Sisi Lain Sang Penguasa

1123 Words
“Berita apa yang kau bawa?” Suara dingin itu, memecah kesunyian di dalam sebuah ruangan luas dengan nuansa modern klasik yang elegan. Tidak begitu banyak, perabotan di dalamnya. Hanya sebuah meja kerja, ranjang yang besar, dan satu buah lemari besar yang di dalamnya berderetan buku-buku bermacam warna dan ukuran yang tersusun rapi. Suara dingin yang tadi terdengar, adalah suara pemilik gedung pencakar langit di kota itu, juga pemegang thrones tertinggi yang tentunya membuat orang lain berpikir dua kali untuk sekedar bertatap muka dengannya. “Saya sudah mendapatkan data wanita itu, Tuan.” Jawaban seseorang yang menjadi tangan kanannya, membuat pria arogan itu bangkit dari kursi kebesarannya dan melangkah mendekat. “Namanya, Katherine Devanya. Usianya 20 tahun. Ibunya meninggal karena bunuh diri. Ayahnya pemabuk dan suka berjudi. Dan wanita itu, miskin!” Perkataan Maxime, membuat Edlise hanya mengangguk pelan. Sudah menjadi hal biasa untuk Edlise, jika atasannya itu sudah lebih dulu mengetahui identitas seseorang yang mereka selidiki. Dan wanita yang sudah berani membentaknya di depan umum, sepertinya harus lebih berhati-hati. Tampaknya, Maxime sangat membencinya. “Kau telat, Edlise. Bahkan, aku sudah mengetahuinya sejak kemarin.” Max mengambil berkas yang di pegang Edlise. Baginya, berkas itu tidak lagi penting sekarang. Dia sudah mengetahui dengan jelas, seluk beluk kehidupan wanita lusuh yang berani melawannya itu. “Wanita lusuh itu, tidak akan mendapatkan pekerjaan di mana pun di seluruh kota. Aku sudah menutup akses pekerjaan untuknya. Dia sudah berani melawanku. Jadi sudah saatnya, dia memulai kehidupannya yang akan semakin ku buat menderita.” Edlise hanya diam. Dia pun tau, tuannya Max sudah mengancam, siapa pun yang berani memberikan wanita itu pekerjaan, maka jangan salahkan, jika tempat usahanya akan Max hancurkan. “Oiya, apa ada pertemuan dengan seseorang nanti malam?” tanya Max sambil menggulung lengan kemejanya sampai siku. Edlise mengangguk penuh hormat. “Ya Tuan. Pertemuan dengan salah seorang pemilik klub yang ingin memberikan Tuan sebuah hadiah.” Max mengangkat sebelah alisnya. ”Hadiah? Hadiah apa?” “Entahlah. Hanya itu informasi yang saya dapat.” “Baiklah. Kita lihat nanti malam. Hanya saja, semoga orang itu tidak salah memberiku hadiah, jika tidak ingin kepalanya berlubang.” Edlise hanya tersenyum tipis. Beginilah sifat tuannya. Dingin, arogan dan tak tersentuh. Maxime, berubah total sejak tragedi kelam yang menghancurkan keluarganya. Kepemimpinannya di kota itu pun, sangat sempurna. Selama ini, tidak ada yang berani membangkang atau pun membuat keributan. “Emm—Tuan.” “Ya.” “Nyonya, meminta Anda untuk pulang.” “Apa Ibu sakit?” Nada bicara Maxime, yang semula membuat orang ngeri, kini berubah sedikit melembut. Maxime mulai di landa perasaan khawatir. Pasalnya, sudah sekitar 8 tahun lamanya, ibunya sering sakit-sakitan karena memikirkan keberadaan saudara laki-lakinya, yang sampai saat ini, belum Max temui. “Sepertinya begitu.” Jawaban Edlise, membuat Maxime melangkah cepat meninggalkan perusahaannya yang berdiri kokoh di antara gedung pencakar langit di kota itu. Maxime, pria pengusaha muda yang berbakat di bidang bisnis berlian juga persenjataan canggih yang berhasil Maxime kembangkan, membuatnya mendapatkan semua kejayaan serta pemegang Tahta tertinggi di kota itu. Kerja keras yang dia rintis lagi dari awal, nyatanya tak sia-sia. Sebuah pengihanatan yang dilakukan Orang-orang terdekat ayahnya, membuat perusahaan besar keluarga Max hancur. Peristiwa itu, mengharuskan Max bangkit dan memulai bisnis itu lagi dari awal. Edlise mengemudikan mobilnya dengan cepat. Tak mau, kemudi mobil itu di kemudikan oleh tuannya, Maxime—lagi. Bisa-bisa, Max membuat Edlise kehilangan napas lagi seperti beberapa hari yang lalu, saat mendengar ibu Maxime pingsan. Beberapa menit kemudian. Mereka sudah sampai di rumah. Max langsung turun dari mobil, bahkan sebelum Edlise melepas seatbelt nya. Max berlari cepat menuju ruangan tempat ibunya berada. “Ibu?” Lirihan Max dengan wajah khawatirnya, mendadak sirna begitu melihat wanita yang satu-satunya dia cintai di dunia, sedang merangkai bunga dan kondisinya baik-baik saja. “Hy, Maxime. Tumben, pulang cepat?” ucap Rosemary sambil tersenyum penuh kelembutan. Max tertawa pelan. Dia melangkah mendekati ibunya dan duduk di samping tempat duduk ibunya yang masih tersisa. “Edlise dan Ibu membohongiku.” Rose tertawa pelan mendengar gerutuan Maxime. “Jika tidak begitu, mana mungkin kau akan pulang cepat? Ibu kesepian, Maxime.” Max, membawa ibunya dalam pelukan besarnya. “Di sini, ada puluhan pelayan yang bisa menemani Ibu, ‘kan?” jawab Maxime membuat Rose tiba-tiba menangis terisak. “Yang aku mau, adalah putraku. Jika kau selalu meninggalkan Ibu seperti ini, siapa lagi yang bisa membuat Ibu tak kesepian?” Maxime mengusap bahu bergetar ibunya. Dia merasa sangat bersalah sekarang. Jika saja dia bisa se—dikit saja, mengurangi rasa sesak, amarah juga kebencian yang terlampau besar dalam hatinya. Mungkin, saat ini, ibunya mempunyai dua tempat bersandar untuk menghapus duka di masa lalu. Tapi sayangnya, Maxime belum siap untuk bertemu dengan kakaknya yang sangat dia benci itu. Meskipun, Maxime sudah mengetahui di mana keberadaan saudaranya dan Tahta apa yang di pimpin olehnya. “Maaf, aku belum bisa menemukan Alex, Bu.” Akhirnya, nama itu keluar juga dari bibirnya. Sama seperti sebelumnya. Maxime merasa sesak, kala nama itu harus terucap. Rose semakin menelungkupkan wajahnya di d**a bidang putranya. Putra ke duanya yang selama ini menjadi penguatnya untuk tetap hidup dan bertahan. Jika tidak ada Maxime, mungkin dia akan memilih mengakhiri hidupnya saat tragedi kelam itu terjadi. Putra tertuanya, Alexander. Pergi begitu saja setelah kesalahan pahaman memorak-porandakan keluar mereka. Kehilangan orang yang sangat Rose cintai, membuatnya lemah dan rapuh seperti ini. Entah, apa yang sedang tuhan rencanakan untuk dirinya dan ke dua putranya. Kebahagiaan atau justru menguji kesabarannya lagi? Biarlah. Hanya Tuhan yang tau. **** Maxime dan Edlise menghadiri undangan seorang pemilik klub yang sudah membuat janji dengan Edlise sebelumnya. Maxime tidak pernah meragukan kinerja Edlise. Berkat Edlise, dirinya bisa bangkit dan menjadi seperti ini. Edlise yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun. Jatuh, bangun, kemudian bangkit. Edlise selalu ada sebagai sahabat juga partner kerjanya. Edlise, sudah bagaikan saudara baginya, meskipun status membuat Edlise sering menjaga jarak. Edlise sangat memegang teguh ke profesionalannya dalam bekerja, dan Max pun menghormati keputusan Edlise. Brmmm!!! Mobil dengan harga fantastis yang di kendarai oleh sang penguasa berhenti. Maxime sudah sampai di klub tempat dia membuat janji. Edlise membukakan pintu, dan Max turun dari mobil dengan setelan formalnya yang membalut tubuh atletisnya dengan begitu sempurna. Rahangnya yang tegas dengan sorot mata tajam bak seekor elang, menambah kesan tersendiri untuk aura Kepemimpinannya. Mata siapa, yang tak akan terpikat melihat pesonanya? Maxime melangkah masuk di ekori Edlise yang setia di belakangnya. Pertama kali menginjakkan kaki, Maxime langsung berdecih jijik melihat pemandangan di depannya. Wanita jalang yang berkeliaran ke sana-kemari dengan pakaian kurang bahannya, bau alkohol yang menyengat, para p****************g yang tak tahu malu, juga meja perjudian yang tampaknya sedang terjadi keributan di sana. “Edlise, kita pulang. Dan sampaikan pada pemilik klub ini, untuk segera menanda tangani surat pemindahan kuasa tempat ini!” Titah Max sambil melangkah keluar dari tempat itu. Edlise mengangguk. Sepertinya, pemilik klub itu harus rela kehilangan klubnya. Pria itu salah target. Dia kira, tuannya akan sembarangan memasuki tempat kotor seperti itu? Dan melihat wanita-wanita jalang yang menjajakan kehormatannya? Tidak. Kau salah besar jika menyangka seorang penguasa seperti Maxime akan tertarik dengan wanita jalang seperti itu. Karena yang sebenarnya, Maxime menjaga dirinya dan tak sembarangan wanita bisa menyentuhnya, kecuali ibunya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD