38 - April - Back to China

1060 Words
    Ketika hari jamuan itu tiba, aku patut mengakui kemampuan Sean. Tomoka yang sudah cantik pada dasarnya menjadi lebih berkilau malam itu. Aku bahkan sampai harus menahan diri untuk tidak menciumnya saat melihat bibirnya yang merah muda dan menggoda sekali.     Aku sudah bosan dengan perjamuan-perjamuan semacam ini sehingga rasanya aku ingin segera menyelesaikan semuanya secepat mungkin. Tapi, aku tidak bisa melakukannya karena banyak orang penting yang hadir di sini dan aku perlu mengakrabkan diri dengan mereka demi negaraku.     Ternyata Dr. Hirata juga datang di pesta ini. Aku tidak suka melihatnya menatap Tomoka seperti itu. Berani-beraninya dia melihat kekasihku!     Tanpa sadar aku langsung melontarkan ketidaksukaanku padanya sehingga ia pasti terkejut. Untungnya dia tidak mengerti bahasaku dan malah Tomoka yang terkejut.     Aku mulai sibuk dengan banyak tokoh-tokoh dari negara lain yang kukenal mengajakku berbicara. Karena banyak duta dan pejabat dari negara lain yang diundang, sepertinya penerjemah tidak terlalu dibutuhkan. Mereka rata-rata berbicara bahasa Inggris sehingga memudahkan kami untuk berkomunikasi.     Aku tidak tahu sudah berapa banyak orang yang mengajakku berbicara dan aku tidak sempat melihat dimana Tomoka berada. Saat aku akhirnya berhasil melepaskan diri dari mereka, aku baru memandang berkeliling mencari Tomoka. Aku tidak bisa menemukannya di sekitarku. Kemana dia???     Aku sedikit cemas dengan hilangnya Tomoka. Tapi, untung saja aku berhasil menemukannya agak jauh dari tempatku tadi. Saat aku menegurnya, mataku tiba-tiba menangkap sosok yang cukup familiar, Damian.     Sepertinya Tomoka baru saja berbicara dengan Damian. Apa dia mengenalnya? Tapi, ternyata ia hanya tidak sengaja menabrak Damian. Aku masih memandangi Damian yang menjauh dengan pikiran menerawang.     Damian adalah pangeran Mongolia yang juga merupakan teman masa kecilku sebelum negara kami bermusuhan. Andai saja negara kami tidak bermusuhan, kurasa aku masih akan sering bertemu dengannya.     Aku baru tahu jika Tomoka juga menguasai bahasa Mongolia. Saat ia menawarkan untuk menerjemahkan kata-kataku saat menyapa Damian, aku menolak. Aku masih belum bisa bertemu dengan Damian atau lebih tepatnya aku takut Damian tidak mau bertemu denganku. Permusuhan antar kedua negara membuat hubungan kami menjadi sangat renggang. Aku sudah lama tidak pernah melihatnya lagi semenjak liburan terakhir masa kanak-kanak kami.     Acara sudah dimulai dan aku melihat Tomoka sangat gugup melihat perdana menteri negara mereka sendiri. Mungkin karena ia jarang melihatnya sehingga rasa hormatnya begitu besar pada beliau padahal aku juga seorang pangeran dan dia malah tidak gugup sama sekali melihatku. Cih...     Karena acara, aku tidak melihat Tomoka kembali. Aku menoleh ke arah dimana ia pergi tadi dan tidak menemukannya. Ah, dia menghilang lagi... sepertinya aku harus selalu mengawasinya jika ke pesta seperti ini.     Aku menemukannya! Aku melihat Tomoka berjalan ke arah pintu keluar tiba-tiba. Ada apa??? Raut wajahnya juga berubah. Ia terlihat sangat sedih dan matanya hampir menangis! Aku juga melihat ada noda di gaunnya. Apa yang terjadi???     Kemudian aku melihat beberapa gadis tertawa-tawa sambil memandang ke arah Tomoka. Apa mereka yang melakukannya??? Berani sekali mereka membuat kekasihku menangis! Aku benar-benar ingin sekali memberi mereka pelajaran tapi aku tidak punya bukti dan ini adalah jamuan penting. Jika salah mengambil keputusan, semuanya akan menjadi kacau.     Kuputuskan untuk membiarkan mereka dan aku segera keluar mencari Tomoka. Aku cemas dengan kondisinya dan aku sepertinya tahu apa yang dilakukan gadis-gadis itu padanya. Mereka sangat kekanak-kanakan sehingga hanya pandai meniru adegan drama saja!     Tiba-tiba, aku teringat dengan jadwal pesta yang tercantum pada undangan. Ada acara dansa dan sepertinya hampir dimulai. Untuk membuat Tomoka melupakan hal buruk tadi, aku mengajaknya berdansa.     Tomoka benar-benar manis sekali saat berdansa denganku dan ia perlahan-lahan mulai tersenyum. Aku senang karena aku bisa membuatnya melupakan kejadian tadi. Aku memang sangat egois karena ingin memonopoli kecantikannya seorang diri. Ada untungnya juga mereka menumpahkan anggur di gaun Tomoka sehingga hanya aku yang bisa melihat kecantikannya saja.     Lagi-lagi aku tidak bisa menahan diri dan mencium Tomoka. Ia panik dan takut jika ada orang yang melihat kami melakukan hal itu. Tapi, aku tahu kami tidak akan ketahuan sama sekali. Kalian pikir aku akan datang ke acara seperti ini hanya dengan Tomoka? Lalu asisten hebatku kemana? Tentu saja Sean ikut dan dia bertugas untuk mengawasi dari luar gedung jika ada paparazzi yang hendak memburuku untuk membuat skandal. Jika ada yang memotretku, Sean dan para pengawal yang bertugas mengurus mereka.     Tapi, sedang asyik-asyiknya aku berduaan dengan Tomoka, Sean tiba-tiba datang dan memanggilku panik. Aku tertegun karena tidak biasanya Sean terlihat panik walau dalam kondisi apapun.     Saat mendengar kabar jika ayahku tidak sadarkan diri, aku mematung dan tubuhku rasanya membeku seketika. Kenapa kondisinya bisa memburuk secepat ini???     Dengan cepat, aku menyuruh Sean untuk mempersiapkan kepulanganku ke China serta membawa dokter-dokter dari rumah sakit Akiyama untuk membantu pengobatan ayahku. Tentu saja aku juga harus membawa Tomoka karena dia yang akan menjadi penerjemah untukku saat berbicara pada mereka walaupun aku sebenarnya memiliki penerjemah kerajaan. Aku benar-benar panik dan berdoa agar tidak terjadi hal yang buruk pada ayahku...                                                                                       ***       Keesokan paginya segera tiba dengan cepat. Aku sudah berkemas dan duduk manis di mobil bersama Xu Qiang. Kami berangkat menuju bandara. Tapi, sesuatu mulai mengganggu pikiranku. Bagaimana caranya mereka ke China? Si pangeran tidak bisa mengambil pesawat biasa, bukan?     Pertanyaanku akhirnya terjawab ketika kami tiba di bandara. Aku berdiri dengan tercengang saat melihat pesawat kerajaan ada di salah satu sisi lapangan bandara. “Lu... luar biasa...” gumamku karena tidak menyangka pangeran akan dijemput oleh pesawat kerajaan sungguhan.     Ketika pesawat telah lepas landas, aku masih tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut dan kagum karena melihat interior dari pesawat kerajaan yang luar biasa. Ini lebih terlihat seperti VIP Suite dari sebuah hotel mewah. Ada dapur dengan bar mini berkilau serta kamar mandi yang disertai bath tub.     “Apa yang kau lakukan dengan berdiri di sana??? Cepat duduk atau kau berencana untuk tetap di Jepang???” tegur Sean. Aku langsung meminta maaf karena refleks. Seperti biasa Sean selalu bersikap dingin terhadapku.     Xu Qiang melambai ke arahku untuk duduk bersamanya. Aku mengangguk dan masih memandang sekeliling dengan terpukau. Pandanganku akhirnya berhenti di wajah Xu Qiang yang kusadari sedang menerawang ke arah jendela dengan pikiran yang tenggelam jauh entah kemana. Ia sudah cukup terkejut setelah mendengar ayahnya pingsan dan tentu saja aku berpikir bahwa hal itulah yang dikhawatirkannya. Ayahnya yang seorang presiden adalah salah satu keluarganya yang tersisa.     Aku meraih tangan Xu Qiang dan meremasnya lembut. Xu Qiang menoleh lambat padaku. “Aku yakin kalau presiden akan baik-baik saja. Biarkan dia melihat wajah tersenyummu saat kau pulang nanti,” kataku. Xu Qiang mengangguk dan tersenyum. “Aku ingin mengenalkanmu pada ayahku,” balasnya dan ia menggenggam tanganku erat.            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD