Ayah Katherine Yang Berengsek

1100 Words
Ayah kathe, tuan Jack, berjalan sempoyongan dengan botol alkohol yang sudah tandas di tangannya. Jangan tanyakan lagi, dari mana saja dia? Dan kenapa tubuhnya babak belur seperti itu? Jawabannya, tentu saja, dari tempat perjudian, kemudian di usir karena sudah terlalu banyak hutang. Setiap harinya, Jack memang selalu menjadi bagian dari dunia hitam itu. Tak pernah dia berpikir, untuk bekerja dan membantu Katherine menyambung hidup. Baginya, Katherine hanya sampah yang mengotori kehidupannya. Untuk dia buang pun rasanya, sayang. Karena jika Kathe pergi, maka tidak akan ada yang membiayai uang judi dan minuman kerasnya, juga memberinya makan dengan gratisan. Berengsek bukan? Tapi, andai kau tau. Sepanjang perjalanan hidupnya, tuan Jack tidak pernah se menyedihkan ini jika saja, dirinya tidak merasa dikhianati oleh istrinya sendiri—ibu Katherine. Awalnya, kehidupan mereka berjalan baik-baik saja dan harmonis. Sampai suatu ketika, Jack memergoki istrinya berbagi ranjang dengan seorang pria yang dia tidak ketahui identitasnya. Keluarga mereka menjadi hancur. Jack yang diselimuti amarah, tidak menerima penjelasan ibu kathe jika dirinya hanya dijebak oleh seseorang. Jack meninggalkan ibu kathe begitu saja. Hingga wanita itu frustasi dan bunuh diri. Dan sejak saat itu, Jack meragukan, jika Kathe adalah putri kandungnya dan mulai melakukan penyiksaan itu, sejak usia Kathe 15 tahun. Tapi, jauh di lubuk hatinya, Jack kadang tersentuh saat melihat Kathe menangis dan memohon padanya. Tapi, sekelebat ingatan tentang pengkhianatan yang dilakukan oleh ibu Kathe dulu, membuat Jack membuang semua rasa empatinya. Minuman keras, juga menjadi pengalihan akan sehatnya. Jack pun menyebut Kathe anak haram sebagai satu-satunya semboyan, agar dia tidak terpengaruh dengan wajah memelas Katherine dan membuat rasa benci itu tetap pada tempatnya. Alkohol, judi, wanita. Hanya hal itu yang menjadi pelariannya sejak dulu. Sejujurnya, Jack sangat terpukul, karena harus kehilangan ibu Kathe dengan cara yang mengerikan. Wanita yang sangat dia cintai, nekat bunuh diri dengan gantung diri. Tapi, Jack mengubur duanya dalam-dalam. Bertindak seolah-olah, wanita itu tak ada artinya dalam hidupnya, dan membenci Katherine adalah jalan satu-satunya untuk menunjukkan betapa kuatnya dia, demi menutupi kenyataan betapa hancur hatinya. Tidakkah Jack pernah berpikir, apa yang dirasakan oleh Kathe selama ini? Seharusnya di sini, Kathe yang lebih pantas untuk marah dan terluka. Dia yang menjadi korban atas kemunafikan ke dua orang tuanya. Seandainya mereka lebih bijak, dan menyelesaikan masalah rumah tangga mereka dengan kepala dingin dan membuka hati satu sama lain. Mungkin saja, semua tragedi itu tidak akan pernah terjadi. Keluarga mereka tetap akan harmonis dan Kathe tidak akan pernah merasakan penderitaan menyakitkan itu dari ayahnya sendiri. Kathe juga tidak terlibat dalam masalah keluarga mereka. Dia hanya seorang anak yang selalu berharap kasih sayang dari ke dua orang tuanya. Tapi kenapa, ia yang harus menderita dan menganggung semua akibat Keegoisan orang tuanya? Jika saja, ibunya memilih bertahan dan membuktikan jika dia tidak bersalah, mungkin hidupnya tidak akan berakhir se tragis itu. Kathe masih punya seseorang yang bisa ia jadikan sandaran dan tempat untuk membagi kesedihannya. Dan jika saja, ayahnya tidak salah paham dan tetap menyayanginya seperti dulu, mungkin dia juga akan merasakan menjadi seorang putri layaknya anak perempuan lainnya. Tapi semuanya mimpi. Hanya bisa berandai-andai saja, karena semua itu tidak akan pernah terjadi atau teripang kembali. Jika saja, jika saja, jika saja. Sebuah kata yang hanya akan membuang-buang waktu saja. Brakkk !!! Jack menendang pintu rumahnya keras, hingga terbentur tembok dibaliknya. "Kathe! Kathe! Mana uangku?!” teriaknya sambil melangkah sempoyongan melewati pintu. “Kathe! Mana uangku, jalang?!” Jack melangkah menyusuri rumah karna tak kunjung melihat Kathe maupun bayang-bayang keberadaannya. "Keluar b***h! Mana uangku?! Aku harus segera kembali ke club untuk memenangkan perjudian dan meniduri wanita-wanita p*****r itu! Hey! Keluar jalang!" teriaknya sambil melangkah ke dalam kamar Kathe. "Perempuan sialan! Berani-beraninya kau menipuku! Awas saja kau, sudah cukup aku ber belas kasihan dengan memberimu tumpangan tinggal di rumahku selama ini, Jalang!" umpatnya setelah melihat kamar Kathe kosong tanpa penghuninya. Jack kembali melangkah keluar dari rumahnya. Seringaian nampak di wajahnya yang kusut dan berantakan. Dia tau, di mana satu-satunya tempat persembunyian Kathe. Dan malam ini, dia pastikan akan menemuinya di sana. Setelah itu, dia akan benar-benar menjual Kathe untuk melunasi semua hutangnya. Pyarrr!!! Jack mengambil botol yang sempat dia letakkan tadi, kemudian memecahkannya hingga tersisa separuh dengan sudutnya yang tajam. " Nikmati detik-detik terakhirmu, jalang kecil ..." seringainya, sambil tertawa lebar. *** "Kathe, kau mau menu makan malam apa?" tanya Risa saat melihat kathe sudah datang dengan baju tidur miliknya. Ia sendiri sedang sibuk memotong sosis dan bawang. Niatnya akan membuat nasi goreng untuk makan malam mereka kali ini. Kathe tersenyum malu. Merasa canggung karena risa sampai memperlakukannya spesial seperti itu layaknya tamu. "Tidak perlu Ris, aku tidak terbiasa makan malam," ucapnya sambil mengambil gelas di atas meja. “Aku minum air putih saja, itu sudah lebih dari cukup." lanjutnya sambil menuangkan air dan meneguknya perlahan—hingga tandas. Risa bertolak pinggang dan memutar bola matanya asal. "Jangan menolakku! Dan jangan samakan aku dengan si b******k itu, seolah-olah aku meminta setoran, hingga jatah uang makan malammu lenyap, Katherine!” Kathe mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. " l'm sorry darl ..." ucapnya sambil tersenyum manis. Dia tidak akan menolak kebaikan Risa, karena jika iya, Risa pasti akan marah dan mengomel sepanjang malam. Lagi pula, dia lapar dan memang belum makan. Karena berhemat, Kathe hanya makan satu buah roti sebagai pengganjal perutnya dari pagi, dan jujur saja, dia sedikit merasa pusing karena kelaparan. Puk! Risa meletakkan 2 piring nasi goreng yang masih mengepul, lengkap dengan toping menggugah selera di atasnya. "Habiskan! Atau aku yang akan mengigitmu! " Ancam Risa, membuat Kathe tersenyum simpul. "Okay, My darl ..." Kathe dan Risa mulai menikmati makan malam mereka. Sesekali mereka bercakap-cakap untuk memecah keheningan malam. Sampai, beberapa menit kemudian, terdengar bunyi ketukan pintu, memecah perbincangan mereka. "Siapa yang bertamu malam-malam begini ke rumahmu Ria?" tanya kathe dengan kernyitan di dahinya. “jangan katakan, jika kau sudah punya kekasih dan malam ini, kalian akan berkencan di sini!” “Eh, aku masih jones seperti biasa, “ ucap Risa sambil tersenyum kikuk. Tok, Tok, Tok! “Risa, mungkin tamu ibumu.” Risa mengetuk dagunya, lalu mengangkat kedua bahunya tidak tahu. “Entahlah Kathe. Aku juga tidak tau. Sebentar, aku cek dulu,” ucapnya lalu bangkit dari kursi. "Aku akan menemanimu Ris. ini sudah malam, bukankah sangat tidak wajar malam-malam begini, ada orang yang masih bertamu!" cegat kathe. Risa mengangguk. Akhirnya mereka memilih untuk membuka pintu bersamaan dan melihat siapa kiranya yang bertamu dan berada di balik pintu. Ceklek! Pintu pun terbuka. Dan pria di balik pintu yang sedang berdiri dengan wajah menyeramkan, juga sebuah botol yang tajam di tangannya, membuat Kathe dan Risa terpaku di depan pintu dengan wajah yang sama-sama pucat. "Halo ... jalang kecil!" "Ayah?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD