48 - May - Confrontation

1370 Words
    Kedua orang itu diam saja dan sepertinya tidak menggubris ucapanku sama sekali. Mereka malah dengan santainya terus menyeruput tehnya seakan aku tidak berbicara apapun tadi. Aku menghela napas kembali dan langsung menekan tombol intercom di mejaku.     “Sean, masuk.”     Tidak berapa lama, Sean langsung masuk ke dalam ruangan. Ruangan Sean selalu berada di depan ruanganku sehingga memudahkanku untuk memanggilnya kapanpun.     “Ada apa, tuan?” tanya Sean setelah membungkuk memberi salam padaku.     “Usir kedua orang ini dari ruanganku. Jika mereka menolak, kau boleh menggunakan kekerasan. Aku yang mengizinkan.” perintahku padanya.     “Baik, tuan.”     Sean langsung berbalik memandang paman Yu dan putri Garel yang terkejut mendengar perintahku tadi. Mungkin mereka tidak menyangka aku akan melakukan hal ini. Tapi, siapa suruh mereka mengabaikan ucapanku tadi?     “Silahkan keluar dari sini, tuan Yu dan putri.” Sean mempersilahkan mereka keluar namun keduanya masih tidak bergeming. “Kau tidak berhak mengusir kami. Lagipula kami hanya minum teh disini,” ucap paman Yu dengan cueknya.     “Mohon maaf, tapi tuan Xu Qiang merasa terganggu dengan kehadiran anda berdua.” Sean tanpa berbasa-basi langsung menarik tangan paman Yu dengan cukup kuat sehingga membuatnya berdiri secara paksa. “Beraninya kau! Aku masih anggota kerajaan! Kau tidak tahu siapa aku??? Beraninya kau menyentuhku! Nampaknya kau sudah tidak ingin pekerjaanmu lagi!” marah paman Yu karena Sean tidak melepaskan cengkeramannya dari lengan paman Yu. “Maaf, tuan. Tapi, saya bekerja untuk tuan Xu Qiang. Saya tidak bekerja untuk anda, jadi tentu saja perintah yang saya patuhi adalah perintah tuan Xu Qiang.” jawab Sean tegas dan tanpa menunggu lagi, Sean juga menarik tangan putri Garel untuk berdiri. Karena tubuhnya kecil, Sean dengan mudah mengangkatnya sehingga putri Garel terkejut luar biasa.     Garel meronta berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kuat Sean, “Lepaskan aku! Beraninya kau menyentuhku!” teriaknya.     Sean tidak mempedulikan ucapan putri Garel dan rontaannya. Tidak hanya putri Garel yang meronta, paman Yu juga berusaha melepaskan diri dari Sean. Sayangnya tenaga Sean lebih besar dari mereka dan bahkan kedua orang itu tidak bisa melepaskan diri darinya. Memang ini adalah standar untuk menjadi pengawal dan asisten pribadiku.     Sean dengan mudahnya menarik mereka berdua keluar dari ruang kerjaku dan langsung melepaskan mereka dengan kasar di luar pintu. Ia kemudian berdiri di depan pintu sambil melipat kedua tangan di d**a agar kedua orang itu tidak mencoba untuk masuk kembali.     Dengan menggerutu kesal, paman Yu dan putri Garel pergi dari sana dan Sean akhirnya berbalik untuk masuk kembali ke dalam ruanganku.     “Mereka sudah pergi, tuan.” lapornya padaku.     “Kerja bagus. Nah, sekarang laporkan padaku apa yang terjadi pada Tomoka selama beberapa hari ini,” aku memandang Sean dan menahan daguku dengan kedua tangan. Sean terlihat ragu-ragu saat hendak mengatakannya. Aku mulai mengerutkan keningku.     “Ada apa? Ada sesuatu yang terjadi karena isu-isu itu?” tanyaku.     “Ya, tuan. Semenjak beredarnya isu itu dan banyaknya wartawan yang mencari tahu latar belakang Tomoka, masyarakat sekarang mulai tidak menyukai kehadiran Tomoka. Saya tidak sengaja mendengar beberapa pelayan istana bahkan mengutuki Tomoka di belakang. Tidak hanya itu, para dokter di rumah sakit pun mulai menjauhinya.” Sean terlihat enggan menjawab hal itu. Aku terkejut mendengarnya. “Kenapa kau tidak memarahi para pelayan itu???” sergahku cepat. “Saya menanyakan apa yang terjadi pada mereka, tuan. Tapi, mereka tidak mau memberitahu saya. Sepertinya karena saya asisten anda, mereka merahasiakannya dari saya karena tidak ingin saya melapor pada anda. Hal ini pun saya ketahui setelah tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka,” jawab Sean. “Lalu bagaimana dengan dokter-dokter di rumah sakit? Mereka juga tidak memberitahumu???” tanyaku lagi. Sean menggeleng. “Mereka juga tidak mau membicarakan Tomoka. Saya baru tahu karena saat mengunjungi rumah sakit, saya tidak melihat Tomoka dan rombongan dokter-dokter dari Jepang selama beberapa hari berturut-turut padahal seharusnya mereka sedang bekerja di rumah sakit. Setelah saya menanyai petugas keamanan, mereka baru memberitahu saya jika para dokter melarang rombongan Tomoka untuk masuk ke rumah sakit dengan alasan rumah sakit sedang sibuk,” Sean terlihat iba pada keadaan Tomoka saat menjelaskan hal ini.     Aku langsung menghela napas karena tidak menyangka akan terjadi hal-hal seperti ini. Setelah berpikir beberapa menit, aku langsung menoleh kembali pada Sean. “Katakan pada para pelayan dan dokter di rumah sakit jika aku memerintahkan mereka untuk tidak memperlakukan Tomoka dan dokter-dokter dari Jepang seperti itu lagi,” perintahku. “Sayangnya saya takut jika anda memerintahkan hal seperti itu, kebencian mereka terhadap Tomoka akan bertambah parah. Karena itu sama saja dengan memberitahu mereka secara terang-terangan jika anda memang memiliki hubungan khusus dengan Tomoka,” balas Sean.     Yah, perkataannya masuk akal. Tapi, kalau begini apa yang harus kulakukan??? Aku tidak ingin Tomoka menderita karena perlakuan tidak adil ini. Tapi, aku pasti akan menemukan cara untuk menyelamatkannya dari situasi tidak enak seperti ini.     Akhirnya karena aku masih cemas memikirkan Tomoka, aku menyelinap diam-diam ke kamar Tomoka setelah menyuruh Sean untuk berjaga di sekitar. Tidak boleh ada pelayan atau pengawal di kediaman Tomoka agar tidak ada yang menyebar isu mengerikan lagi.     Tomoka terkejut melihatku dan aku langsung menyelinap ke kamarnya cepat-cepat. Melihat wajahnya, perasaan rinduku rasanya bertambah besar sehingga aku langsung memeluknya. Tomoka benar-benar seperti pengisi energiku yang terkuras habis karena banyaknya masalah yang terjadi.     Aku memberitahu Tomoka jika aku tidak akan menyerah terhadapnya dan memintanya untuk tidak mengkhawatirkan masalah ini. Asalkan dia selalu ada di sampingku, aku pasti akan melindunginya.                                                                                       ***       Jangan khawatir dan tetaplah di sisiku, dengan terus berpegang teguh padan kata-katanya, aku melakukan pekerjaanku seperti biasa. Tetapi walaupun begitu, waktuku untuk berada di istana akan segera berakhir dan para dokter pun sudah berkemas untuk segera kembali ke Jepang. Mereka ingin menyusun proposal tentang sistem kesehatan terbaru. Tapi, mereka tidak mendapatkan informasi yang cukup hingga tidak bisa menyelesaikannya.     Aku berjalan ke balkon untuk menikmati angin malam. Seseorang mendekatiku hingga aku menoleh. Ternyata putri Garel yang berjalan ke arahku.     “Permisi, boleh aku bicara denganmu?” katanya sopan. Ini pertama kalinya tidak ada kerumunan orang mengelilinginya. Sepertinya dia memang berniat mendatangiku sendirian.     “Aku melihatmu dari jendelaku dan aku ingin bicara denganmu,” lanjutnya.     “Apa yang anda inginkan dari saya?” tanyaku datar dan aku sengaja menggunakan bahasa Mongolia. Putri Garel terlihat terkejut melihatku bisa berbicara bahasa Mongolia. Ia kemudian tersenyum manis ke arahku.     “Tidak kusangka kau juga bisa bahasa Mongolia. Baguslah karena aku cukup kesulitan untuk berbahasa Mandarin,” angguknya entah memujiku atau tidak karena nada bicaranya yang sedikit tidak menyenangkan. Aku hanya diam mendengarnya saja.     “Aku tahu rumor tentang dirimu dan Xu Qiang. Aku juga tahu kalau kalian menjadi dekat sewaktu dia di Jepang. Tapi, kau hanya mengincar status sosial dan keberuntungan Xu Qiang, bukan? Sedangkan cintaku untuknya benar-benar murni,” ia menatapku tajam. Aku terkejut mendengarnya.     Aku mulai berpikir bahwa putri Garel dan rakyat China pasti beranggapan bahwa aku hanya mengejar Xu Qiang karena ia adalah seorang pangeran.     “Sebagai tambahan, aku berjanji untuk mengabulkan impian bibiku menjadi kenyataan,” kata putri Garel. Bibinya? Maksudnya pasti putri Mongolia sebelumnya, pikirku.     “Bibiku benar-benar mencintai ayah Xu Qiang. Tapi, beliau tidak memilihnya sama sekali. Ia memilih seorang wanita Jepang...” cerita putri Garel.     Apa??? Aku terkejut mendengarnya. Aku langsung teringat bahwa mereka mencari wanita Jepang bernama Shouko.     “Berita mengejutkan itu membuat bibiku meninggal. Ayahku yang sakit hati kemudian menyalahkan ayahnya Xu Qiang. Tapi, ketika dia mendengar berita pertunanganku dengan Xu Qiang, ia memberitahuku agar aku bisa bahagia untuk diriku sendiri dan untuk bibiku,” putri Garel tersenyum bahagia dan aku tidak bisa berkata apa-apa.     Setelah berpikir beberapa saat, aku akhirnya membuka suara.     “Saya tidak tahu kenapa anda berpikir jika saya adalah orang yang sangat rendah karena menyukai Xu Qiang hanya karena status sosial. Anda tidak tahu apa-apa mengenai hubungan saya dengan Xu Qiang. Jadi, saya sarankan agar anda tidak berpikir macam-macam karena saya juga murni mencintainya dengan setulus hati. Saya bahkan jauh-jauh dari Jepang kemari untuk mendukungnya di saat ia sedang kesulitan seperti ini. Anda tidak akan pernah tahu pengorbanan apa yang rela saya berikan demi kebahagiaan Xu Qiang. Tapi, jika anda meminta saya untuk mundur, mohon maaf saya tidak bisa melakukannya.” aku menegaskan hal itu dan putri Garel terlihat terkejut luar biasa mendengar jawaban optimisku.     Tanpa mendengar jawabannya, aku langsung meninggalkan putri Garel begitu saja. Aku tidak ingin mengobrol dengannya sama sekali.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD