29 - March - Misunderstanding

1121 Words
    Aku kembali bekerja di kantor setelah pembatalan kontrak itu. Jun menatapku aneh selama beberapa hari. Hingga akhirnya ia mengajakku untuk minum teh bersama. Kami pergi ke sebuah kafe yang cukup tenang. Aku tidak tahu apa maksud Jun mengajakku keluar. Aku bertingkah layaknya tidak terjadi apapun. Tapi, sepertinya Jun telah mengetahui ada sesuatu yang telah terjadi. Akhirnya aku menjelaskan padanya tentang pembatalan kontrakku secara tiba-tiba. Dia mengangguk dan mengerti perasaanku yang dipecat tanpa pemberitahuan sama sekali. “Apa kau telah menghubunginya?” tanya Jun. Aku menggeleng. “Sayang sekali. Kau bahkan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal padanya...” Jun menghela napas. Kata-katanya terasa menusuk hatiku. “Kau pasti akan mudah melupakannya, Manami. Dia terlalu kekanak-kanakan dan kau pasti sangat lelah bekerja dengannya...” Jun mengatakan hal yang mengagetkanku. “Dia tidak seperti itu!” suaraku tiba-tiba meninggi hingga mengagetkannya. Aku langsung meminta maaf pada Jun. Ia hanya mengangguk-angguk mengerti. “Aku hanya mencoba untuk menghiburmu saja,” katanya lagi. Aku menundukkan kepalaku. Sebuah suara tawa pelan terdengar dari atas kepalaku. “Kau jatuh cinta padanya, bukan?” Jun tersenyum penuh makna padaku. Aku hanya bisa mengangguk dalam diam tanpa berkata apapun.                                                                                       ***     Keesokan harinya, aku benar-benar terkejut mendengar Tomoka yang mengatakan jika ia tidak ingin tinggal di hotel lagi. Ekspresinya bahkan sangat berbeda kali ini dan sepertinya ia benar-benar telah mengambil keputusan. Aku sampai berpikir jika malam itu dimana aku melihatnya sedang merenung, mungkin saja ia sedang memikirkan untuk memutuskan masalah ini atau tidak.     Ia bahkan menegaskan tentang pekerjaan-pekerjaan apa saja yang dilakukannya untukku dan itu tandanya ia akan mengurangi waktu untuk bertemu denganku. Selebihnya ia akan lebih banyak berhubungan dengan Sean. Dan yang lebih ajaibnya, Sean kali ini sangat mendukungnya sehingga aku benar-benar tidak bisa mengatakan apa-apa. Karena aku akan sulit untuk melihatnya, aku memintanya untuk bekerja hari ini seperti biasa. Aku masih ingin melihatnya lebih lama...     Beberapa hari kulalui dengan rasa aneh dan kekosongan. Aku tidak melihat Tomoka di setiap ruangan dan aku sangat merindukannya. Aku bahkan mulai berhalusinasi jika aku melihat bayang-bayang Tomoka di setiap tempat dimana ia pernah tersenyum padaku.     Sean tiba-tiba berdeham saat aku sedang memandangi jendela pagi itu. Aku menoleh karena tahu sepertinya ada yang hendak disampaikan olehnya.     “Tuan, Tomoka baru saja melepaskan kontraknya. Dia tidak mau bekerja lagi sebagai penerjemah anda.”     Ucapan Sean yang secara tiba-tiba itu membuatku bagai terkena petir di pagi hari yang cerah. Ada apa ini??? Apa aku melakukan suatu kesalahan hingga dia tidak mau bekerja lagi padaku???     “Kenapa begitu?” tanyaku pelan.     “Dia mengatakan jika dia tidak suka dengan sifat anda dan menolak untuk bekerja dengan anda lagi. Dia juga sudah menelepon saya untuk mengabari.  Perusahaannya juga telah membatalkan kontrak sehingga kita harus mencari penerjemah baru sebagai penggantinya. Apalagi kita masih ada jadwal kunjungan ke rumah sakit dan saya akan mencarikan penerjemah sementara,” lapor Sean.     Aku benar-benar terdiam mendengarnya. Kali ini Tomoka sepertinya benar-benar ingin memutuskan hubungan denganku dan apa yang bisa kulakukan lagi? Dia sepertinya memang tidak memiliki perasaan padaku dan hanya aku yang terlalu banyak berharap padanya.     “Lakukan apa yang seharusnya kau lakukan.” ucapku lelah pada Sean yang langsung keluar dari ruangan. Aku memejamkan mata selama beberapa saat memikirkan berita mengejutkan ini sambil mengingat apa aku ada membuat kesalahan padanya?     Hingga akhirnya aku tidak tahu aku sudah menghabiskan waktu tiga jam untuk merenung mengenai masalah ini. Sean datang dengan membawa seorang wanita yang lebih tua dariku sepertinya.     “Tuan, ini nona Aya Hirano yang akan menjadi penerjemah anda sementara. Beliau memang tidak bisa berbahasa Mandarin tapi setidaknya beliau bisa berbahasa Inggris. Saya akan mencarikan penerjemah lain yang bisa berbahasa Mandarin secepatnya,” jelas Sean. Aku hanya mengiyakan saja tanpa berbicara apapun. Aku sedang tidak ingin berbasa-basi dengan orang baru.     Kunjunganku kali ini ke rumah sakit Akiyama tidak membuatku antusias. Aku merasa semuanya salah karena aku tidak bisa melihat Tomoka selama beberapa hari. Sempat terpikir olehku jika aku ingin menghubunginya dan menanyakan alasannya melakukan semua ini padaku. Tapi, aku selalu berakhir dengan tidak jadi menghubunginya. Entah sudah berapa kali aku mengambil ponselku dan mencari nomor kontaknya. Namun, setelah itu tanganku berhenti tidak jadi menekan tombol dial dan malah menyimpan kembali ponselku di saku.     Sepertinya aku juga sudah mulai berhalusinasi parah karena aku bahkan mendengar suara Tomoka yang riang di setiap ruangan di rumah sakit dimana dia biasanya menemaniku. Aku sampai tidak sadar jika aku menoleh ke setiap ruangan seperti mencari sosoknya.     Tapi, lama kelamaan aku mulai merasa marah padanya. Marah karena kenapa dia tidak menjelaskan semuanya padaku dan malah memutuskan hubungan seperti ini begitu saja??? Selama ini aku tidak melakukan hal yang buruk terhadapnya. Walaupun ada, aku sudah memperbaikinya selama ini bukan? Lalu apa yang membuatnya menjauhiku seperti itu??? Jika dia mengatakan tidak suka dengan sifatku, tapi kenapa dia tidak jujur saja langsung padaku???     Ah, sudahlah! Dia yang memilih jalan seperti ini. Untuk apa aku harus memusingkannya lagi??? Jika ini kehendaknya, mungkin memang aku harus melupakannya.                                                                                       ***       Beberapa hari berlalu sejak aku dipecat menjadi penerjemah Fang Xu Qiang. Aku kembali ke kehidupan normalku yang dikelilingi oleh buku-buku favoritku. Aku mengerjakan semua dokumenku dengan riang walaupun masih terasa ada sebuah lubang besar di hatiku.     Saat aku sedang berjalan pulang, aku mulai memikirkan apa yang sedang dilakukannya saat ini? Tapi, pemikiranku terhenti saat melihat sosok familiar yang berdiri di depan apartemenku. Aya berdiri menungguku dari tadi. Aku baru ingat kalau aku tidak melihatnya selama beberapa hari di kantor. Kudengar dia mendapat dinas keluar negeri. “Maaf Tomoka, aku datang tanpa pemberitahuan sebelumnya,” Aya tersenyum padaku. “Ada apa? Ada sesuatu yang terjadi?” aku benar-benar heran Aya muncul di depan apartemenku begitu. Aya langsung menatapku serius. Pandangan yang tidak biasa kulihat di mata wanita itu. “Sebenarnya aku bersama tuan Xu Qiang selama satu hari penuh dan ada yang aneh dengannya,” kata Aya. Aku bingung dan sama sekali tidak tahu apa yang dimaksudnya. Malah aku baru mendengar bahwa dia bertemu dengan Xu Qiang. “Ya, aku pikir kau pasti tahu apa yang terjadi dengannya. Aku khawatir padanya...” raut wajahnya berubah cemas. “Aku tidak tahu apa aku bisa menolongmu karena dia telah memecatku sebagai penerjemahnya...” jawabku. Mata Aya langsung membelalak memandangku. “Dia memecatmu??? Itu tidak seperti yang kudengar!” kagetnya. Aku langsung memicingkan mata dengan bingung. “Aku diberitahu bahwa kau melepaskan kontrakmu dan mereka kesulitan mencari penerjemah baru yang bersedia bekerja dengan mereka!” jelasnya cepat. “Apa??? Aku malah diberitahu Pak Fuji bahwa Xu Qiang membatalkan kontrakku!” balasku lagi.  Kami saling bertatapan dengan bingung. Cerita kami sangat tidak cocok. Aya kelihatan berpikir sejenak sambil melipat kedua tangannya di d**a. “Sepertinya salah satu dari cerita kita bukan dilakukan oleh pangeran... kurasa tuan Xu Qiang mengira kau yang melepas kontrakmu,” katanya kemudian. “Kenapa begitu?” heranku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD