Chapter 33

1045 Words
Kasak kusuk nampak membuat suara yang memenuhi seantero ruangan itu tidak menjadikan sesosok gadis yang menjadi sumber keributan enggan untuk mencoba meminimkan suara yang ia buat. Rambut yang nampak acak acakan tidak teratur, kantung mata yang terlihat jelas lengkap dengan mata memerahnya, pun dengan tumpukan buku yang ada di sekelilingnya membuat sosok yang berada di usia tiga puluh tahunnya itu merebahkan dirinya diatas bantal yang ia bawa sendiri kesana. Bantal yang berakhir menjadi bagian paling atas dari tumpukan buku yang dianggapnya tidak memiliki value yang ia ingin. Tidak. Ia tidak juga menemukan satu hal pun untuk mendukung keinginannya akan apa yang membuatnya penasaran. Yang ada, tumbuh kecurigaan baru pada banyak orang- bahkan pada dirinya sendiri ketika menemukan sesuatu yang ganjil dan terasa kosong pada sejarah hidup dirinya. Ini pukul setenga lima pag. Beberapa saat lagi matahari akan muncul, dan para pelayan akan bertebaran di mana mana untuk bersiap siap mengenai rutinitas pagi sepasang raja dan ratu juga satu satunya putri mereka. Artinya, Irene tidak dapat berdiam lama lama di perpustakaan ini atau orang akan mencurigainya karena keluar diam diam dan malah bermalam di perpustakaan untuk mencari sesuatu. Ya, Irene menuju ke perpustakaan tengah malam itu dengan cara diam diam menyelinap. Bayangkan saja, seorang tuan putri terbangun di tengah malam, masih menggunakan gaun tidurnya kemudian dengan susah payah pergi dari satu balkon menuju balkon lainnya di samping- berdiri di ketinggian kemudian sedikit memanjat dan meloncat agar bisa sampai di balkon yang dituju. Untungnya saja balkon tersebut merupakan milik ruangan yang memang jarang digunakan. Jadi Irene bisa diam diam keluar dari ruangan tersebut dan berjingkat jingkat untuk memasuki perpustakaan yang sudah sepi. Bermodalkan lentera, Irene mencari hal yang ia butuhkan dari ratusan buku yang ada di sana. Namun nihil. Bukannya benar benar tidak ada, namun tidak satu linear. Irene, yang kehilangan ingatannya mencoba mencari sisa sisa jejak dirinya di masa sebelum ia mengalami amnesia. Namun, dari yang ia temukan, ia hanya menemukan foto foto masa kecilnya, beberapa foto masa remajanya- lalu sudah. Tidak ada lagi sampai ia menemukan foto foto baru yang diambil beberapa saat yang lalu. Jika dikira kira, berarti tidak ada jejak hidupnya dari umur belasan akhir hingga sebelum ia terbangun dan amnesia. Entah memang tidak ada, Irene tidak menemukannya, atau sengaja dihanguskan. Tapi untuk apa?? Apa yang terjadi selama itu?? Memangnya apa yang terjadi pada dirinya sampai sampai semua data masa remaja hingga dewasanya hilang, lalu ia terbangun dalam keadaan amnesia? Dengan pikiran yang kalut, si rambut emas itu mencoba bangkit dan menaruh kembali buku buku yang sudah ia ambil di rak yang sebelumnya. Waktunya sedikit lagi- ia harus segera kembali ke kamarnya dan mengambil sedikit waktu tidur agar ketika nanti, dirinya tidak terlalu mengantuk dan tak akan menjadi bahan curiga. Ini hari yang akan panjang- Irene sama sekali tidak boleh kelelahan. Jadi, dengan kembali berjingkat pelan, gadis itu kembali memasuki kamarnya menggunakan metode yang sama dengannya ketika keluar dari kamarnya. Bergelung dengan kasur dan selimut premium itu kemudian memaksakan dirinya untuk tertidur sampai waktu dimana nanti ia akan dibangunkan. Sepertinya tidur satu hingga dua jam akan cukup untuknya. Pun jika lelah, ia bisa mengambil waktu tidur siang sebentar, nantinya. Pagi tiba. Rutinitas berjalan dengan biasanya. Irene yang baru tidur sebentar itu dibangunkan lalu para pelayan menyiapkan air hangat untuk gadis tiga puluh tahun itu mandi. Dengan mata yang memerah parah, Irene memastikan bahwa dirinya baik baik saja dan hanya sedikit mengantuk kepada lady in line nya yang khawatir parah karena mengira ia sakit. Kemudian kegiatannya dilanjutkan dengan merias seadanya- sarapan bersama ayah dan ibu lalu berbincang sebentar. Sehabis itu, kembali ke kegiatan dan dunia mereka masing masing. Ini adalah waktu yang Irene cari. Waktu dimana ia harus berpikir keras bagaimana bisa menyelinap diam diam keluar istana tanpa ada yang mengikuti. Apalagi pengawal pribadinya itu. Kegiatan yang akan Irene lakukan di luar istana ini memang cukup ekstreme jika akan dilakukan oleh keluarga kerajaan. Gadis yang satu ini berpikiran untuk menyamar- itu bukan hal yang terlalu sulit. Tapi bagaimana caranya agar ia bisa keluar diam diam lalu melakukan penyamaran?? Menyamar langsung dari sini?? Sangat tidak mungkin. Para penjaga gerbang pasti tahu siapa saja yang keluar masuk area kerajaan. Jika mereka menemukan wanita asing –karena penyamaran- keluar dari lingkungan istana dengan santai, tentu saja akan memancing kecurigaan. Jika diam diam- ketika ketahuan pun tentu saja ia akan berada dalam masalah. JUGA- jika dia misalnya berhasil menyelinap diam diam keluar- entah menggunakan cara ekstrime seperti memanjat dinding atau sebagainya- tapi setelah itu bagaimana?? Jarak istana dengan daerah yang ingin ia tuju sangatlah jauh. Irene tidak yakin berhasil sampai disana dalma waktu cepat jika berbolak balik hanya dengan menggunakan sepasang kaki pendeknya. Lalu bagaimana jika ada bandit di tengah perjalanan ketika ia berjalan kaki?? Meskipun Irene menyamar, ia tahu bahwa pakaian pakaian yang akan ia gunakan tentu saja pakaian dengan kualitas terbaik meskipun modelnya dibuat biasa saja. Para bandit yang tahu mengenai barang dan harga tentu saja akan menangkapnya hidup hidup. Entah hanya untuk barang barang yang dimilikinya ataupun dirinya sendiri. Beberapa kali gadis itu mendengar mengenai rumor bahwa banyak b***k atau orang tanpa nama belakang, yang diculik di tengah perjalanan hanya untuk diperjual belikan kembali. Bisa dijual sebagai b***k kembali atau dijual dalam bentuk organ dan pemilik tubuh yang sudah tidak bernyawa. Hiii.. memikirkannya saja sudah membuat gadis ini merinding parah. Ah.. ayolah.. Irene tahu dirinya tidak sepintar itu- tapi disaat saat seperti ini, ia benar benar berharap otaknya berfungsi dengan baik dan normal. Memainkan jari jarinya untuk menekan kedua pipinya sendiri dengan gemas –ini sebenarnya lebih kearah geram-, Irene terduduk di balkonnya dengan kaki yang mengayun ayun dan rambut yang ditiup angin. Menghela nafas sangat kasar dan berat seakan akan fase berpikirnya selama berjam jam ini tidak berujung dengan hasil memuaskan yang membuat tujuannya bisa terlaksana. Pandangannya beralih- yakin bahwa kepalanya akan sakit jika ia terus menerus mengerutkan dahinya sebal, Irene memutuskan untuk menjatuhkan pandangannya kearah taman belakang yang kini nampak disambangi banyak orang. Mulain dari para pendekar juga pengawal yang tengah berlatih, hingga beberapa pelayan yang nampak mengambil pakaian yang sudah kering untuk digantikan menjemur pakaian yang masih basah. Juga sesekali Irene melihat kucing melintas diantara mereka. Sepertinya ini kucing liar diluar yang beruntung untuk bisa masuk kedalam tanpa terkena tendangan para penjaga gerbang. Tapi tunggu dulu. TUNGGU DULU. Sepertinya Irene punya ide. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD