
“You know my full name?”
“I saw your id card, your bag”
“Kamu benar-benar tidak sopan”
“Aku harus tahu siapa wanita yang tidur denganku, dan aku melihatnya”
“Harusnya kamu tidak perlu tahu siapa aku. Kita lupakan apa yang terjadi dan aku berharap kita tidak bertemu lagi” ucap Lily lalu menghindari Teguh dan melangkah menuju kamar mandi. ia akan membersihkan diri dan setelah itu pulang.
Lily teringat bahwa tadi malam ia bersama Neny, ia tidak tahu kenapa Neny tega meninggalkannya. Di mana Neny? Apakah wanita itu baik-baik saja? ia akan menghubungi Neny setelah ini. Bisa-bisanya ia lupa dengan sahabatnya sendiri. Ia ingin tahu apa yang terjadi tadi malam kepada Neny.
Sementara Teguh mengambil remote Tv dan menghidupkan tombol power. Seketika TV menyala ia mendengar suara air mengalir pada kamar mandi. Ia menyungging senyum, wanita bernama Lily tidak buruk menurutnya. Ia pastikan setelah ini akan ada pertemuan-pertemuan selanjutnya. Ia yakin pada akhirnya dengan jarak yang memisahkan raga. Tak pernah sanggup menjauhkan wajah dan mata saat mereka saling menatap. Ia tidak pernah menemukan minuman yang meninggalkan rasa lebih manis dan lezat dari pada Lily.
“Where's Neny?” tanya Lily keluar dari kamar mandi. Wanita itu mengenakan handuk kimono dan terlihat panik.
“Who is she?”
“Teman aku tadi malam, dia bersama ku”
“I don't know, last night you were alone” ucap Teguh menjelaskan.
“Telfon dia sekarang” Teguh mencoba mengingatkan.
Lily melangkah menuju tas miliknya, ia menatap ponsel ia mendapati beberapa notifikasi masuk dari Neny.
“Beb lo di mana? Gue di Gunawarman. Gue nggak bisa balik kalau lo nggak balik”
Neny
Lily lalu membalas pesan singkat itu,
“Beb, gue samper lo sebentar lagi”
Lily.
Teguh menatap itu lalu menyibak bedcoverny, ia memandang Lily, “Apakah itu dia?”
“Yes”
“Teman kamu ada di mana?” tanya Teguh penasaran.
“Gunawarman”
“Wait five minutes, I'll take you”
“Oke”
***