Aku mulai berpikir bahwa pekerjaanku di China sudah cukup sibuk dan tak sanggup membayangkan bagaimana padatnya jadwal Xu Qiang sebagai seorang pangeran. Tanpa terasa seminggu telah berlalu sejak aku datang ke China. Aku hanya bisa melihat Xu Qiang dari kejauhan tanpa bisa menyapanya sama sekali. Kuketuk pintu ruang diskusi untuk para dokter. Dr. Hirata yang langsung menyambutku. Aku membantu mereka membawakan beberapa gelas karena dokter-dokter itu juga bekerja siang malam selama di China. Kutanyakan bagaimana kondisi presiden pada Dr. Hirata sambil menyeruput kopiku juga. “Beliau sudah melewati masa kritis. Tapi, kesadarannya masih belum pulih. Yang paling baik adalah kesehatannya perlahan-lahan mulai membaik,” jawab Dr. Hirata tersenyum. Aku menghela napas lega mendengar b