28 - March - Couldn't See You Anymore

1213 Words
    Aku keluar menuju hanging garden di lantai atas hotel itu. Sepertinya aku memang memerlukan udara segar untuk berpikir lebih jernih. Angin malam itu sangat dingin hingga aku tidak menjumpai satu orang pun di sana. Aku duduk di kursi panjang yang menghadap ke arah gedung-gedung tinggi sambil memikirkan apa yang harus kulakukan sekarang? Memang sepertinya aku harus melakukan apa yang diinginkan Sean. Hanya dengan pemikiran seperti itu saja membuatku sedih. “Hey, aku mencarimu dari tadi,” sebuah suara mengagetkanku hingga aku berbalik menoleh. Xu Qiang berjalan ke arahku.  “Apa ada sesuatu yang terjadi?” tanyaku. “Apa memang seaneh itukah jika aku datang kemari?” dia malah balas bertanya padaku sambil tertawa. Aku langsung berpikir bahwa tidak seharusnya pangeran keluar sendirian seperti ini. “Aku kabur dari pengawal-pengawalku lagi,” Xu Qiang tertawa keras karena berhasil mengecoh mereka kembali. Aku hanya menatapnya saja. “Jadi, kenapa kau mencariku?” aku kembali bertanya padanya. “Tidak ada apa-apa...” Xu Qiang menggeleng pelan dan duduk di sampingku. “Aku tidak membutuhkan apa-apa. Tapi, aku tidak melihatmu di kamar tadi...” lanjutnya. “Kau harusnya memberitahu seseorang jika kau ingin keluar. Jadi, aku tidak kesulitan mencarimu,” kata Xu Qiang memandangku.         Aku terdiam karena sang pangeran sengaja menyelinap keluar hanya untuk mencariku saja. Aku benar-benar senang mendengarnya. Andai saja aku bisa tetap berada di sampingnya seperti ini. Angin malam membuat rambutnya bergoyang lembut. Xu Qiang menatap langit malam yang berbintang dan tertawa pelan.     “Bintang-bintang yang terlihat dari negaraku lebih indah dari bintang di Jepang...” katanya tersenyum. “Benarkah?” tanyaku. Dia mengangguk pelan.     “Aku akan menunjukkannya padamu lain kali... kau mau berkunjung ke negaraku untuk melihatnya?” Xu Qiang memandang ke arahku sambil melemparkan senyum yang membuat jantungku berdebar keras. Aku mengangguk pelan. “Aku akan senang sekali jika bisa ke sana...” jawabku tertawa kecil sambil menyembunyikan rasa sakit yang muncul di hatiku.     Tiba-tiba, seseorang berlari ke arah kami dengan terburu-buru. Sean terengah-engah ketika menghampiri Xu Qiang. “Lebih lambat dari yang kuperkirakan,” gumam Xu Qiang dengan tenang.     “Berapa kali harus kukatakan agar anda mengerti? Berhentilah bertindak kekanak-kanakan seperti ini! Saya kesulitan mencari anda setiap waktu anda menghilang!” suara Sean sedikit meninggi karena geram. “Jangan marah seperti itu, aku kembali sekarang kok,” balas pangeran dengan cueknya.     “Anda seharusnya ingat dengan posisi anda! Anda berbeda dengan seorang penerjemah!” Sean langsung memandangku tajam. Aku menghindari pandangannya yang benar-benar menyakitkan itu.     Xu Qiang menghela napas panjang sebelum akhirnya mengikuti Sean meninggalkan hanging garden. Aku tahu Sean mengkhawatirkan keamanan Xu Qiang hingga ia memperlakukanku dengan dingin. Aku kembali menatap bintang dan mulai menetapkan sebuah keputusan.                                                                                           ***       Aku tidak melihat Tomoka hari ini dan aku merindukannya...     Kemana dia?     Kenapa dia menghilang?     Aku mencarinya ke setiap ruangan dan tidak menemukannya. Dia juga tidak izin padaku jika hendak kembali ke kantor atau kemana saja karena biasanya ia selalu meminta izin padaku. Tapi, rasanya tidak mungkin jika dia ke kantor malam-malam seperti ini 'kan?     Aku memutuskan untuk menyelinap keluar lagi dan mencarinya di sekitar hotel. Aku yakin jika Tomoka tidak akan pergi jauh. Mau bertanya pada Sean? Tidak mungkin aku akan mendapatkan jawaban darinya. Sean paling tidak ingin jika aku bertemu dengan Tomoka selain urusan pekerjaan.     Aku berhasil menyelinap keluar saat Sean sedang pergi mandi. Kebetulan para penjaga juga sedang makan malam sehingga aku bisa dengan mudahnya menyusup keluar. Aku berdiri di depan lift sambil memandang sebuah tulisan, hanging garden yang terdapat di lantai paling atas. Hm, kurasa aku tahu dimana Tomoka berada.     Aku pergi ke lantai yang paling atas dan benar saja, Tomoka ada di sana sambil memandang ke arah gedung-gedung tinggi serta pemandangan malam itu. Ia terlihat merenung dan kupikir wajar saja ia melakukannya. Langit malam memang bisa membuat kita lebih tenang.     Aku menyapanya dan aku mengingatkannya agar memberitahuku atau siapa saja jika ingin pergi keluar. Aku bisa kebingungan jika tidak menemukannya.     Kami memandangi langit malam bersama dan aku teringat dengan negaraku. Aku rindu memandangi langit malam seperti ini saat selesai bekerja dan itu benar-benar membantu untuk melepaskan stress. Tiba-tiba, aku ingin menunjukkan bagaimana langit malam di China pada Tomoka dan aku menawarkan hal itu padanya.     Sean akhirnya berhasil menemukanku setelah aku duduk cukup lama di sana. Ia kelihatan kelelahan berlari-lari mencariku. Ups, maaf Sean... tapi, jika aku memberitahumu kemana aku pergi, kau pasti tidak akan mengizinkan...     Sean mengatakan kata-kata yang menyindir Tomoka dan itu terdengar tidak enak sekali. Aku tahu jika Tomoka pasti sudah terbiasa mendengar kata-kata sarkasme dari Sean. Tapi, tetap saja itu akan menyakitinya. Aku ingin sekali menegurnya tapi aku tahu jika aku melakukannya, itu hanya akan menambah rasa benci Sean pada Tomoka.                                                                                               ***       Pada hari berikutnya, aku mengatakan pada pangeran bahwa aku tidak ingin tinggal di hotel lagi. Xu Qiang terkejut mendengar perkataanku. Aku harus tegas kali ini dan tidak boleh membiarkan perasaanku terus berlanjut.     “Tugas saya sekarang hanyalah penerjemah untuk kunjungan anda. Saya tidak mengerjakan dokumen apapun lagi hingga saya tidak perlu tinggal di hotel ini lagi. Jika anda ingin saya menerjemahkan beberapa dokumen, saya akan mengirimkannya kembali melalui e-mail kepada Sean,” kataku datar. Mata Xu Qiang membelalak kaget. “Memang benar apa yang kau katakan. Tapi...” Xu Qiang nampaknya ingin membatalkan pengajuanku untuk keluar dari hotel itu. Tapi, Sean langsung memotong kata-katanya.     “Saya setuju dengannya, tuan. Dia memiliki tugas lain yang harus dikerjakannya di kantor sementara dia di sini hanya menunggu jadwal kunjungan tuan. Saya tidak melihat adanya kesulitan dengan dia berkomunikasi dari rumahnya melalui e-mail,” Sean terlihat puas sekali. Pangeran kelihatannya tidak sanggup berkata apapun.     “Baiklah...” jawabnya dengan suara yang sangat rendah dan ia mengangguk pelan.     “Tapi, hari ini kau tetap bekerja seperti biasa dan baru boleh pulang jika tugasmu telah selesai,” lanjutnya sambil memandangku. Aku mengangguk kembali.     Aku berjalan kembali ke kamarku untuk mengemasi barang-barangku. Saat melewati Sean, ia sedikit menunduk ke arah telingaku dan berbisik, “Ini keputusan terbaik yang pernah kau lakukan,” Hatiku langsung terasa sakit saat mendengarnya.                                                                                               ***       Aku kembali ke apartemenku setelah beberapa bulan kutinggalkan. Sepertinya aku harus membersihkan debu tebal yang menumpuk di perabotanku. Aku menyadari bahwa aku tidak bisa lagi melihatnya sesukaku. Saat aku mengingat hari-hariku bersama pangeran, ada sebuah perasaan yang menekan hatiku hingga terasa sesak. Tapi, aku ingin menyelesaikan tugasku sebagai seorang penerjemah dengan baik makanya aku memutuskan untuk keluar dari sana.     Beberapa hari berikutnya, aku benar-benar bertindak layaknya seorang penerjemah biasa saat bersama pangeran. Ia pun tidak banyak berbicara lagi denganku. Seperti ada jarak di antara kami.     Keesokan harinya, Xu Qiang dijadwalkan untuk mengunjungi rumah sakit kembali. Aku berangkat menuju hotelnya setengah jam sebelum jadwal kunjungan. Tapi, tidak ada siapapun di sana! Apa mereka sudah pergi? Aku langsung menanyai resepsionis dan ia mengatakan mereka telah keluar sekitar 20 menit lebih cepat dari jadwal mereka. Aku benar-benar bingung kenapa mereka tidak memberitahuku sama sekali.     Aku langsung mengambil ponselku dan menekan nomor Sean. Tiba-tiba, Pak Fuji meneleponku. Aku langsung menjawabnya tanpa ragu. “Ah, Tomoka. Mereka tidak memberitahumu? Tuan Fang Xu Qiang mengatakan dia tidak membutuhkan penerjemah lagi dan membatalkan kontrak denganmu,” jelasnya. Aku benar-benar terkejut mendengarnya.     Aku sama sekali tidak mengetahui bahwa mereka memutuskan kontrakku begitu saja. Apa kesalahanku hingga tiba-tiba dia tidak membutuhkanku lagi? Pertanyaan itu terus-terusan berputar di kepalaku.            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD