22 - March - The Chaos

1120 Words
    Ponselku berdering tiba-tiba. Nama Jun terpampang di layar ponsel. Begitu aku menjawab, suara Jun terdengar begitu terengah-engah seperti kehabisan napas.     “Manami! Kami masih belum menemukan Xu Qiang! Apa kau tahu sesuatu?” tanyanya cepat. Aku langsung berpikir bahwa sejak Aya meneleponku, pastilah mereka sibuk mencari Xu Qiang dari tadi.     Aku tidak bisa terus diam seperti ini! Aku benar-benar tidak ingin semua orang khawatir dan masalah ini menjadi semakin besar. Aku melirik Xu Qiang yang telah keluar dari selimutnya untuk ikut mendengarkan. Xu Qiang langsung meraih ponselku.     “Aku sedang menginap di rumahnya sebagai tunangannya. Aku akan kembali besok pagi. Sebelum aku kembali, jangan melakukan hal bodoh,” katanya dan ia langsung mematikan telepon dari Jun. Xu Qiang langsung melempar ponselku ke arahku. “A... apa-apaan penjelasanmu itu???” tanyaku dengan heran. “Aku cuma ingin agar mereka tahu aku baik-baik saja.” jawabnya cuek.     Aku benar-benar geram mendengarnya. Jangan melakukan hal bodoh? Jadi, selama ia bersantai di sini dengan semua orang sibuk mencarinya, ia malah mengatakan apa yang mereka lakukan itu hal bodoh??? Aku benar-benar tidak tahan dengan hal itu.     “Aku akan memberitahu mereka semuanya.” suaraku bergetar kesal. Aku beranjak dari kasurku. Xu Qiang langsung menahan tanganku.     “Kau tetap disini. Ini perintah.” katanya tajam.     “A... apa???” aku mengernyit padanya. Ia memegang tanganku dengan ekspresi marah.     Pangeran menatapku lekat-lekat dan langsung menarikku ke pelukannya. Ia menggulungku dengan lengannya yang kokoh dan membawaku ke futonnya.     “Jangan berpikir apapun dan kau cukup diam di sini.” ujarnya.     “A... Apa yang kau lakukan???” mataku membelalak padanya. Aku mulai gugup kembali.     “Kau benar-benar ingin tahu apa yang akan kulakukan padamu?” seringainya padaku. Aku langsung meneguk ludah.     “Ti… tidak! Tidak! Baiklah, aku akan diam di sini...” jawabku sambil menggeleng cepat. Aku menunduk dan berhenti berontak lagi.     “Aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Tenang saja. Aku cuma ingin kau menghangatkanku.” Xu Qiang berusaha menenangkanku.     “Ta... tapi, bukannya kau tadi mau tidur sendiri?” heranku.     “Jangan bicarakan hal itu lagi. Aku mau tidur sekarang.” balasnya tegas. Xu Qiang memelukku lebih erat seperti bantal guling dan memejamkan matanya.      Aku mulai berpikir bahwa Xu Qiang bertingkah aneh malam ini dengan mempermainkanku lalu tiba-tiba marah padaku. Apa karena dia tidak terbiasa dengan lingkungan sekelilingnya? Hmm, sebenarnya aku berniat untuk memaksanya pulang ke hotel malam ini.     Tiba-tiba, sebuah suara lembut terdengar dari atas kepalaku. Xu Qiang terdengar seperti bergumam pada dirinya sendiri, “Yukata ini benar-benar menggoda lelaki...”     Aku mengernyit bingung dan berusaha mencerna maksudnya. Suaranya kecil sekali seperti sedang berbisik.     “Apa yang baru saja kau katakan?” tanyaku langsung. Xu Qiang membuka matanya kembali dan menghela napas panjang.     “Pada saat seperti ini, aku benci sekali dengan kemampuanmu sebagai penerjemah.” dia memandangku sebal.     “Lupakan saja apa yang baru kukatakan. Aku cuma bicara pada diriku sendiri,” lanjutnya sambil mengetuk keningku pelan.     Xu Qiang kembali menarikku ke dalam pelukan eratnya. Aku kembali berpikir bahwa aku tidak tahu kenapa dia marah tapi sepertinya pangeran tidak membenciku. Aku benar-benar merasa sangat aman dalam pelukannya. Aku tertidur dalam dekapannya sambil mendengarkan detak jantungnya.                                                                                       ***       Ponsel Tomoka berdering kembali. Padahal ini sudah larut malam. Siapa yang menelepon? Heranku. Aku berbalik memandangnya untuk mengetahui siapa yang meneleponnya. Ternyata Li Qun. Dengan cepat, aku langsung meraih ponselnya dan mengatakan bahwa aku menginap di tempat Tomoka sebagai tunangannya. Kenapa aku sengaja ya?     Nampaknya Tomoka marah padaku karena suaranya bergetar saat mengatakan ia akan memberitahu mereka semuanya. Otomatis tanganku langsung menahan tangannya. Aku tidak mungkin membiarkannya memberitahu mereka.     Detik berikutnya, entah kenapa aku langsung menariknya ke pelukanku. Lebih baik dia diam saja di sini bersamaku daripada memberitahu mereka. Masalah bisa menjadi lebih besar. Dan lagi, aku masih ingin berduaan dengannya. Ah, pikiran itu membuatku merona kembali. Ada apa sih denganku???     Tomoka mengingatkanku tentang keinginanku untuk tidur tadi. Wajahku langsung merah padam karena aku jadi teringat lagi setiap pandanganku ke arah tubuhnya tadi. Untunglah saat aku bergumam seperti itu, dia tidak mendengar sama sekali. Ah, memang aku harus bertahan dari godaan ini. Makanya aku sengaja memeluknya agar tidak terus-terusan memperhatikannya.      Entah sudah berapa lama aku memejamkan mata tapi aku belum juga bisa tertidur. Tomoka sepertinya sudah tertidur. Aku menunduk meliriknya sekilas yang sedang tertidur lelap. Wajah tidurnya sangat manis hingga membuatku tersenyum tanpa sadar. Aku menyentuh pipinya perlahan dan menyadari bahwa memang Tomoka telah memikat hatiku. Entah sejak kapan aku jadi sangat menyukai gadis ini. Kukecup keningnya lembut dan aku kembali memejamkan mata sambil berharap agar dia juga menyukaiku.                                                                                       ***        Keesokan paginya, aku terbangun karena mendengar banyak suara dari arah luar. Aku melirik Xu Qiang yang masih pulas tertidur. Ekspresinya terlihat sangat bahagia. Aku berjingkat-jingkat keluar dari kamar untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di luar hingga begitu berisik.     “Manami! Tolong jelaskan pada kami apa yang terjadi???” Jun terlihat sangat gusar ketika aku muncul di pintu gerbang. Aku tersentak kaget melihat Jun dan Sean serta pengawal-pengawal Xu Qiang yang telah mengerumuni pintu rumahku. Wajah Sean benar-benar marah saat menatapku tajam.      Ibuku yang membukakan pintu, bingung dengan kedatangan mereka semua dan sibuk menanyakan padaku apa yang telah kulakukan dan siapa mereka. Ayahku malah sibuk mengatakan bahwa aku pastilah telah berbuat hal yang salah hingga semua pria berbaju hitam ini datang mencariku. Keadaan di depan rumahku menjadi sangat ramai. Ditambah lagi dengan pandangan dari tetangga-tetangga yang ingin tahu apa yang terjadi. Mendadak aku jadi bingung harus menjelaskan dari mana. Aku mulai panik dan tidak tahu harus berbuat apa.     “Jika kau tidak mengatakan apapun, bagaimana kami bisa mengerti??? Dimana Xu Qiang ??” Jun terlihat tidak sabaran.     “Ini benar-benar masalah besar! Aku memperingatkanmu untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi!” Sean juga ikut-ikutan menyerangku.     Kepalaku mulai pusing karena harus mendengarkan beberapa bahasa sekaligus. Sebuah tangan memegang bahuku tiba-tiba.     “Jangan membuat keributan sepagi ini. Kalian mengganggu tetangga sekitar,” kata Xu Qiang tiba-tiba muncul sambil menguap.     “Tuan! Apa yang anda pakai???” Sean membelalak melihat Xu Qiang yang masih mengenakan yukata. Ia dengan cepat menyampirkan jasnya ke bahu Xu Qiang.     “Kalian salah jika menyalahkan Tomoka. Aku yang menyuruhnya membawaku ke sini,” pangeran menarikku ke belakang seolah-olah sedang melindungiku.     Jun mengacuhkan kata-kata Xu Qiang dan melangkah ke depan.     “Kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan, Xu Qiang! Banyak orang yang sibuk mencarimu semalaman sementara kau tidak memberikan kabar sama sekali!” Jun menarik napas panjang saat mengatakannya dengan emosi. Aku tahu bahwa dia pasti juga ikut mencari pangeran tadi malam. “Tapi, syukurlah kau tidak apa-apa...” kata Jun. “Aku minta maaf...” ucap Xu Qiang yang mengagetkan banyak orang. Jun tersenyum memandangnya.      Xu Qiang kembali ke hotel bersama Sean dan yang lainnya. Ia juga menyuruhku untuk ikut serta dan meninggalkan keluargaku dalam tanda tanya yang besar mengenai keributan tadi pagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD