60 - June - The Meeting

1099 Words
    “Pangeran Damian, selamat datang.” sapa Xu Qiang dengan tersenyum. Ia mengulurkan tangan untuk menjabatnya. Tapi, pangeran Damian mengalihkan pandangannya dari Xu Qiang dan tidak menjabat tangannya sama sekali.     Ketika ia menoleh dan melihatku, ia terlihat sedikit terkejut. “Bukankah aku bertemu denganmu di pesta...” kagetnya.     “Ya. Saya penerjemah dari Jepang. Perkenalkan, nama saya Tomoka Manami,” aku menunduk memberi salam padanya.     “Penerjemah... oh, ternyata begitu.” gumamnya. “Bahasa Mongolia-mu sangat bagus,” komentarnya sambil mengangguk sekali.     Melihat reaksinya, tiba-tiba aku berpikir bahwa pangeran Damian tidak terlihat jahat sedikitpun di mataku. Tentu saja tidak mungkin menilai seseorang hanya dari penampilannya. Tapi, tetap saja aku tidak bisa melihatnya sebagai musuh kami.     Sean dengan cepat mempersilahkan kedua pangeran untuk duduk berhadapan dengan sebuah meja di antara mereka. Sebotol anggur dan dua gelas terhidang di meja itu. Sean menuang anggur untuk para pangeran lalu mundur beberapa langkah ke dinding di belakangnya. Itu adalah tanda bahwa pertemuan sudah dimulai. Masa depan negeri ini tergantung dari hasil pertemuan penting ini dan sangat penting bagiku untuk menerjemahkan setiap kata dengan baik tanpa kesalahan sedikitpun.     Aku duduk di antara kedua pria itu dan mendengarkan secara seksama.     “Berapa tahun telah berlalu sejak kita berbicara seperti ini? Sejak kita tidak sengaja bertemu di resort itu sewaktu kecil, bukan? Walaupun begitu, kenangan itu membuatku bernostalgia kembali. Kita bersama-sama menunggang kuda dan memanjat pohon. Kita bahkan jatuh ke sungai sekali, ‘kan? Kejadian itu sampai menghebohkan semua orang,” ujar Xu Qiang dengan tersenyum kembali. Aku berpikir kalau Xu Qiang akan segera membahas masalah politik dengan pangeran Damian. Tapi, ternyata ia mulai dengan membicarakan kenangan masa lalu.     Apakah aku harus menerjemahkan ini? Selama beberapa detik, aku bingung dan kemudian aku memutuskan untuk menerjemahkannya karena kupikir Xu Qiang pasti memiliki alasannya tersendiri.     Saat aku menerjemahkannya, ekspresi pangeran Damian menjadi semakin muram dan dingin. Ia tidak berkata apapun.     “Membicarakan itu, apa kau ingat? Kau mengajarkan aku nama-nama bunga yang bermekaran di taman itu. Sebagai balasannya, aku memberitahumu nama-nama dari konstelasi bintang. Walaupun kita berdua tidak mengerti bahasa satu sama lainnya, tapi kita berusaha untuk berkomunikasi,” lanjut Xu Qiang. Matanya berubah melembut seperti sedang mengingat kenangan indah.     Bagi Xu Qiang, pangeran Damian pastilah teman yang sangat berharga. Ketika keduanya bertemu saat masih kecil, perselisihan antara kedua negara tidak mempengaruhi mereka sama sekali. Mereka menghabiskan waktu untuk tertawa dan bermain bersama, bahkan tanpa terasa telah menjadi teman.     Namun, seiring berjalannya waktu dan mereka terus diingatkan akan posisi mereka sebagai seorang pangeran, mereka tidak bisa lagi berteman. Aku menyadari ini saat Xu Qiang berbicara.     Apakah mungkin bahwa Xu Qiang ingin berbicara dengan pangeran Damian sebagai temannya dan bukan sebagai seorang pangeran? Saat aku menyadari perasaan Xu Qiang, aku menerjemahkan semua perkataannya untuk pangeran Damian.     Pangeran Damian tetap diam dan hanya berkonsentrasi pada gelas anggurnya. Perlahan-lahan, ia membuka mulut untuk bicara.     “Apa kau memanggilku kemari hanya untuk membicarakan masa lalu?” tanyanya. Suaranya rendah sekali seakan tidak terlalu gembira.     Xu Qiang memandang pangeran Damian dan ia menghembuskan napas perlahan. Lalu pandangannya pada pangeran Damian berubah menjadi dingin.     “Aku berharap untuk membatalkan pertunangan ini.”     “Walau kau tahu kalau kau tidak akan sanggup mengontrol rakyatmu?” pangeran Damian mengerutkan alisnya.     “Aku tidak ingin memperbaiki hubungan antar kedua negara dengan menggunakan cara tradisional yaitu pernikahan. Aku ingin mencoba sesuatu yang berbeda. Aku berharap kau mau bekerja sama denganku,” ujar Xu Qiang.     Mendengar kata-kata Xu Qiang, pangeran Damian menhela napas sekali.     “Aku tidak berpikir kalau kau dapat melakukan semuanya sendirian. Tidak ada yang harus kita bahas di sini,” kata pangeran Damian.     “Damian!” seru Xu Qiang saat melihat pangeran Damian beranjak dari kursinya.     “Mo... mohon tunggu sebentar!” aku langsung berdiri secara refleks dan berusaha menahan pangeran Damian. Pada saat itulah, SLAM!     “Ah...!” lenganku tanpa sengaja menyenggol gelas anggur dan noda merah dari anggur langsung menyebar pada pakaian pangeran Damian. A... apa yang harus kulakukan???     Noda anggur itu terus menyebar hingga ke kemeja putih pangeran Damian. Aku langsung menunduk meminta maaf.     “Ma... maafkan saya!” seruku dengan rasa bersalah.     “Saya akan mengambilkan pakaian untuk anda segera, pangeran.” Sean yang dari tadi berdiri di sudut langsung menghampiri pangeran Damian sesegera mungkin.     Ini adalah pertemuan penting... apa yang telah kulakukan...??? Jantungku berdegup kencang dan aku berkeringat dingin.     “Tomoka, tolong keluarlah sebentar hingga pangeran Damian selesai berganti pakaian,” perintah Xu Qiang.     “Y... ya baiklah. Maafkan aku...” dengan hati berat, aku langsung meninggalkan suasana di dalam ruangan itu yang sangat mencekam.     Aku menghela napas panjang karena merasa bersalah. Padahal aku mencoba untuk membantu Xu Qiang, bagaimana bisa aku melakukan hal bodoh seperti itu...? Tapi, jika aku terus bermuram diri seperti ini, sama saja aku kembali menjadi diriku di masa lalu. Aku telah berbuat kesalahan. Sekarang yang harus kupikirkan adalah bagaimana cara memperbaikinya!     Aku menarik napas beberapa kali sampai aku berhasil menenangkan diriku. Tidak peduli bagaimana caranya, aku telah menghentikan pangeran Damian sebelum ia meninggalkan ruang pertemuan itu. Jika ia mendengarkan kata-kata Xu Qiang walaupun hanya sedikit...     Aku langsung mendekap mulutku dengan kedua tanganku untuk berpikir keras. Tugas seorang penerjemah tidak hanya menerjemahkan kata-kata. Tugasku juga adalah untuk menyampaikan perasaan masing-masing peserta. Aku mengerti sekarang! Aku tidak tahu apakah cara ini akan berhasil, tapi... jika aku melakukannya, mungkin saja aku dapat membuat pangeran Damian mengerti perasaan Xu Qiang!     Sebuah ide melintas di benakku. Tidak ada waktu untuk bimbang kembali. Aku langsung berlari menuju dapur hotel di lantai dasar.                                                                                           ***     Tidak lama kemudian, Sean akhirnya tiba tapi aku tidak melihat penerjemah yang dibawanya. Aku mengerutkan kening memandangnya. “Saya sudah membawa penerjemahnya, tuan. Dia sudah berada di ruang pertemuan,” lapor Sean padaku.     Aku mengangguk paham dan ada bagusnya Sean tidak memperkenalkannya padaku. Aku sedang tidak ingin beramah-tamah untuk berkenalan karena pikiranku sedang penuh. Aku gugup.     Kami berdua akhirnya berjalan menuju ruang VIP dimana pertemuan akan berlangsung. Aku menanyakan ulang pada Sean mengenai semua persiapannya. Aku tidak ingin ada yang kurang selama pertemuan ini berlangsung.     Saat aku masuk ke dalam ruang VIP itu, aku terkejut luar biasa melihat sesosok wanita yang paling kurindukan. Kenapa Tomoka bisa berada di sini??? Aku memang tadi sedang memikirkannya, tapi bagaimana mungkin dia benar-benar muncul di sini???     Belum hilang keterkejutanku, aku lebih kaget lagi ketika mendengar jika Sean lah yang meminta Tomoka untuk datang. Tumben sekali Sean yang sengaja melakukan ini... padahal biasanya Sean tidak mau jika aku terus-terusan bersama Tomoka. Ah, mungkin aku akan bertanya nanti saja.     Saat Tomoka mengatakan jika dia ingin membantuku sekuat tenaga, aku benar-benar tersentuh mendengarnya. Ketulusannya memang membuatku tidak bisa berpaling darinya. Sungguh aku sangat mencintai wanita ini...            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD