59 - June - We Meet Again

1059 Words
    Sean bilang pertemuan itu adalah pertemuan rahasia. Jadi, aku berangkat sendirian ke China. Aku akan segera bertemu dengan Xu Qiang... tapi, aku sedikit takut. Aku dipenuhi oleh berbagai macam perasaan yang bercampur aduk.     Sekali lagi aku kembali mendarat di bandara China...     “Aku yakin kalau kau pasti sangat lelah setelah perjalanan panjang kemari,” ujar Sean.     “Tidak sama sekali. Tapi, kau kelihatan sangat sibuk, Sean. Terima kasih telah menjemputku,” balasku.     Sean datang sendirian untuk menjumpaiku di bandara. Karena kami membutuhkan kerahasiaan, ia hanya menjemputku dengan mobil biasa bukan dengan mobil kerajaan.     “Tapi, rasanya agak aneh kalau pangeran Damian setuju untuk melakukan pertemuan rahasia di China,” lanjutku.     “Ah, mengenai hal itu... sebenarnya ini mengenai pengumuman pesta pertunangan antara tuan Xu Qiang dan putri Garel yang akan dilaksanakan minggu depan,” jawab Sean.     “Apa???” kagetku. Pengumuman pesta pertunangan...? Selama beberapa detik, pikiranku langsung kosong seketika. Tapi, sebelum aku mulai risau kembali, Sean melanjutkan kata-katanya.     “Pengumuman pertunangan ini sebenarnya diputuskan oleh paman tuan Xu Qiang.”     Aku kembali terkejut mendengarnya. Benar... pamannya lah yang selalu mengambil keputusan apapun. Ketika aku menyadari bahwa ini bukan sesuatu yang diputuskan oleh Xu Qiang, aku menghembuskan napas lega.     “Untuk mencegah tuan Xu Qiang melarikan diri di saat-saat terakhir, pamannya telah mengundang kakak putri Garel, pangeran Damian. Jika pangeran Mongolia hadir, itu berarti tidak ada jalan mundur kembali,” jelas Sean.     “Aku percaya kalau pamannya tidak akan menjalankan rencana-rencana tuan sama sekali untuk mengubah cara-cara tradisional China dalam pemerintahan. Beliau berencana untuk menjadikan tuan sebagai bonekanya dan mengendalikan pemerintah di bawah kendalinya sepenuhnya. Ia-lah yang paling gencar melakukan pemberitaan mengenai pertunangan tuan dengan putri Garel selama ini. Tentu saja ini akan menguntungkan baginya dalam beberapa hal,” kali ini Sean berbicara dengan suara yang sangat khawatir. Aku berusaha memahami penjelasannya.     “...Tapi, kenapa kau memanggilku kemari?” tanyaku pelan.     “Memang benar kami membutuhkan penerjemah terbaik. Tapi, semenjak kau kembali ke Jepang, tuan Xu Qiang seperti orang yang kehilangan rohnya. Dan aku tidak sanggup lagi melihatnya seperti itu. Aku juga ingin agar dia bahagia dan aku mulai percaya kalau kau lah satu-satunya yang bisa membahagiakan tuan Xu Qiang,” Sean sedikit tersenyum saat mengatakan hal ini padaku.     Ini adalah pertama kalinya ia bisa menerimaku sejak pertama kali kami bertemu. Jika melihatnya, ia selalu menunjukkan ekspresi tenang dan dingin. Tapi, perasaan tulusnya untuk Xu Qiang benar-benar dapat terlihat jelas.     Setelah beberapa jam berada dalam mobil, Sean membawaku ke sebuah butik untuk suatu alasan.     “Pakaianmu sangat mencolok untuk sebuah pertemuan rahasia,” katanya.     “Apa? Mencolok?” aku membelalakkan mata dengan tidak percaya. Aku hanya mengenakan kemeja berwarna biru langit dengan rok selutut berwarna hitam. Dari sudut mana Sean menilai ini mencolok? pikirku heran.     Pertemuan ini akan diadakan di ruang VIP dari sebuah hotel mewah. Pakaian sederhana seperti itu akan mencolok di sana. Tolong ganti pakaianmu,” Sean memandangku seakan tidak percaya mendengar protesku.     Ah, aku mengerti... pakaian sederhana akan mencolok jika berada di sebuah hotel mewah. Tentunya mereka akan berharap melihat tamu yang datang ke sana mengenakan gaun glamor yang sesuai. Aku menerima penjelasan Sean dan memilih sebuah gaun yang kurasa cocok dan lagi-lagi Sean yang membantuku untuk memilih gaun.                                                                                            ***       Hari pertemuanku dengan pangeran Damian tiba. Aku sebenarnya masih merasa takjub Damian mau menyetujui permintaanku walau pertemuan ini bersifat rahasia. Damian bahkan tidak mengajukan banyak pertanyaan saat menyetujuinya. Mungkin dia sama sepertiku, ada yang ingin disampaikannya juga padaku.     Aku telah menyuruh Sean untuk menjemput penerjemah pertemuan rahasia ini dan mengatakan padanya agar jangan sampai ketahuan siapapun. Sementara itu, aku yang sedang menunggu di hotel berbintang dimana pertemuan ini akan dilaksanakan pun mulai gugup. Aku harus menyusun kata-kata dengan baik agar niatku tersampaikan pada Damian.     Aku bahkan telah mempelajari semua hal yang ingin kudiskusikan dengan Damian. Semua dokumen yang dibawa Sean waktu itu bahkan kupelajari sampai subuh agar aku bisa segera menguasainya.     Saking gugupnya, aku bahkan mengulang kembali apa yang sudah k****a agar tidak lupa. Padahal aku dan Damian sudah saling mengenal sejak kecil. Tapi, entah kenapa tetap saja aku merasa sangat gugup seperti akan bertemu seorang raja saja. Mungkin karena kami sudah lama tidak bicara akibat permusuhan kedua negara juga.     Aku juga berharap jika Sean membawa penerjemah yang kompeten. Entah kenapa aku tiba-tiba teringat dengan Tomoka. Dia juga bisa berbahasa Mongolia...     Ah, lupakan Xu Qiang! Kau harus fokus sekarang!                                                                                           ***       Sean membawaku ke hotel berbintang yang menjadi tempat pertemuan. Aku sedang menunggu di ruang VIP itu seorang diri sementara Sean menjemput Xu Qiang.     “...Akhirnya hari ini tiba juga,” kata Xu Qiang.     “Ya. Semuanya telah siap, tuan.” jawab Sean. Xu Qiang berjalan masuk ke dalam ruang VIP.     “Bagaimana dengan penerjemahnya?” tanya Xu Qiang dengan langkah lebar.     “Seperti yang anda perintahkan, saya telah mencari penerjemah yang paling berkompeten. Sebelah sini, tuan.” Sean berjalan mendahului Xu Qiang untuk masuk ke ruangan lain di dalam ruang VIP itu.     “Sudah lama ya, Xu Qiang.” sapaku sambil tersenyum padanya.     “Tomoka???” Xu Qiang kelihatan sangat terkejut melihatku berdiri di sana. Ia memandangku tanpa berkedip sedikitpun.     “Apa yang kau lakukan di sini???” tanyanya masih dalam keadaan terkejut.     “Apa masih ada pilihan lain kenapa aku berada di sini?” aku balas bertanya tanpa melepaskan senyumku.     “Tidak... memang benar kalau tidak ada orang lain yang lebih sesuai untuk melakukan ini. Tapi, kenapa kau...” wajah Xu Qiang terlihat berpikir keras. Sean langsung memotong kata-katanya.     “Saya yang memintanya untuk datang, tuan. Anda meminta saya untuk mencari penerjemah terbaik,” jawab Sean.     “Sean, kau...” Xu Qiang memandang Sean dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Ia terlihat seperti akan mengatakan sesuatu.     “Memang benar aku kemari karena aku menerima permintaan Sean. Tapi, keinginanku untuk membantumu sekuat yang kubisa tidak pernah pudar. Aku ingin melakukan sesuatu untukmu... yang bahkan orang lain tidak bisa melakukannya,” kataku.     “Tomoka...” suara Xu Qiang bergema pelan di telingaku. Aku memandang lurus ke matanya untuk membuktikan perasaanku yang sesungguhnya... membuktikan keinginanku padanya yang tidak sanggup kuungkapkan dengan kata-kata...     “...Aku mengerti. Aku akan meminta seluruh kekuatanmu untuk membantuku,” Ia memandangku dan mengangguk sambil tersenyum.     Setelah itu, dalam 20 menit kami diberitahu bahwa pangeran Damian telah tiba. Ia juga hanya dikawal oleh dua orang pengawal agar kehadirannya tidak terungkap. Terdengar ketukan di pintu dan Sean membukanya perlahan. Pangeran Damian berdiri di sana tanpa berbicara sedikitpun.            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD