5 - January - Little Walk in the Night

1401 Words
    “Ssstt... diam. Jangan berteriak seperti itu. Sean bisa terbangun,” sebuah suara yang kukenal hingga membuatku mengernyit heran. Tangannya pelan-pelan dilepaskan dari bibirku.     Xu Qiang berdiri dengan melipat tangannya kembali di depanku. Aku duduk di tempat tidurku dengan bingung. Untuk apa pangeran mencariku malam-malam begini? Sebelum pertanyaan sempat kulontarkan, ia sudah menjawabnya. “Aku masih penasaran dengan apa yang kau katakan soal gaya hidup rakyat biasa. Apa yang berbeda?” tanyanya langsung. Aku tertegun sejenak sebelum mendengus tertawa. Ia hanya mendelik padaku. “Jadi, karena itu anda membangunkan saya?” tanyaku tersenyum geli. Ia mengangguk polos. “Aku masih tidak mengerti dan tidak tahu bagaimana gaya hidup rakyat biasa. Dan masalah itu membuatku tidak bisa tidur,” jelasnya yang semakin membuatku tertawa.     “Umm... begini, anda terbiasa hidup dengan kehidupan mewah sementara rakyat biasa bekerja keras demi menghidupi keluarga mereka...” belum selesai aku menjelaskan, Xu Qiang langsung memotong. “Tapi, aku juga bekerja!” protesnya.     “Pekerjaan anda berbeda dengan kami. Anda tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mendapatkan uang. Di luar sana masih banyak orang-orang yang melakukan pekerjaan kasar demi memenuhi kebutuhan mereka,” kataku masih berusaha menjelaskan padanya. “Tunjukkan padaku bagaimana kehidupan rakyat biasa. Aku masih belum mengerti dengan penjelasanmu,” katanya sambil menarik tanganku. “Hah??? Larut malam begini??? Sean bisa membunuhku, tuan!” desisku padanya. “Dia tidak akan mengizinkanku pergi walaupun dia tahu. Ayo! Ini perintah,” katanya masih terus menarik tanganku keluar dari kamar.             Xu Qiang menyelinap keluar dari hotel itu dengan mengenakan topi dan pengawal-pengawalnya sama sekali tidak mencurigainya karena banyaknya orang yang lalu lalang di tempat itu. Setelah berjalan cukup jauh dari hotel, ia melepas topinya dan menarik napas lega.                                                                                       ***       Namaku Fang Xu Qiang. Aku adalah putra tunggal dari Presiden China. Ibuku sudah meninggal karena penyakit yang masih belum diketahui penyebabnya. Sementara ayahku yang sibuk dengan tugas kenegaraan pun mulai mengidap penyakit yang sama. Aku mulai diajarkan untuk menggantikan posisi ayahku kelak sejak umurku menginjak 17 tahun. Entah sudah berapa banyak negara yang kukunjungi untuk menggantikan posisi ayahku.     Sean adalah assistenku sejak kecil. Ia tumbuh besar bersamaku walaupun usianya lebih tua 5 tahun dariku. Ia yang mengurusi semua keperluanku hingga jadwal dinasku.      Kemarin malam, ia baru saja memberitahuku bahwa ada kunjungan medis ke Jepang mengenai cara terapi kanker mereka yang terbaru. Aku sangat antusias karena kudengar penyakit yang diidap oleh ibu dan ayahku hampir sama dengan kanker. Mungkin aku bisa menemukan cara untuk menyelamatkan ayahku.      Pagi ini aku berangkat menuju Jepang dengan membawa beberapa pengawal yang rasanya sangat merepotkanku. Aku benar-benar tidak bebas untuk sibuk melihat hal-hal yang ingin kulihat. Untuk kalian ketahui, jika aku tidak pergi dinas kemanapun, aku dilarang keluar dari istana. Untuk melihat sekelilingpun hanya pada saat acara-acara besar yang mengharuskanku untuk keluar. Keamanan disekelilingku sangat ketat. Wajar saja, beberapa kali aku hampir dibunuh oleh sekelompok teroris dari Mongolia. Pokoknya hidupku sangat dilindungi oleh pemerintah hingga rasanya aku hampir sulit bernapas.     Aku menunggu aba-aba dari Sean yang sedang mencari penerjemah dari perusahaan Interpretz yang katanya akan menjemput kami. Setelah mendengar kata 'ok' darinya, aku mulai bergerak keluar dari ruang tunggu VIP yang disediakan khusus untukku.     Aku dapat melihat seorang wanita muda berdiri di samping Sean. Wanita itu kurus sekali walau wajahnya lumayan menarik. Rambutnya yang cokelat bergelombang tergerai sepinggang. Aku bisa mengetahui kalau dia sama seperti wanita-wanita lain yang melihatku. Mereka pasti terpesona karena ketampananku. Tuh, terbukti dengan caranya melihatku sampai terganga seperti itu. Tatapan seperti itu sudah membuatku sangat bosan. Aku menjabat tangannya sekilas saja tanpa berusaha untuk tersenyum padanya. Bisa-bisa dia mimisan kalau semakin terpesona padaku. Namanya Tomoka Manami.     Sean ingin mengantarku ke hotel terlebih dahulu. Aku langsung mengernyit padanya karena aku benar-benar tidak ingin membuang-buang waktuku. Mungkin saja aku bisa lebih cepat mengetahui cara terapi rumah sakit Akiyama dan mendalaminya. Prioritas utamaku adalah ayahku yang kondisinya semakin memburuk hingga membuatku cemas.      Beberapa dokter menyambutku dengan hormat seperti yang biasa kudapatkan. Aku ingin mengelilingi rumah sakit ini dengan leluasa untuk mengamatinya. Tapi, Sean terus saja memaksaku untuk membawa pengawal-pengawalku. Akhirnya, aku meminta Tomoka yang menemaniku berkeliling.     Saat kuminta dia untuk menerjemahkan penjelasan dokter-dokter itu, ia sepertinya mulai kesulitan. Aku jadi meragukan kemampuannya hingga mengerutkan keningku. Kudengar dia baru sebulan bekerja di Interpretz. Apa dia bisa???     Setidaknya dia terbantu karena seorang dokter muda menyelamatkannya. Kalau tidak, aku pasti sudah meminta pengganti penerjemah. Bagaimana mungkin mereka memberiku penerjemah yang belum profesional seperti ini???     Sepertinya dokter muda ini sangat paham dengan metode terapi di rumah sakit ini. Setiap penjelasannya membuatku ingin tahu lebih dalam. Aku tahu penerjemahku ini sebenarnya sudah lelah berdiri. Tapi, biarkan saja ! Rasa penasaranku lebih berharga daripada kakinya.      Aku menyuruhnya untuk membawa semua dokumen mengenai cara terapi mereka. Pokoknya aku harus mengerti semua cara pengobatan mereka.     Begitu sampai di hotel, aku langsung menyuruhnya menerjemahkan semua dokumen itu. Gadis itu membelalak dan langsung protes padaku. Sean langsung memarahinya. Aku berpikir kembali dan memang rasanya agak tidak masuk akal menyuruhnya menerjemahkan semua tumpukan dokumen itu dalam satu hari. Akhirnya aku memberinya keringanan dengan menerjemahkan semuanya selama aku masih di Jepang. Itu untuk membuatnya bekerja.     Tomoka berbalik untuk keluar hingga aku mengernyit heran. Dia mau membawa semua dokumen itu kekantornya. Yang benar saja ! Mana mungkin dokumen rahasia milik rumah sakit bisa dibawa seenaknya keluar. Aku sudah meminta izinnya dengan susah payah dan dia mau membuat semua rahasia rumah sakit terbongkar???     Kusarankan padanya untuk tinggal di hotel ini bersamaku dan Sean. Dia seharusnya bersyukur aku memberikan satu kamar untuknya di hotel mewah dan bahkan bisa melihat pangeran sepertiku setiap hari selama di Jepang.     Nampaknya dia tidak tahu sama sekali bahwa Sean telah membuat kontrak menyewa penerjemah 24 jam alias full time. Dan lagi pembantu katanya??? dia belum cukup profesional untuk menggantikan posisi Sean ! Memangnya dia pikir dia siapa hingga membuat seorang pangeran harus menunggu untuknya?     Hmph, aku menyuruh Sean untuk langsung menelepon salah satu butik mewah di Jepang karena dia terus-terusan ingin mengambil pakaiannya yang mungkin tidak seberapa itu. Tidak sampai setengah jam, pesananku langsung tiba. Sesuai dengan yang kuharapkan, gaun sutera kualitas tinggi dengan permata swarovski dalam berbagai model.     Kusuruh dia untuk mengambil satu kardus pakaian itu. Dia membongkar isinya didepanku dan langsung membentakku! Apa-apaan itu??? Aku harus tahu apa alasannya kenapa dia tiba-tiba marah padaku seperti itu. Tiba-tiba, dia mengatakan bahwa pakaian yang kubelikan terlalu mewah dan tidak biasa dipakai oleh rakyat jelata. Jadi, biasanya dia memakai apa? Tidak mungkin dia terus-terusan memakai pakaian kerja seperti itu.     Gaya hidup berbeda? Seperti apa? Aku membiarkan dia untuk pulang mengambil pakaian 'rakyat biasa' nya itu. Aku terus memikirkan seperti apa gaya pakaian rakyat biasa Jepang yang dia katakan. Wajar saja jika aku tidak tahu, hidupku seperti burung di dalam sangkar. Semua orang yang kutemui selalu berpakaian formal hingga aku terbiasa melihatnya.     Aku terus merenung mengenai perkataannya. Memang aku ingin tahu bagaimana kehidupan rakyat di luar sana dari dulu. Diam-diam, sambil membaca di ruang yang sama dengan Tomoka, aku memperhatikan cara berpakaiannya yang unik menurutku. Bagaimana mungkin seorang wanita memakai pakaian dengan gaya seperti pria? Ah, sudahlah. Lebih baik aku ke kamar saja daripada terus-terusan melihatnya. Nanti aku dikira berpikiran m***m tentangnya. Huh...     Tapi, entah berapa kali aku berguling-guling di ranjangku tetap saja aku tidak bisa tidur karena pertanyaan itu terus menghantuiku. Aku tidak bisa begini terus! Kuputuskan untuk langsung bertanya kembali padanya. Diam-diam, aku mengendap-endap keluar kamar agar Sean tidak mencurigaiku. Kamarnya terletak persis di depan kamarku.     Aku berjalan ke arah kamar Tomoka. Kuketuk pelan pintunya, tidak ada jawaban. Dan yang lebih parahnya lagi, gadis ini tidur tanpa mengunci pintu kamarnya! Aku menggeleng-geleng karena heran dengan betapa cerobohnya dia. Kalau orang yang berniat jahat masuk, pasti dia sudah mati sebelum sempat berteriak.     Tidurnya pulas sekali hingga aku memanggilnya pelan agar terbangun. Astaga, dia bahkan tidak bergeming sedikitpun! Aku sampai harus menepuk lengannya yang terjulur keluar dari balik selimut. Dia menggeliat dan hampir saja berteriak saat melihatku. Untung saja, aku langsung membekap mulutnya. Tapi, jika dipikir-pikir aku seperti penculik saja.      Aku langsung bertanya padanya tanpa basa-basi. Ia malah tertawa hingga membuatku heran. Memangnya dia pikir aku tidak bekerja??? Aku juga bekerja terus dengan mengurusi dokumen-dokumen penting yang membutuhkan tandatanganku. Tapi, dia bilang pekerjaanku berbeda dengan orang lain.     Sebuah ide gila muncul di kepalaku. Aku ingin melihat dunia luar hingga aku memintanya untuk menunjukkan padaku seperti apa kehidupan rakyat biasa. Aku menyamar agar bisa keluar dari hotel dengan mudah. Sepertinya pengawal-pengawalku butuh latihan yang lebih keras lagi agar tidak kecolongan seperti ini.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD