Bagian 3

1504 Words
Esok harinya... Arka masuk ke kamar kosong sambil memegang palu, ia melihat ke dinding yang ia akan pecahkan agar dua ruang menjadi satu. Arka mulai mengayunkan palunya dan hendak memukul dinding tapi saat hendak mengayunkan palu ke dinding suaminya Rina masuk dan bersandar di dinding. ''Jangan lakukan sekarang, Sabrina masih tidur.'' Katanya. Arka menurunkan palunya dan mengangguk dan memilih untuk berjalan kearah jendela dan melihat pemandangan taman belakang. ''dulu ini kamarnya Rana, kakaknya Rina tapi sekarang ia sudah tiada.'' Kata Danna. ''Dan kamar ini akan menjadi milik Rina.'' Jawab Arka. ''Iya, daripada dibiarkan kosong lagian barang- barang Rana sudah dibuang oleh kedua orang tuanya.'' Arka mengalihkan pandangannya dari jendela dan melihat keadaan kamar yang memang kosong hanya menyisakan lemari putih dan juga ranjang yang tertutup kain putih. ''Harusnya barang- barang itu masih ada sebagai kenangan bukannya di buang kecuali ada maksud yang di sembunyikan.'' Jawab Arka logis. Arka mengayunkan palunya dan langsung menghantam dinding. Dentuman di samping membuat Rina terganggu ia terbangun dan melihat ke dinding kamarnya. Ia tau pasti ini kerjaan Arka tapi memang begitulah keadaanya bahwa lelaki itu sedang bekerja. Rina mencepol rambutnya hingga menyisakan anakan poni yang tersampir di kening. Ia kemudian berdiri dan segera ke kamar Rana sesampainya di sana ia menemukan Danna dan Arka yang saling berdiri dan mengahadap dinding. ''Siapa yang membangunkanku.'' Kata Rina sambil mengucek matanya dan menatap mereka berdua. Rina sempat melihat kesamaan dari mereka yaitu tinggi badan, hidung, mata dan kekarnya tubuh mereka. Hanya saja gaya pakaian mereka berbeda Danna memakai kemeja dan celana kain sedangkan Arka memaki kaos oblong dan celana levis yang sobek di bagian lutut. ''Gak ada, Arka hanya melakukan tugas kerjanya.'' Jawab Danna santai sambil memeluk Rina. Arka melihat Rina ia sedikit tersenyum sambil memiringkan kepalanya agar bisa menatap wajah cantik itu. Rina memiringkan kepalanya sedikit dan ia melihat Arka yang tersenyum padanya lalu lelaki itu menundukan pandangannya dan focus ke pekerjaannya lagi. ''Aku akan keluar sebentar mau ikut?'' tawar Danna ke Rina. Rina mengangguk sambil tersenyum senang. ''Kalau mau ikut, mandi lalu berpakaian yang bagus.'' Jawab Danna sambil menatap Rina yang masih natural dan akan selalu natural berbeda dengan Ranna yang selalu nampak modis dan memakai makeup. ''Baiklah.'' Jawab Rina sambil berbalik untuk keluar dari kamar Ranna dan kembali ke kamarnya. ❤❤❤ Sabrina sudah bersiap sedangkan Danna menunggu di ruang tengah sambil duduk bersama Papah dan Mamah ''Kapan berangkat lagi pah, mah.'' Kata Danna. ''Nanti nak.'' Jawab Ibu. ''Baiklah, seminggu lagi hari lahirnya.'' Kata Danna ''Kalian berdua menyakiti hati Rina.'' Kata Papah. ''Maafin Danna pah...'' kata Danna. ''Sampai kapan harus menutupi hal ini dari Rina?'' Tanya papah ''Sampai hatinya berpindah ke Arka.'' Jawab Danna. ''Setidaknya lelaki itu sehat dan tidak seperti diriku.'' Kata Danna yang nyaris putus asa. Kebodohannya membuat ia harus merelakan Sabrina dengan cara membohonginya. Danna tertunduk sambil menyatukan kedua tangan ia tidak mau kehilangan Rina tapi disisi lain ia sudah mengkhianati istrinya itu. ''Rina datang.'' Kata Mamah. ''Ayo yang.'' Kata Sabrina sambil duduk di samping suami. ''Sudah? Ayo.'' Danna berdiri kemudian menggandeng tangan Sabrina. ''Mah, Pah. Pamit dulu.'' Kata Sabrina begitupun dengan Danna. ''Hati- hati di jalan.'' Jawab Mamah dan Papah. Sabrina dan Danna mulai meninggalkan ruang tengah dan menuju parkiran mobil. Papah dan mamah menghembuskan nafasnya. ''Sampai kapan harus menutup ini semua. Sabrina pasti akan tau.'' Kata Mamah ''Sampai Sabrina bersama Arka, papah sudah akur semua ini.'' Jawab Papah. ❤❤❤ Arka duduk di lantai dapur sambil mengangkat piring makannya. Ia nampak serius memisahkan daging ikan dari tulang lalu ada Ibunya yang sedang berdiri di sampingnya sambil memasak. Jangan tanya makanan Arka dari mana sedangkan ibunya belum memasak, yang ia makan adalah makanan sisa semalam lalu di hangatkan oleh ibunya beliau. ''Bu.'' Panggil Arka tapi matanya fokus ke nasi di tangan ''Apa Mas.'' Jawab Ibu. ''Kemarin Arka disuruh sama kedua orang tua Sabrina untuk mengambil dirinya dari suami. Bukannya kita gak boleh ambil istri orang ya.'' Kata Arka. ''Kenapa mereka seperti itu? Apa kamu gak Tanya alasannya kenapa?" Arka menggeleng sambil menguyah. ''Tidak, karena aku menyukai dirinya.'' Jawab Arka. ''Kehidupan Mba Sabrina itu mewah dan kaya Mas kalo nikah sama kamu apa dia mau? Lihat Mas Danna lalu lihat dirimu berbeda jauh.'' Kata Ibu. ''Memang jauh bu, suami Rinna kaya, kerja di perusahaan dan bersih gak kaya aku lusuh, kerja serabutan dan bertato.'' Jawab Arka setengah kesal karena di bandingkan. Ibu mengecilkanapi kompor lalu duduk di samping anaknya. ''Ibu tidak membandingkanmu nak, jangan kecil hati tapi lebih baik carilah wanita lain yang masih sendiri bukan istri orang.'' Kata Ibu. Perkataan ibu memang benar tapi ibu tidak tau pembicaraan Pak Alex dengan Arka apa. ''Iya bu.''jawab Arka. ❤❤❤ Sabrina menggelayut manja di lengan sang suami betapa ia merindukan Danna. ''Kita mau kemana?'' Tanya Sabrina. Danna memengang tangan Sabrina dan tersenyum ''Gak tau.'' Jawab Danna. Sabrina menegakan kepalanya lalu mengerutkan alis tak lama Danna tertawa dan memeluk istrinya dengan sebelah tangan. ''Mas.'' Rengek Sabrina dengan nada manja. ''Aku hanya ingin berdua denganmu menghabiskan waktu.'' Kata Danna sambil menatap jalanan di depan. ''Aku mau ke mall, nonton, makan, jalan- jalan dan ke hotel.'' Kata Sabrina sambil membayangkan keinginannya. Danna yang awalnya tersenyum langsung ter dehem dan meminggirkan mobilnya. ''Buat apa ke hotel? Mau tidur bareng? Kan udah semalam ck.'' Kata Danna. ''Aku mau kamu menyentuhku begitupun sebaliknya.'' Kata Sabrina to the point. ''Sabrina, aku lelah dan tidak bisa melayanimu secara intim sedangkan mengajak jalan kamupun aku sedikit memaksa diriku.'' Jawab Danna tanpa berfikir kata- kata yang ia lontarkan menyakiti istrinya. ''Aku tidak meminta Mas untuk diajak jalan. Yaudah kalau kamu gak mau gakpapa, dan jika terpaksa lebih baik pulang.'' Jawab Sabrina. Sabrina keluar dari mobil dan berjalan menyusuri jalan tol. Hatinya sakit dan remuk mendengar kata- kata Danna Danna keluar dari mobil dan menarik Sabrina untuk masuk ke dalam mobil. Sabrina masuk ke dalam mobil sambil menghapus air matanya kasar. Danna kemudian masuk dan melihat kea rah istrinya yang sedang menatap jendela pintu. ''Aku mau pulang.'' Kata Sabrina. ''Ayo kita jalan.'' Bujuk Danna lembut. Ia mencoba menyentuh istrinya tapi Sabrina menolak. ''Jangan pegang- pegang.'' Kata Sabrina sambil melerai Danna kasar. ''Sabrina, aku minta maaf.'' Kata Danna. ''Kita nikah tapi tidak melakukan apa- apa. Apa aku salah meminta hak aku sebagai istri, apa iya aku harus meminta ke orang lain.'' Sabrina menghembuskan nafasnya sambil mengeluarkan tisu. ''Iya, kamu harus memintanya kepada orang lain Rina.'' Jawab Danna dalam hati. ''Sabar.'' Danna menjalankan mobilnya untuk segera kembali kerumah. Sesampainya dirumah wanita itu langsung keluar dari mobil dan langsung masuk kerumahnya lalu menuju kamar. Tiba di kamar ia melihat perkakas berantakan dan juga puing- puing pecahan dinding yang belum di bersihkan. Rina langsung meletkan tasnya dan melihat satu kertas usang yang terhimpit puing-puing itu. Rina mengambilnya dan ternyata foto Alm. Ranna waktu SMA dengan seorang lelaki yang memeluk kakaknya itu tapi tidak jelas. ''gimana kabarmu mba?enak ya jadi dirimu cerdas, pintar, penurut dan manut sama papah dan mamah. Sedangkan aku? Hah! Sudahlah.'' Kata Sabrina dalam hati. Dari kecil Sabrina dan kakaknya selalu bersama, saling menyayangi dan melindungi satu sama lain. namun begitu beranjak SMP mereka dipisahkan mulai dari tempat tidur, makanan, kamar mandi dan lainnya. Ranna juga mulai berubah suka mencueki Rina dan tidak lagi bersama, ia juga mulai tertutup sejak itu. ''beb.'' Panggil Danna. Sabrina berdiri dan meletakan secarik foto usang di meja. ''Aku mau ke dapur.'' Sabrina langsung ke dapur untuk menemui Arka. "Ibu, anaknya mana? Tolong habis kerja kamar di bersihin lagi perkakasnya." Kata Rina yang baru datang. Ibu berbalik lalu melirik Arka di bawahnya. Arka tetap santai menikmati makanannya terakhirnya. "Ini di kaki ibu, dia lagi makan." Kata Ibu istrinya pak Cahyo. Rina menaikan alisnya. "Ibu kok samakan kucing kampung sama anak sendiri sih. Namanya juga sama.?" Kata Rina. Rina melipat kedua tangannya lalu mendekati ibu karena terhalang oleh meja bar. "Kemarilah dan lihat." Kata Ibu. Rina segera mendekat dan benar Arka sedang makan lelaki itu mendongak dan melihat Rina. "Apa?'' Tanya Arka. ''Apa... Apa.'' Ulang Rina. Arka berdiri lalu meletakan piring di tempat cucian piring sambil mencuci tangannya. Arka tersenyum sambil megedipkan matanya ke Rina. Rina sontak salah tingkah dan sedikit baper ia lalu melihat kea rah lain. ''Maaf tadi aku kelaperan jadi makan dulu dan belum sempat beresin perkakas.'' Kata Arka. ''Kamu kok sudah pulang?'' Tanya Arka setelah mencuci tangan. ''Bukan urusanmu!'' ketus Rina. ''Urusanku karena kalau kamu dirumah dan dikamar aku tidak bisa menjebol kamarmu.'' Jawab Arka. Ibu menggeleng tak lama pergi sambil membawakan sajian makanan di atas meja di ruang makan. ''Kenapa bisa begitu.'' Kata Rina. Abra mengelap tangannya dengan serbet lalu minum air putih setelah itu ia mendekat ke telinga Rina. ''Karena nantinya fokusku ke kamu Rina, menjebol dirimu.'' Bisik Arka dengan nada s*****l. Rina langsung menjauh dan menginjak kaki Arka. ''Dasar gak sopan! m***m! Lihat saja akan kuadukan dengan suamiku.'' Rina berbalik dan ingin pergi tapi Arka langsung memblokir jalannya dengan cepat, percayalah kakinya nyut- nyutan. ''Emang suamimu peduli?'' Tanya Arka dan Rina menunduk. ''Aneh ya, Pak Cahyo dan Ibu itu sangat sopan dan baik tapi kenapa memiliki anak yang kurang ajar dan preman gini! Jangan- jangan kamu anak pungut!'' Rina menaikan pandangannya ke Arka. Arka menaikan sebelah alisnya dan tersenyum tajam. ''Memang aku anak pungut! Mereka mengungutku di panti. Kamu sudah tau itu kan? Kalau belum tau, selamat. Kamu sudah tau asal usulku.'' Jawab Arka tanpa emosi sedikitpun. ''Arka!.'' Pekik Sabrina kesal. ''Iya, aku ada di depanmu.'' Jawab Arka santai. ''Kamu.'' Sabrina mengepal tangannya tak lama ia pergi karena kehabisan kata- kata. Arka tertawa sambil melihat kakinya yang terluka karena heals yang mengenai jari kakinya. Dari arah lain Danna melihat mereka berdua sedari tadi hingga Rina pergi meninggalkannya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD