4 - January - War Spark

1028 Words
    Aku pergi ke kamar yang dimaksud Xu Qiang dan menutup pintunya. Dengan cepat, aku segera mengambil ponselku dan menghubungi divisiku.     “Selamat siang, dengan Fuji Hitsunori divisi 3 kantor Interpretz. Ada yang bisa dibantu?” suara yang sudah kukenal langsung membuat jantungku lebih cepat berdetak. “Pak Fuji! Ini Tomoka. Kenapa bapak tidak memberitahu saya bahwa saya harus bekerja 24 jam untuk putra Presiden ini???” tanyaku dengan suara pelan secara cepat. “Ah, maaf Tomoka harus merepotkanmu. Tapi, aku tidak bisa menolak permintaan dari konsumen. Dia tidak akan macam-macam padamu. Dia hanya membutuhkan jasa penerjemah full time. Tidak masalah 'kan?” jawabnya enteng. “Tidak masalah??? Dia tidak mengizinkanku keluar sedikitpun bahkan untuk pulang ke rumah!” rengekku padanya. “Bersabarlah. Dia hanya seminggu di sini. Tidak akan sulit bagimu untuk bertahan, Tomoka. Aku tahu kau hebat,” pujinya berusaha membujukku yang tidak tersenyum sama sekali selama mendengarnya.     Kumatikan ponselku dan menghela napas kembali. Aku langsung melempar tubuhku ke tempat tidur. Pikiranku langsung teralih pada empuknya kasur hotel berbintang ini. Mataku mulai memandang sekeliling dan menyadari bahwa kamar ini tidak kecil seperti kata Xu Qiang. Lumayan besar bagiku dengan lemari coklat di sudut dan meja berhias yang indah. Sebuah pintu geser kecil di sudut lainnya yang merupakan kamar mandi.      Aku mulai berpikir-pikir kembali. Aku menyadari bahwa aku sama sekali tidak takut Xu Qiang akan macam-macam padaku. Dia pangeran kelas tinggi yang tidak mungkin menyentuh rakyat biasa, pikirku. Rasa arogannya lebih tinggi daripada dia harus merendahkan dirinya untuk menyentuhku.  Dan lagi, banyak wanita-wanita cantik yang kurasa rela mengantri demi dirinya.     Aku hampir terlelap jika tidak diganggu oleh ketukan pintu di kamarku. Dengan malas, aku bangun dan membuka pintu. Sean memandangku dengan sedikit pandangan menghina karena rambutku yang sedikit berantakan sehabis berbaring. Dengan cepat langsung kuperbaiki di depannya. Tampaknya ia selalu mencela penampilan orang. “Tuan memanggilmu,” katanya singkat dan pergi meninggalkanku.      Sebuah kotak kardus besar tergeletak di meja. Aku memandang bingung pada Xu Qiang yang berkacak pinggang dengan ekspresi puas. “Aku sudah menyediakan baju untukmu. Bawa ke kamarmu.” perintahnya. Aku bingung melihat ekspresi bangga yang dilemparkan padaku.     Sebelum kotak itu kubawa masuk, kubuka sedikit dan kutarik sehelai kain di dalamnya. Sutra? Kutarik kain lainnya, permata? Dengan mengernyit, aku langsung membuka kotak itu secara keseluruhan. “Hey, aku menyuruhmu membawanya ke kamarmu. Apa yang kau lakukan?” Xu Qiang mendelik padaku. Aku tidak menggubris perkataannya karena aku mulai merasakan geram menjalari tubuhku.     Di dalam kotak itu, ada beberapa helai gaun pesta dengan permata-permata indah menghiasi setiap bagiannya. Mutiara-mutiara besar berkilauan hingga menyilaukan mataku. Aku langsung menoleh cepat pada Xu Qiang yang berdiri di belakangku. “Apa-apaan ini??? Kau pikir aku bisa mengenakan pakaian seperti ini???” ucapku kesal. Xu Qiang terlihat sedikit kaget dan mengernyit kembali. “Kau! Beraninya bicara tidak sopan pada tuan Xu Qiang!” bentak Sean. Tapi, kali ini aku tidak takut padanya. Aku malah balas memelototinya hingga ia menggeram dan berjalan mendekatiku.     Xu Qiang mengangkat tangannya untuk menahan Sean. Pria itu langsung mundur kembali tanpa berkata sepatah kata apapun dan menunduk dalam diam.     “Apa maksudmu? Apa kau berniat mengatakan bahwa pakaian yang kupilihkan tidak bagus? Seleraku jelek? Aku tidak tahu orang Jepang biasa menggunakan pakaian yang seperti apa. Jadi, aku menelepon sebuah butik untuk memesan pakaian terbaik mereka. Apa aku salah?” kata-kata Xu Qiang meluncur begitu saja dengan ekspresi bingung.     Mendengar hal itu, aku langsung menghela napas panjang. Aku lupa kalau yang ada di depanku adalah seorang pangeran. Tentu saja dia tidak akan mengerti kehidupan rakyat jelata. Aku tidak bisa membayangkan aku harus bekerja dengan mengenakan gaun-gaun seperti itu.     “Ah, maafkan saya, Tuan. Saya sama sekali tidak bermaksud mengatakan selera anda buruk atau apapun. Hanya saja ini bukan pakaian sehari-hari yang biasa dipakai oleh rakyat jelata seperti saya. Ini terlalu mewah. Saya hanya memakai pakaian sederhana yang nyaman dan memudahkan saya untuk bergerak,” kataku mencoba menjelaskan padanya pelan-pelan. Aku berpikir kembali bahwa pastilah butik tersebut memberikan pakaian seperti itu jika diminta oleh seorang pangeran. “Pakaian sederhana? Seperti apa? Aku tidak mengerti sama sekali,” balasnya sambil melipat tangan di d**a. Aku menghela napas kembali. “Seperti yang anda lihat kemarin, saya hanya mengenakan pakaian rakyat biasa. Pakaian yang biasa dikenakan oleh orang-orang di jalan. Gaya hidup kita berbeda.” jawabku lagi.     Xu Qiang terdiam lama seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia menatapku dengan matanya yang coklat bening itu. Karena dia masih tidak berbicara apapun, aku meminta izin padanya untuk keluar sebentar menjemput pakaianku. Kali ini, ia tidak melarangku dan membiarkanku pergi.     Setelah kembali, aku tidak melihat Xu Qiang maupun Sean di tempat itu. Mungkin sedang di kamar, pikirku. Mereka memberikanku kunci hotel itu juga atas perintah Xu Qiang.      Aku kembali ke kamarku dan meletakkan pakaianku. Hari telah menjelang sore sebelum akhirnya ada yang mengetuk pintu kamarku lagi. Aku sudah menebak Sean akan menyuruhku segera berangkat bersama pangeran ke perusahaan EasyBear. Aku mengangguk padanya dan mengambil tas kecilku.     Xu Qiang berdiri menungguku dengan mengenakan jas hitam kali ini. Ia tidak bicara padaku sama sekali. Dan hal itu membuatku heran. Apakah pangeran tersinggung dengan ucapanku tadi siang ? Aku mulai merasa resah. Mungkin cara bicaraku terlalu kasar padanya.  Sepanjang perjalanan pun, tak sepatah kata keluar dari bibirnya. Ia sering melamun sambil memandang dari dalam kaca jendela mobil.     Kami sampai di perusahaan EasyBear. Sebuah perusahaan yang memproduksi boneka-boneka beruang terkenal di Jepang. Aku sendiri belum pernah ke sana dan sangat tertarik dengan museum produk mereka. Tidak banyak yang bisa kulakukan karena manajer perusahaan itu ternyata bisa berbahasa Mandarin. Aku hanya mengikuti kemanapun Xu Qiang pergi. Diam-diam, saat dia sedang sibuk berbicara, aku mengambil ponselku dan mengambil beberapa foto boneka beruang yang kulihat sangat lucu. Sean memergokiku beberapa kali hingga akhirnya aku menyimpan ponselku dan hanya memandang berkeliling.      Kami tidak membuang waktu lama di perusahaan itu. Kami kembali ke hotel untuk makan malam. Pangeran itu masih tidak berbicara padaku dan hanya duduk membaca di ruang tengah bersamaku. Akhirnya, aku memilih untuk tidak terlalu memperdulikannya dan mulai mengerjakan pekerjaanku menerjemahkan dokumen-dokumennya.     Entah sudah berapa lama aku mengerjakan dokumen-dokumenku hingga aku sangat mengantuk dan pindah ke kamarku untuk tidur. Xu Qiang sudah tidak kelihatan lagi di tempatnya. Mungkin sudah tidur.       Dalam beberapa menit, aku sudah tertidur pulas hingga tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk lenganku. Aku terkejut dengan sebuah siluet hitam yang langsung membekap mulutku!  Aku belum melihat dengan jelas siapa penyusup itu dan berusaha berteriak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD