49 - May - Accident

1063 Words
    Tanpa terasa hari dimana para dokter kembali ke Jepang semakin mendekat. Apakah aku harus pulang dengan mereka atau tetap di sini? Aku ingat tentang wanita Jepang yang dicintai oleh sang raja. Itu pasti Shouko, ibu dari saudara Xu Qiang yang sedang dicarinya. Aku mulai berpikir apa yang dipikirkan oleh presiden saat memilih Shouko?     Aku berjalan kembali ke istana ketika beberapa orang pria muncul dari sisi jalan lain.     “Hei! Kau! Berhenti!” teriak mereka hingga mengagetkanku. Mereka semua menatapku tajam hingga membuatku ketakutan. Aku berbalik dan langsung berlari menjauhi mereka.     “Dia kabur! Kejar!” teriak mereka di belakangku.     Para pria itu langsung mengejarku seketika. A... ada apa ini??? Aku memaksa kakiku untuk terus berlari menghindari mereka.     “Hentikan dia! Jangan biarkan dia kabur!” suara mereka masih bisa terdengar olehku.     Aku tahu mereka akan mengepungku. Aku terus berlari dengan mereka yang tetap mengejarku. Aku... aku tidak bisa bernapas... aku tidak bisa berlari lagi...     Di ujung jalan, kulihat tangga panjang menuju taman. Aku berhenti di depan tangga dan mengatur napasku. Aku berbalik perlahan menghadapi pria-pria itu.     “Hmph, akhirnya kau menyerah!” seru mereka. Ada lima pria yang mengejarnya.     “Kenapa kalian mengejarku???” teriakku ketakutan.     “Karena kau mengganggu! Cepat pergi dari negara ini! Jika kau tidak di sini, pangeran bisa menikahi putri Garel!” balas mereka berteriak juga. Aku langsung terkejut mendengarnya.     Tidak diragukan lagi bahwa inilah isi hati para rakyat China terhadap dirinya. Tidak peduli seberapa kerasnya aku berjuang, negara ini tidak akan menerimaku.     “Jika kami bisa memulihkan hubungan dengan Mongolia, ekonomi kami akan memulih seperti dulu! Itulah masa depan yang kami inginkan! Kau hanyalah orang luar! Pulang sana ke Jepang!” maki mereka.     Mereka mulai mengepalkan tangannya berbentuk tinju ke arahku. Aku menguatkan hatiku dan meletakkan tangan di d**a. Kupandang mereka secara langsung dengan berani.     “Aku mengerti apa yang kalian katakan... tapi, tidakkah kalian memikirkan perasaan pangeran sama sekali??? Jika itu adalah keinginan pangeran, aku tidak bisa berkata apa-apa. Tapi, sekarang pangeran sedang mengalami masalah juga! Tidakkah kalian memikirkan kebahagiaan pangeran juga??? Dia juga masih seorang manusia!” kataku kuat. Mereka langsung terdiam. Wajah mereka semakin memerah karena amarah.     “D... diam kau! Apa yang kau tahu tentang kami???” salah seorang lelaki itu memukul bahuku seketika.     Kakiku langsung tergelincir hingga tubuhku terdorong ke arah tangga. A... aku akan jatuh! Aku dapat merasakan tubuhku terhuyung melayang jatuh dari tangga. Seketika itu pula, Xu Qiang berlari ke arahku.     “Tomoka!!!!!” teriaknya sambil menggapai tanganku.     Aku dapat mendengar samar-samar suara Xu Qiang yang memanggil namaku. Kupandang wajahnya yang berusaha lari secepatnya ke arahku selama beberapa saat sebelum aku memejamkan mata.     Tidak ada rasa sakit yang mendera tubuhku sama sekali. Padahal aku sudah menebak seberapa sakit yang akan kurasakan saat jatuh nanti. Sebuah erangan kecil terdengar dekat dengan telingaku. Aku membuka mata dan melihat Xu Qiang terbaring di tanah dengan memelukku berusaha melindungiku.     “Xu Qiang!!!!” pekikku terkejut. Aku langsung menangis karena syok melihatnya.     Xu Qiang memandangku sayu dan terlihat lega karena berhasil menyelamatkanku. Ia tersenyum lemah ke arahku.     “Kau baik-baik saja???” tanyaku panik.     “i***t! Harusnya itu kata-kataku... apa kau baik-baik saja?” ia malah balik bertanya.     “Y... Ya... aku baik-baik saja...” tangisku     “Terima kasih Tuhan...” gumamnya dan ia tersenyum lembut kembali padaku.     Air mata tidak berhenti menetes dari mataku dan aku membatin kenapa dia harus melakukan ini untuk melindungiku???     “Ukh...” Xu Qiang terlihat kesakitan dan ia pingsan langsung. Aku langsung panik melihatnya.     “Xu Qiang??!!” panggilku sambil mengangkat kepalanya dengan lenganku. Sesuatu yang hangat mengenai tanganku.     Darah! Darah Xu Qiang menutupi telapak tanganku yang memegang kepalanya. Tidak... ini tidak mungkin terjadi.... aku semakin panik dan pikiranku kosong seketika. Sean langsung berlari ke arah kami.     “Tuan!!!” panggilnya. Wajahnya langsung memucat luar biasa. Selama ini aku tidak pernah melihatnya sepanik itu seperti diriku. Para penjaga mengikutinya dari belakang. Aku memandang Sean dengan kalut.     “Sean... Xu Qiang... Xu Qiang...!” aku berusaha menjelaskan apa yang terjadi padanya tapi pikiranku masih tetap kosong dan aku tidak bisa menemukan kata-kata untuk kuucapkan.     “Bawa pangeran ke rumah sakit sekarang juga!” perintah Sean pada para pengawal.     Para pengawal mengangkat tubuh Xu Qiang dan membawanya ke mobil. Aku berdiri dengan gemetar. “Xu Qiang!” aku masih tetap panik hingga Sean menahan bahuku. “Tenang, Tomoka. Kau tidak bisa ikut dengannya sekarang,” Sean menatapku memohon pengertian. Aku tertegun dan mencoba untuk mengikuti para pengawal yang membawa Xu Qiang.     Sean kembali menahanku dan menatapku dengan ekspresi yang sangat serius. Aku mendadak tersadar kembali.     “Tomoka, apa kau terluka?” dipandanginya seluruh tubuh Tomoka dengan cemas.     “...T... tidak...” jawabku sesengukan. Sean menghela napas lega seketika.     “Jujur saja, dengan adanya kau di sini rasanya masalah terus saja berdatangan. Tapi, kenapa kau dan pangeran ada di sini??? Kami baru saja pulang dari urusan bisnis ketika secara tiba-tiba tuan melompat keluar dari mobil. Aku mengejarnya tapi tidak tahu apa yang terjadi. Lalu yang kulihat kau dan tuan sudah jatuh di tanah,” jelas Sean. Aku membelalak.     “Dia melompat keluar dari mobil???” tanyaku. Sean mengacuhkanku.     “Beritahu aku semua detailnya ketika aku kembali ke istana nanti. Apa kau bisa pulang sendiri?” tanyanya. Aku mengangguk dan Sean menepuk lenganku perlahan lalu pergi mengikuti Xu Qiang.     Apa Xu Qiang melihatku dikejar oleh pria-pria tadi? Dan dia mencoba menolongku? Perlahan-lahan, kupandangi tanganku yang berlumuran darah Xu Qiang. Dia tidak bergerak sama sekali di lenganku... bagaimana... bagaimana jika dia tidak bisa membuka matanya lagi selamanya??? Aku cemas dan takut setengah mati memikirkan hal itu. Tidak bisa kutahan air mata ku untuk merembes keluar dan membasahi pipiku. Tuhan... tolong lindungilah dia...     Aku berdiri di sana sendirian sambil berdoa dengan putus asa. Setelah itu, entah bagaimana aku berhasil pulang ke istana. Aku sama sekali tidak ingat jalan mana yang kutempuh. Ingatanku yang harus kuberitahu pada polisi pun hanya samar-samar. Satu hal yang bisa kuingat dengan jelas hanyalah... Xu Qiang terbaring dalam genangan darah...                                                                                         ***     Aku tahu jika berita mengenai hubunganku dengan Tomoka sudah tersebar dan parahnya berita itu tidak mereda sama sekali. Padahal kupikir berita itu pasti hanya bertahan sebentar saja dan setelah itu semua orang akan melupakannya. Tapi, sayangnya aku salah. Orang-orang tidak bisa melupakannya dan malah menjadikan masalah ini semakin besar. Semakin banyak rumor mengenai Tomoka yang katanya mendekatiku hanya demi status sosialku saja. Mereka bahkan mengatakan Tomoka memperalatku untuk mendapatkan kekayaan instan.              
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD