76 - August - Planning

1160 Words
Setelah Aya dan Pak Fuji menutup telepon, ribuan dering telepon kembali masuk ke kantorku dan semuanya ingin mewawancaraiku. Tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi saat ini. “Tomoka, apa yang telah kau lakukan???” tanya Aya memandangku heran setelah mengangkat telepon untuk yang kesekian kalinya. “Aku... aku tidak melakukan apa-apa!” seruku dengan bingung juga. “Tapi, sebelumnya tidak ada yang pernah ingin mewawancaraimu, bukan?” ia memandangku kembali. “Memang benar demikian, tapi... aku sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi sekarang,” jawabku lebih bingung dari dirinya. Jika aku sendiri tidak tahu dan akulah orang yang ingin mereka wawancarai, tentulah semua orang di kantor hanya dapat menggeleng keheranan. Tiba-tiba, sebuah suara membuat kami menoleh semua. “Ah, mungkin karena ini alasannya,” kata Pak Fuji dengan tenang. Aku langsung menghampirinya dengan cepat. “Pak, anda tahu sesuatu?” tanyaku. Ketika kami semua sedang memasang ekspresi terkejut, Pak Fuji memutar laptopnya dan menunjukkan layarnya pada kami. Layarnya sedang menunjukkan sebuah berita di internet. “Apa itu?” heran Aya dan lebih mencondongkan tubuhnya memperhatikan berita itu. Ia mulai membacakannya hingga kami semua bisa mendengarnya. “Di artikel tertulis, pangeran Xu Qiang mengatakan seorang wanita Jepang berada di tengah-tengah rapat antara China dan Mongolia saat kedua negara ingin membahas pembaharuan hubungan mereka. Dan tanpa wanita ini, kesepakatan perdamaian antara dua negara tidak akan pernah terjadi! kami sekarang sedang mencari tahu siapakah wanita misterius ini! Apa??? Berita apa ini???” kaget Aya. Aku dan Aya saling berpandangan dengan bola mata yang melebar saat kami menonton berita itu.  *** Aku tahu Tomoka pasti memegang janjiku untuk menungguku. Aku tidak ingin mengecewakannya dan aku harus segera mengubah situasi saat ini. Sesuai dengan dugaanku, keesokan harinya berita tentang kemunculanku di bandara dan mencium Tomoka menjadi berita utama. Sean datang terburu-buru ke ruanganku dengan wajah gusar. Aku kebetulan sedang menyaksikan liputannya di televisi. Ada beberapa rekaman dari orang-orang yang sedang berada di bandara dan tentu saja itu menjadi makanan yang sangat lezat bagi para wartawan. “Tuaaaannn!!! Kenapa anda ceroboh seperti ini???” omelnya sambil membawa beberapa koran dari beberapa kantor surat kabar. Tentu saja bagian depannya ada fotoku yang sedang mencium Tomoka. Aku hanya cengengesan saja memandangnya. Sean benar-benar geram sekali melihatku yang tenang-tenang saja. “Apa anda tidak tahu halaman depan istana sekarang dipenuhi oleh wartawan???” Sean masih mendelik ke arahku. “Tentu saja aku tahu. Mereka tidak mungkin membiarkan berita ini lewat begitu saja,” balasku santai. “Kalau sudah tahu begitu, kenapa anda nekad sekali melakukannya???” Sean menghela napas bingung menghadapiku. “Aku masih manusia biasa, Sean. Tidak mungkin aku tidak punya hubungan pribadi 'kan?” jawabku lagi. Sean membelalak ke arahku. “Jadi, bagaimana anda menjelaskannya pada wartawan??? Mereka tidak akan pergi sebelum mendapatkan jawaban pastinya!” Aku langsung beranjak dari kursiku dan mematikan televisi, “Kalau begitu, ayo kita temui mereka. Aku akan menjawab pertanyaan mereka.” Sean langsung membelalak mendengarnya, “Tunggu dulu, tuan! Apa yang mau anda katakan??? Anda tidak bisa dengan mudah mengatakan hal sembarangan di publik. Anda perlu mendiskusikannya dulu dengan juru bicara istana!” “Tidak perlu. Aku bisa mengatasinya. Tenang saja,” jawabku enteng dan aku langsung berjalan melewatinya. Sean nampaknya menyerah menghadapiku. Aku memang keras kepala sehingga dia pun tidak bisa berbuat apa-apa. Aku berjalan ke halaman depan istana dan tentu saja para wartawan langsung buru-buru mengarahkan kamera mereka padaku dengan kilatan lampu yang cukup menyilaukan mata. Mereka langsung membanjiriku dengan banyak pertanyaan. “Tuan Xu Qiang, tolong jelaskan siapa wanita yang anda cium di bandara???” “Apa hubungan anda dengan wanita itu???” “Apakah itu adalah kekasih gelap anda???” “Apakah wanita itu yang menyebabkan pertunangan anda batal???” “Kenapa dia pergi???” Telingaku sampai sulit untuk mendengar yang mana yang harus kujawab lebih dulu. Tapi, aku akhirnya berdeham dan mereka semua langsung hening menunggu jawaban dariku. “Wanita itu memang benar adalah kekasihku dan aku sudah lama berhubungan dengannya jauh sebelum adanya pertunangan dengan putri Garel. Mengenai pertunangan itu juga sudah dibatalkan dan bukan karena kekasihku. Melainkan karena putri Garel yang salah mengenali orang yang berjanji untuk menikahinya waktu kecil. Putri Garel juga sudah melakukan klarifikasi mengenai masalah ini di Mongolia dan pengumuman resminya akan segera disampaikan. Mengenai kejadian di bandara, itu hanya ciuman tanda perpisahan karena dia akan kembali ke negaranya. Mohon maaf karena ini adalah masalah pribadi saya, jadi saya mengharapkan agar para wartawan tidak mencari tahu masalah privasi saya, terima kasih.” aku langsung mengatakan semuanya tanpa memberikan jeda walaupun Sean membelalak di sampingku. “Boleh beritahu kami siapa nama kekasih anda???” salah seorang wartawan masih berusaha mengorek informasi dariku. Aku hanya mendengus menyeringai ke arahnya. “Nampaknya anda tidak mendengar jika saya mengatakan itu adalah masalah pribadi saya. Jadi, tolong berhenti mencari tahu karena saya juga tidak akan menjawabnya.” balasku dan aku langsung berbalik meninggalkan mereka yang masih heboh. Sepanjang jalan kembali ke ruanganku, Sean mengomel terus tiada henti. “Bagaimana bisa tuan mengatakan hal itu??? Para wartawan malah akan semakin mencari tahu mengenai Tomoka dan berita ini malah akan menjadi semakin besar!” “Jangan terlalu memusingkan itu, Sean. Gosip hanya akan bertahan sebentar saja. Sekarang aku perlu mengerjakan laporan untuk kerjasama dengan Mongolia. Jika berita bagus ini keluar, gosipku pasti akan menghilang,” senyumku pada Sean yang hanya bisa menghela napas lelah. Mungkin Sean hendak berpikir untuk segera pensiun daripada mengurusiku. Aku bekerja keras untuk mengembalikan perdamaian antara China dan Mongolia. Kami masih perlu meningkatkan perekonomian daripada menunggu kerjasama perdamaian yang masih sedang diproses. Berkat para dokter dari Jepang yang membantu riset mengenai sistem pengobatan China, aku berusaha menerapkan cara-cara baru di bidang kesehatan. Tidak hanya itu, aku juga berusaha untuk membuat China semakin diminati oleh para turis. Dengan demikian pemasukan negara untuk bidang pariwisata akan meningkat. Masyarakat mulai senang dengan hal ini karena mereka juga mendapatkan pekerjaan dengan berjualan souvenir atau makanan lokal bagi para turis. Kehidupan mulai membaik di China. Masalah mengenai Tomoka benar-benar dilupakan begitu saja. Apalagi berita tentang pembatalan pertunangan resmi telah dikeluarkan oleh pihak Mongolia beserta permintaan maaf mereka karena ini merupakan kesalahan sang putri. Mongolia juga mengumumkan jika mereka akan bekerjasama dengan China untuk mengembalikan perdamaian dan tentunya berita ini disambut baik oleh semua rakyat. Perlahan-lahan, aku dan Damian benar-benar menjalankan rencana kami untuk bertukar ilmu pengetahuan di bidang agrikultur dengan lahan-lahan di China. Banyak rakyat Mongolia yang mulai bercocok tanam di China dan hidup berbaur dengan rakyat China. Aku benar-benar senang mendengar hal ini. Mungkin sudah saatnya aku menjalankan rencana berikutnya. Rencana berikutnya? Ya, itu adalah rencana untuk membuat Tomoka bisa diterima oleh rakyatku. Mungkin mereka sekarang masih melupakan masalah Tomoka namun tetap saja bayangan terakhir yang tertinggal bukan kenangan yang baik. Aku sudah memikirkan banyak rencana untuk mengembalikan nama baik Tomoka dan negaranya di negaraku. Aku bahkan tersenyum-senyum sendiri membayangkan reaksi Tomoka jika ia tahu rencanaku ini. Tapi, tenang saja. Aku belum berniat untuk memberitahunya sebelum aku melaksanakannya. Toh, nanti dia akan tahu sendiri...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD