32 - April - His Heart

1202 Words
    Aku ternyata telah salah paham padanya. Aku tahu dia tidak mungkin pergi begitu saja dariku. Nah, sekarang aku harus memanggil akar permasalahannya. Aku tahu Sean berbohong padaku dan ternyata dugaanku benar. Tapi, aku juga tahu jika Sean memang sangat memikirkanku sehingga dia selalu melakukan apapun demi kebaikanku. Hanya saja kali ini ia berbuat kesalahan dengan bertindak tanpa izinku.     Saat aku sedang senang dengan kembalinya Tomoka, terdengar ledakan dari arah dapur dan membuat kami semua terlonjak. Aku segera memerintahkan Sean untuk memeriksa ke dapur jika-jika ada serangan teroris lagi.     Untung saja bukan ancaman teroris lagi. Hanya kesalahan sang koki yang membuat kami semua panik. Kamar hotel itu mulai terbakar dan kami harus segera mengungsi dari sini. Aku mengkhawatirkan Tomoka namun Sean lebih memprioritaskan keselamatanku terlebih dahulu.     Aku cemas dengan keadaannya karena dibawa paksa oleh Sean. Aku sampai mondar-mandir di tempat karena belum melihat sosoknya. Apa dia selamat? Kenapa dia belum keluar???     Aku langsung menghela napas lega saat melihatnya keluar dengan nona Aya Hirano. Aku tahu Tomoka berpikir jika ledakan itu pasti ulah teroris lagi. Tapi, aku yakin tidak mungkin ada teroris yang bisa masuk ke kamarku tanpa melewati penjaga serta Sean begitu saja.     Ah, aku benar-benar tidak suka dengan penampilanku saat ini. Karena evakuasi mendadak itu, mereka sampai menarikku paksa dan membuatku terlihat lusuh. Aku merapikan pakaianku dan dalam sekejap aku menyadari sesuatu telah menghilang. Kalungku!     Aku meraba dadaku untuk mencari kalungku. Tapi, memang kalungku menghilang. Apa karena mereka menarikku paksa sehingga kalungku terjatuh di kamar???     Tomoka juga menyadari jika aku kehilangan kalungku. Ia tahu seberapa penting makna kalung itu bagiku. Aku harus segera mencarinya! Jika aku mencarinya sekarang, aku pasti masih sempat untuk menemukannya. Aku hanya punya satu foto ibuku dan aku tidak ingin kehilangannya!     Sean terus menahanku karena ini bisa membahayakanku. Tapi, aku tidak peduli! Aku hanya memikirkan untuk menemukan kalungku sebelum api melalap semuanya. Aku tahu aku tidak boleh sembrono seperti ini karena tanggung jawabku sebagai kepala negara saat ini. Tapi, kalung itu juga penting bagiku. Apa aku benar-benar tidak bisa mendapatkannya kembali?     Tiba-tiba, aku mendengar Tomoka dan nona Aya berbicara dalam bahasa Jepang. Tomoka sepertinya mengatakan sesuatu dan nona Aya menahannya. Tomoka membantah dan aku bisa menangkap satu kata dari ucapannya, 'kalung'. Melihat gerak-geriknya yang hendak melepaskan diri dari nona Aya, aku bisa menebak apa yang akan terjadi.     Tomoka berniat untuk mencari kalungku!     Tidak... tidak... aku tahu kalung itu memang penting. Tapi, aku tidak mau jika Tomoka mempertaruhkan hidupnya demi diriku. Aku tidak mau terjadi apa-apa padanya. Dia tidak boleh pergi ke sana! Aku akan mengikhlaskan kalung itu... tapi, kumohon jangan masuk kembali ke sana!     Sayangnya Tomoka hanya tersenyum dan ia berbalik kembali ke kamar hotel yang langsung membuatku syok melihatnya. Aku tidak mau saat itu adalah saat terakhir aku melihatnya...     Aku panik dan tidak bisa tenang sama sekali sejak mengetahui Tomoka masuk ke kamar itu. Aku mondar-mandir dengan tidak sabaran menunggunya kembali. Ah, aku tidak bisa terus menunggu seperti ini. Aku harus mencari cara untuk bisa kabur dari Sean dan para pengawal. Aku tahu mereka tidak akan menurutiku untuk masalah yang satu ini tapi Tomoka sangat penting untukku!     “Aku mau ke kamar mandi,” ucapku kemudian pada Sean. Sean malah memandangiku dengan tajam.     “Saya akan menemani anda, tuan.” tegas Sean. Aku menaikkan sebelah alis dengan tidak percaya. Aku tahu Sean tidak percaya dengan alasanku ini. “Aku hanya mau ke kamar mandi saja. Tidak perlu ditemani,” lanjutku. “Saya tahu apa yang hendak anda lakukan, tuan. Tapi, saya tidak akan membiarkan anda kabur untuk kedua kalinya lagi.” Sean tetap menegaskan dirinya.     Sial! Sean terlalu pintar untuk dibohongi. Aku sudah tidak bisa mencari cara lain lagi sehingga aku secara otomatis langsung melayangkan tinju ke arah Sean secara mendadak.     Sean terkejut dan terkena pukulanku sehingga tubuhnya limbung. Sebelum ia bisa menyadarinya, aku langsung berlari secepat mungkin ke arah api yang masih berkobar.     “Tuan!!! Kembali!!! Pengawal!!! Cepat kejar tuan!!!” teriak Sean sambil berusaha berlari untuk mengejarku. Tapi, aku sudah lebih dulu menjauh darinya dan tiba di kamar itu lebih cepat.     Api yang membakar tempat itu semakin besar dan membuatku sedikit kesulitan untuk bisa masuk ke dalam. Air dari sprinkle pun tidak bisa menahan kobaran api yang semakin membesar itu. Aku bisa mendengar jeritan dan banyak orang yang berusaha menyelamatkan diri. Sepertinya dari kamar-kamar di sebelah ruanganku. Mereka pasti terkena dampaknya.     Tapi, aku tidak bisa memikirkan itu sekarang. Prioritasku adalah membawa Tomoka kembali. Aku langsung menerjang kobaran api sehingga tidak peduli rambutku sedikit terbakar. Aku bahkan mengenyahkan kayu-kayu yang masih terbakar dengan tanganku sehingga abu dan apinya sedikit membakar kulitku. Sakitnya sudah tidak kupikirkan lagi karena aku telah melihat gadisku.     Tomoka tergeletak di lantai dan jantungku benar-benar hampir berhenti berdetak melihatnya terkapar seperti itu.     “Tomoka!!!” teriakku dan aku segera berlari ke arahnya.     Tomoka sudah tidak sadarkan diri dan aku segera menggendongnya keluar dari ruangan itu. Tepat pada saat aku hendak keluar dari sana, Sean datang bersama beberapa pengawal dan terkejut melihat keadaanku yang berantakan.     “Tuan! Cepat keluar dari sini!” panggilnya sambil menarikku.     “Bawa Tomoka keluar dari sini! Panggil dokter segera!!! Ini perintah!!!” kataku cepat dan segera mengoper Tomoka pada salah satu pengawal karena bajuku tersangkut dan aku kesulitan untuk keluar.     Para pengawal langsung mengambil Tomoka dari tanganku dan aku berusaha untuk melepaskan kaitan di pakaianku. Api dan asap yang tebal benar-benar membuatku sulit untuk bernapas. Sehingga aku harus bergerak lebih cepat. Sean segera membantuku dan ia bahkan merobek pakaianku begitu saja. Ia dengan cepat membawaku keluar dari sana.     “Apa anda sudah gila, tuan??? Anda bisa mati di dalam sana!!!” bentak Sean marah melihat tindakanku saat kami sudah keluar dari kamar dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.     “Itu karena kau tidak mendengar perintahku tadi! Jika kau menurutiku untuk membawanya kembali, aku tidak akan melakukan hal senekad ini!” bantahku dengan tajam.     “Saya tidak bisa meninggalkan anda begitu saja hanya karena seorang penerjemah. Keamanan anda adalah prioritas saya,” balas Sean dingin.     “Tapi, dia penting bagiku! Dia segalanya bagiku! Aku tahu kau tidak menyukainya, Sean... tapi, aku mencintainya! Kau dengar itu??? AKU MENCINTAINYA!!!” aku membelalak ke arah Sean dengan emosi. Bagaimana bisa Sean begitu berhati dingin seperti itu???     “Jika terjadi sesuatu padanya, aku bahkan rela untuk mengorbankan nyawaku! Jadi, lebih baik kau ingat hal itu!” desisku dan aku langsung mendengus berbalik meninggalkannya.     Aku segera pergi ke ruangan dimana Tomoka diamankan. Dokter mengatakan jika ia terlalu banyak menghirup asap sehingga kekurangan oksigen. Tapi, selebihnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku benar-benar merasa sangat lega mendengarnya.     Tomoka masih belum sadarkan diri dan aku hanya bisa duduk menunggunya terbangun. Aku sampai bertanya-tanya di dalam hati bagaimana jika tadi ia tidak bernapas lagi? Aku langsung menggeleng cepat. Pikiran buruk itu harus segera kuenyahkan. Aku tidak mau memikirkannya sama sekali. Yang penting Tomoka sekarang selamat.     Mataku melirik ke arah tangan Tomoka yang menggenggam sesuatu. Sebuah rantai mencuat dari sela-sela jarinya dan aku tahu benda apa yang dipegangnya dari tadi. Kubuka genggamannya perlahan dan aku melihat kalung peninggalan ibuku masih utuh tanpa hangus sedikitpun. Tomoka benar-benar melindunginya tanpa mempedulikan nyawanya sama sekali.     Hatiku semakin tersentuh melihat pengorbanannya dan aku yakin jika Tomoka pasti juga mencintaiku karena tidak mungkin dia mau mengorbankan dirinya untuk melindungi milikku yang sangat berharga...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD