Bab 6

2576 Words
HAPPY READING *** Neny membuka matanya, semalam ia benar-benar tertidur tepat di samping pria bernama Aksa. Neny merenggangkan otot tubuh, ia merubah posisi tidur menyamping, menatap pria yang masih tertidur itu. Neny memandang Aksa, pria itu bisa dibilang tampan, hidungnya mancung, alisnya tebal dan bibirnya berwarna merah alami. Bukan jenis pria perokok seperti kebanyakan pria. Jujur pria itu terbilang tampan menurutnya, pantas saja dia mengatakan banyak wanita diluar sana banyak menyukainya. Ia memandang garis tegas dan bulu-bulu halus sekitar rahang menutupi wajah itu. Neny teringat jelas bahwa tadi malam mereka berciuman. Jujur ia memang bukan gadis suci yang tidak berciuman, ia pernah melakukan itu bersama mantan-mantannya terdahulu. Ciuman yang dilakukan Aksa semalam masih membekas di dalam ingatannya. Neny memegang bibir, ia teringat bagaimana lidah Aksa bermain di dalam rongga mulutnya dan menghisap bibir bawahnya. Pikiran kotornya mulai merajai pikirannya saat ini. Ia hampir gila bahwa jika ia menginginkannya lagi, karena sudah hampir satu tahun lamanya ia menjalin hubungan dengan pria. Neny menelan ludah ia lalu menyibak bad cover, namun ada suatu yang menarik tangannya. Lalu tubuhnya jatuh lagi ke tempat tidur. Neny terperangah karena tubuhnya ditarik oleh tangan kokoh itu, kini ia sudah berada di dalam dekapan Aksa. Hembusan nafas Aksa terasa di permukaan wajahnya. Mereka saling berpandangan satu sama lain sekian detik. Neny menelan ludah, ia merasakan tangan Aksa melingkar pinggangnya. Aksa menatap secara jelas garis wajah Neny. Bisa dikatakan bahwa Neny itu termasuk gadis yang cute, bisa dibilang cantik. Banyak sekali wanita-wanita di luar sana yang sering ia temui bahkan mereka lebih cantik dari Neny. Dan entah kenapa pilihannya jatuh kepada gadis muda dan keras kepala ini. Ia juga tidak percaya bahwa ia dan Neny benar-benar tertidur dan tidak melakukan apapun di dalam kamar hotel ini. Lihatlah betapa cantiknya kamar hotel ini bahkan ada bathup di dekat jendela yang bisa membuatnya sedikit bersenang-senang mengawali hari Minggu pagi berendam di air hangat dengan aroma therapy yang menyegarkan bersama gadis muda ini. Namun ia bertahan tidak melakukan hasrat duniawinya sebagai seorang pria. “Apa yang kamu lakukan?” ucap Neny pelan, tangannya berada di d**a Aksa. Neny merasakan betapa kerasanya d**a bidang itu dan otot-otot tubuh itu terlihat jelas. Ia yakin Aksa membentuk tubuh sempurna ini dengan rajin berolahraga. “Just hug” gumam Aksa. Tangan kirinya beralih menyentuh rambut panjang Neny secara perlahan. “Rambut kamu bagus” Aksa merasakan betapa halusnya rambut Neny. “Thank you” ucap Neny pelan. “I still remember how I kissed you” Aksa menelan ludah, tatapanya beralih ke bibir tipis Neny. Bibirnya merah muda dan terlihat lembut. Inginnya melumat bibir itu lagi sebagai pembuka di Minggu pagi. “Aku tidak ingin mengingatnya” ucap Neny. Neny merasakan nafas dari d**a Aksa. “Why? Padahal kamu juga menyukainya” Aksa melihat belahan d**a Neny dan tubuh mereka tidak ada jarak lagi. Neny juga tidak menyikir dari tubuhnya. Tangannya menyentuh punggung Neny yang terbuka, ia bisa saja membuka reseliting belakang dalam tiga detik, jika ia ingin, namun ia masih menahannya. “Lupakan” “Oke, What's your full name?” ucap Aksa, ia mengganti topik pertanyaan. Lihatlah betapa intimnya posisi mereka seperti ini. “Neny Beatrix” “Beautiful name” “Thank you” “Do you still live with your parents?” tanya Aksa, meraba sekilas b****g Neny. “Yes, how about you?” “Aku tinggal sendiri di apartemen” ucap Aksa. “Apartemen mana?” “Casa Grande” Neny memutar ingatannya, sepertinya ia pernah mendengar apartemen itu, “Casablanca?” “Yes. Mau ke apartemenku?” “No” “Let's, making love” “No” Neny tersadar, ia lalu melepaskan diri dari pelukan Aksa, ia lalu berdiri, bisa-bisanya ia merasa nyaman dengan dekapan Aksa. Neny menggulung rambutnya, lalu melangkah menuju tasnya. Ia memandang notifikasi masuk dari Lily. Ia bersyukur bahwa Lily sudah sadar dan akan samper ke sini. “Beb, gue samper lo sebentar lagi” Lily. Neny membalas pesan singkat itu, karena pesan singkat itu baru dikirim lima menit yang lalu. “Oke, gue tunggu di lobby” Neny. Neny memandang Aksa, “Lily sudah menghubungiku dan aku harus pulang” ucap Neny memberitahu Aksa. “Ketemu di mana?” tanya Aksa, padahal ia ingin berlama-lama dengan gadis muda itu. “Di lobby” Neny lalu berlalu menuju ke arah kamar mandi, ia akan mandi sebentar. Setelah itu mereka pulang. Ia berharap tidak bertemu dengan pria bernama Aksa lagi. Ia akan melupakan pertemuan mereka. Neny membuka pakaiannya dan menghidupkan shower. Betapa nyamannya mandi air hangat seperti ini, ia tahu air hangat memiliki manfaat untuk melancarkan peredaran darah. Ia juga tahu bahwa tubuh akan melepaskan hormon endorphin, yaitu zat kimia yang dapat memberikan rasa nyaman dan bahagia. Ia merasakan tubuhnya lebih rileks. Neny mengambil handuk, ia mengeringkan tubuhnya. Ia mencoba berpikir bahwa di sini ia bersama pria bernama Aksa. Pria itu masih sopan menurutnya, karena Aksa bukan terlihat seperti pria b******n yang masih tidak menyalurkan hasrat duniawinya sebagai seorang pria. Walau pria itu sudah berani menciumnya. Oh Neny … ! Apa yang telah ia pikiran? Ia masih membela pria yang jelas-jelas mencium dan berani menyentuh bokongnya. Apa ia sudah gila ? Mengatakan bahwa Aksa masih sopan? Jelas-jelas pria itu adalah pria b******k. Sepertinya ia harus ke psikolog membenarkan pikirannya. Neny memakai pakaiannya kembali dan lalu keluar. Ia memandang Aksa di sana, pria itu sedang menonton siaran TV. “Apa nggak sarapan dulu sebelum pulang?” ucap Aksa memandang Neny. “Enggak deh kayaknya, nanti aku sarapan dengan Lily aja, mungkin sekarang lagi di jalan” Neny mencoba memberitahu. “Oke” Aksa lalu berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Neny mengambil tasnya, ia bersyukur membawa alat makeup darurat selalu ada di dalam tas setiapnya, ia mengoles sunscreen pada wajahnya. Lalu mempertajam alis dengan eyebrow. Setelah itu ia mengoles lipstick berwarna nude. Ia memandang penampilannya, ia sudah terlihat lebih segar dari pada sata bangun tidur tadi. Walau tidak full makeup seperti tadi malam. Neny memang tipe wanita yang selalu menjaga penampilannya. Terkadang banyak wanita mengatakan bahwa menjaga penampilan suatu yang ribet. Pola pikir itu tentu saja harus dihilangkan bahkan dimusnahkan dalam bumi ini. Logika saja, jika berpenampilan menarik maka ia merasa dihargai dan menjadi point plus. Tidak perlu memiliki wajah rupawan cukup menjaga kerapian diri serta wangi itu sudah cukup. Penampillan menarik juga dapat memudahkan untuk mendapat pasangan. Banyak orang masih terjebak dalam situasi mencari cinta sejati tak kunjung datang. Mungkin faktor mempengaruhi itu yaitu biasa kebanyakan buruknya penampilan. Neny menyemprotkan parfume pada lehernya. Beberapa menit kemudian, ia memandang Aksa keluar dari kamar mandi. Handuk putih itu melingkar di pinggulnya. Sepertinya pria itu sengaja memerkan bentuk tubuh di hadapannya. Neny mengalihkan pandangannya ke cermin, ia menyisir rambut agar terlihat rapi. Ia melihat Aksa dari arah cermin, pria itu mengenakan kemeja hitam yang tadi malam. Ia hampir gila bagaimana bisa ia melihat pria berpakaian terkesan sangat sexy. Aksa mendekati Neny yang berada di depan cermin. Kini Aksa melihat penampilan Neny sudah rapi, dan rambutnya tertata rapi. Ia mencium aroma parfum segar aroma musk dan woodsy, memiliki aroma intim yang khas. “Padahal aku ingin kita bermalas-malasan di kamar di kamar, walau sekedar menonton TV” ucap Aksa, karena kini mereka sudah akan pulang. Ia mengambil sisir kecil Neny, dan merapikan rambutnya. “Emang dokter nggak ada libur?” “Ada Neny, sabtu minggu kita libur. Di dunia kedokteran kita ada istilahnya “First do no harm” dokter diingatkan untuk melindungi diri sendiri terlebih dahulu sebelum menolong orang lain. Aku kerja 8 jam di rumah sakit. Namun aku memiliki praktik di tiga tempat, hingga membuat aku setiap hari pulang delapan malam, dari hari Senin dan Jum’at” “Dokter juga seorang manusia, punya kehidupan pribadi dan keluarga. Namun banyak yang menganggap bahwa dokter tidak etis bahwa dokter libur dihari Sabtu dan Minggu, karena sakit tidak dapat diprediksi datangnya” “Bagaimanapun juga dokter adalah manusia. Butuh istirahat, butuh makan, dan butuh waktu untuk kehidupan pribadinya. Dokter yang stress, capek, dan mengantuk tentu menyebabkan pelayanan menjadi kurang optimal. Jika dokter senang, pasien tentu akan mendapat pelayanan penuh senyum dan lebih teliti” Neny menarik nafas menatap Aksa, “Apa kamu suka menjadi dokter?” “Ya tentu saja, medis merupakan bagian dalam hidup aku” “Kenapa pilih menjadi dokter spesialis anak?” “Karena aku melihat anak itu unik, ada proses tumbuh kembang anak. Walau aku tahu bahwa semua spesialis punya ciri khas tersendiri” “Kamu senang melakukannya?” “Iya tentu saja” Neny menatap Aksa, pria itu menyerahkan sisir kepadanya. Ia mengambil sisir berwarna bening itu ke dalam tas nya kembali. Neny memutar tubuhnya menghadap Aksa. Ternyata tingginya hanya sebatas bahu pria itu. Ia terlihat sangat pendek sekali jika diukur seperti ini, hingga jika melihat Aksa, perlu mendongakan kepala. “Kamu pendek sekali ternyata” ucap Aksa lalu tertawa. Karena tubuh wanita itu hanya sedadanya, terlihat sangat mungil. Ia tidak bisa membayangkan betapa nyamanya mengangkat tubuh Neny dan bercinta sambil berdiri juga bisa ia lakukan. Ia ingin tahu bagaimana rasanya melakukan itu dengan berbagai gaya. Oh Tuhan, pikirannya sudah liar kemana-mana. Ia pastikan akan merasakan itu bersama Neny. Bibir Neny maju satu senti, “Emang pendek, kalau mau tinggi pacaran aja sama model” dengus Neny, ia mengenakan high heels nya. “Tapi wanita pendek selalu kelihatan cute” ia terseyum memandang Neny, walau wanita itu memakai high heel tetap tidak terlihat tinggi. Namun mantan-mantannya terdahulu memiliki bentuk tubuh proporsional. “Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kita berciuman sambil berdiri dan menggendong kamu seperti bayi” Aksa tertawa. “Berhentilah tertawa, tidak ada yang lucu” dengus Neny. Neny melangkah pintu utama, ia dan Aksa bersiap untuk keluar dari kamar hotel. Aksa tersenyum penuh arti ia menyeimbangi langkah Neny, terlihat jelas bahwa wanita itu tidak suka. Aksa melirik Neny yang hanya diam menuju pintu lift. Neny melihat ponselnya ada notifikasi masuk dari Lily. “Gue udah di lobby” Lily. Neny membalas pesan singkat itu, dan lalu mengetik, “Oke, ini udah di lift” Neny. Aksa menatap Neny, “Dia ada di mana?” “Di lobby” Aksa hampir tidak percaya bahwa ia dan Teguh malah berkenalan dengan gadis muda yang notabene pertemanannya juga sangat erat. Ia akui dua gadis itu memiliki wajah rupawan. Jika Teguh berhasil mendapatkan Lily ia juga akan mendapatkan Neny. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika mereka liburan berempat ke Bali walau cuma tiga hari saja. Apa ia harus melaksanakan, rencanya kepada Teguh? Sepertinya ia bisa mengatur strategi itu nanti. Aksa dan Neny menuju lobby, ia melihat wanita mengenakan dress hitam yang ia lihat mabuk tidak sadarkan diri. Teguh menyungging senyum, ternyata wanita bernama Neny itu bersama Aksa. Mereka sama-sama melakukan hal sama dan gila, kepada dua gadis cantik ini yang ia kenal tadi malam. Ia memperhatikan gadis itu, tubuh wanita itu hampir sama dengan Lily, dan kulitnya sama-sama putih bersinar, mungkin karena perawatan yang sama. “Lily …!” Neny melangkah cepat menuju Lily, ia memastikan Lily baik-baik saja. Ia memeluk tubuh ramping Lily. “Neny !” “Gue khawatir banget sama lo beb. Ya ampun, gue takut lo hilang ke mana” ucap Neny lagi. “Gue juga, khawatir sama lo beb” Lily membalas pelukan Neny. Sekian detik ia merenggangkan pelukannya, mereka berdua akhirnya dipertemukan di sini. Neny melepas pelukannya, ia memandang pria bertubuh bidang yang tidak jauh darinya, ternyata dialah yang membawa Lily dalam keadaan mabuk tadi malam. “Kita langsung pulang ya, makasih sebelumnya” ucap Neny, ia tidak ingin berlama-lama dihadapan pria itu. Begitu juga dengan Lily, karena kedua pria itulah yang memisahkan ia dan Neny. “Mau dianter?” tanya Teguh. “Nggak usah, mobil kita masih di Leon, kita pakek taxi aja. Lagian nggak terlalu jauh dari sini” ucap Lily lalu menarik tangan Neny keluar dari lobby. Aksa dan Teguh menatap Neny dan Lily menghentikan taxi di depan lobby. Mereka saling berpandangan satu sama lain seketika tertawa secara bersamaan ketika melihat Neny dan Lily masuk ke dalam taxi blue brid berwarna biru. “Yuk sarapan” ucap Aksa melangkah menuju restoran, mereka akan bercerita banyak tentang dua gadis yang baru ditemuina tadi malam di Bar. “Tadi malam mereka tuh berdua?” tanya Teguh, karena ia baru tau ternyata Lily tidak sendiri. “Iya, namanya Neny mereka sahabatan gitu. Katanya tadi malam dia ke WC sebentar. Dia panik nyariin si Lily yang udah nggak ada di table, terus kata server temennya itu ke meja kita. Kebetulan lo udah keluar duluan sama si Lily. Jadi dia sama gue. Dia nggak bisa pulang kalau Lily nggak pulang juga, karena mereka tetanggan” “Lo enggak nelfon gue” ucap Teguh. “Gue sengaja nelfon nomor lo yang lama” “Kan nggak aktif, men” “Sengaja” Aksa lalu tertawa. “Asem, lo !” ucap Teguh lalu tertawa, ia meninju bahu Aksa. Mereka melihat ada beberapa tamu mengisi kursi kosong. Mereka tertawa terbahak-bahak, sebenarnya bukan diumur mereka seperti ini untuk bermain-main dalam hubungan. Mereka pria dewasa yang sedang mencari tambatan hati. Aksa dan Teguh menuju meja buffet, mereka mengambil kopi, sandwich dan croissant. Mereka duduk di table yang masih kosong. Aksa dan Teguh menyesap kopi sambil menyantap sandwich. “Lo ngapain aja sama Neny? dia sadar loh ya, bukan kayak Lily, nggak sadar” “Enggak ngapa-ngapain” “Bohong banget, wajah lo ceria gitu” ucap Teguh menyesap kopi sambil melirik Teguh. Aksa lalu tertawa, ia melirik Teguh, “Just a kiss” “Really?” “Yes” “Gu suka wanita muda itu, she is beautiful, young and fresh” ucap Aksa. “Exactly. gue juga mikirnya gitu,” Teguh lalu tertawa. “How do we get it?” Aksa menyeringai karena hati lebih ingin mendapatkan Neny. “I don’t know. I don't have Lily's phone number. Lo punya nggak?” “Aku juga nggak punya men” Teguh memakan sandwich nya, “Tapi gue kemarin liat kartu namanya, Lily Pamela, dia owner Bertha skincare. Biasa cewek-cewek seperti mereka pasti selebgram-selebgram, yang punya puluhan ribu follower di akun i********:. Mereka berdua cantik, fashionable dan Independent” Aksa lalu merogoh ponsel, benar kata Teguh bahwa kedua wanita itu menyukai fashion, dan kecantikan. Semua itu pasti ada di i********:. Aksa mencari di akun pencarian dan mengertik Neny Beatrix. Pencarian itu sudah ia temui dan benar. Neny Beatrix memiliki 40K follower di i********:. Ia melihat berbagai macam foto-foto cantik wanita terpajang di sana. Lihatlah betapa cantiknya Neny di sana, bahkan foto-foto banyak diambil saat liburan di Eropa dan Bali. “Benar kata lo, gue sudah menemukan akunnya” ucap Aksa. “Gue juga udah ketemu akun Lily” ucap Teguh, ia melihat akun Lily Pamela memiliki 45 K follower di i********:. Foto-foto cantik Lily terpajang di sana. Dan ada beberapa foto Lily dan Neny di sana. “So” Aksa memandang Teguh. “Get her” “Oke” Teguh dan Aksa kembali tertawa, mereka pria dewasa dan menyukai wanita cantik seperti Lily dan Neny. Mereka dua orang pria yang selalu memandang wanita dari segi fisik. Ketika pria tidak melihat wanita dari segi fisik itu memang bohong. Walaupun dikibarkan panji-panji yang menyatakan pria tidak memandang wanita dari fisiknya itu hanyalah mitos. Mereka pria lebih suka memperhatikan dibanding diperhatikan. Mereka juga percaya dengan pepatah yang mengatakan bahwa cinta itu dari mata turun ke hati. Pada pertemuan pria akan terpana dengan penampilan dan lalu menyelami hatinya. Mereka percaya bahwa pria yang tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD