“Dulu aku punya teman waktu aku masih kecil,” ceritanya tiba-tiba. Aku hanya diam mendengarkan. “Sean adalah teman pertamaku.” lanjutnya yang langsung membuatku tertegun. Xu Qiang menyentuh kalung liontinnya sesaat sebelum kembali berkata, “Waktu itu, aku sama sekali tidak mengerti tentang urusan negara dan posisiku... aku hanya menikmati hari-hariku...” Xu Qiang tersenyum kecil seperti sedang mengingat kenangan itu. “Aku ingin sekali kembali ke waktu itu...” gumamnya sambil menutup matanya. Aku benar-benar merasakan bahwa Xu Qiang sebenarnya sangat kesepian. Ada perasaan sedih saat mendengar kisahnya. Aku mengusap rambutnya perlahan. Xu Qiang membuka matanya kembali dan menatapku lama. Jantungku mulai berdegup kencang saat melihat ke dalam bola matanya. “Tomo