62 - July - Lend Me Your Hand

1045 Words
    “Aku menyadari sekarang bahwa aku dari dulu hanya memperhatikan apapun yang akan berakibat padaku,” lanjutnya.     “Apapun yang berakibat padamu?” ulang pangeran Damian. Xu Qiang mengacuhkannya.     “Apa kau pernah melihat dengan mata kepalamu sendiri? Makanan yang disantap rakyatmu, pakaian yang mereka kenakan, dan kehidupan yang mereka jalani? Aku tidak pernah melihat hal itu dan aku juga tidak memiliki keinginan untuk melihatnya sama sekali walaupun negara ini ada karena dukungan para rakyat, tidak hanya aku,” ujar Xu Qiang. Pangeran Damian terlihat bingung dan menghindari memandang Xu Qiang lagi.     “Aku ingin melindungi negaraku dengan caraku sendiri. Apakah kau tidak merasakan hal yang sama? Di musim panas itu, kita berjanji untuk menjadi pemimpin yang baik... walaupun aku menikahi putri Garel, aku tidak percaya bahwa hubungan yang terbentuk dari cinta palsu itu akan membuat kedua negara berdamai. Jadi, dapat dikatakan bahwa kita bisa menciptakan cara kita sendiri, tidak berdasar pada cara kuno seperti itu lagi,” Xu Qiang menatap pangeran Damian dengan tatapan yang serius.     Ketika ia melakukannya, pangeran Damian yang dari tadi terus berdiam diri, pelan-pelan membuka mulutnya untuk berbicara.     “Apa yang kau pikirkan?” tanyanya.     “Aku ingin bekerja sama dengan Mongolia untuk memproduksi teh terbaik di China. Aku ingin meminjam pengetahuanmu di bidang perkebunan,” jawab Xu Qiang.     “...maksudmu Chins?” pangeran Damian melebarkan kedua pupilnya.     “Benar sekali,” Xu Qiang mengangguk.     Chins adalah nama teh terbaik yang tumbuh di China. Itu adalah pendapatan utama pada perekonomian China. Selama beberapa tahun, perkebunan ini mengalami masalah.     “Sebagai gantinya, aku ingin meminjamkan negara Mongolia beberapa lahan di China. Aku percaya jika mereka dapat menghasilkan teh terbaik dengan belajar dari China. Tentunya hal ini akan berguna bagi ilmu agrikultur negara Mongolia. Jika kita saling membantu, kurasa kita dapat memproduksi beberapa barang baru,” lanjut Xu Qiang.     Mendengar kata-kata Xu Qiang, pangeran Damian terlihat berpikir sesaat. Ia kemudian memandang cangkir tehnya tanpa berkata apa-apa. Ekspresi suram kembali menghiasi wajahnya. Pangeran Damian nampaknya sedang tenggelam dalam renungannya.     Untuk memecahkan keheningan diantara mereka, Xu Qiang mengambil sebuah onigiri dan tanpa ragu mengigitnya sebesar yang ia bisa.     “...ya, rasa ini yang kucari... onigirimu sangat enak,” puji Xu Qiang ke arahku.     “Aku punya kebanggaan dalam membuat onigiri, kau tahu.” senyumku.     “Aku tahu ini keahlianmu. Kelihatannya sederhana, tapi ada rasa yang sangat mendalam terkandung di dalamnya. Seperti yang kau katakan, aku menyuruh kokiku untuk membuatnya dan dia tidak bisa membuat rasa seperti ini,” Xu Qiang memperhatikan wajahku kemudian ia tersenyum. Ia kembali melanjutkan makannya dengan tenang.     Pangeran Damian hanya melihatnya dalam diam dan pelan-pelan mengambil sebuah onigiri. Ia menggigit potongan kecil dari onigiri itu. Aku berharap ia menyukainya...     Aku memperhatikannya saat memakan onigiri itu. Hatiku berdegup kencang.     “Jadi ini rasanya makanan Jepang... rasa yang belum pernah kurasakan...”gumam pangeran Damian sambil memandang onigiri yang ada di tangannya. Kemudian ia tersenyum pelan. Apakah berhasil?     Secercah harapan mulai memenuhi hatiku. Xu Qiang dan aku terus memperhatikan ekspresi pangeran Damian. Tapi, tiba-tiba ia berdiri dari tempatnya...     “Ternyata aku memang harus pulang.”     Kata-katanya membuat kami terkejut. Kenapa???     “Hei, Damian!” Xu Qiang langsung berdiri secepatnya dan meraih lengan pangeran Damian saat ia akan berbalik pergi.     “Ketika kita masih kecil, kita sama sekali tidak mengerti bahasa satu sama lain. Tapi, kita mengerti perasaan masing-masing. Kita menikmati pengalaman yang sama dan tertawa bersama. Kita pasti bisa melakukannya sekarang. Tolong bantulah aku... aku ingin China dan Mongolia bisa melangkah ke masa depan yang lebih baik bersama-sama,” kata Xu Qiang menatap pangeran Damian dengan tatapan yang sangat serius.     Ketika aku menerjemahkan semua kata-kata Xu Qiang pada pangeran Damian, ia menghela napas panjang.     “Itulah sebabnya aku akan membawa pulang adikku ke Mongolia. Jika aku terus menghabiskan waktu di sini, kau dan Garel akan dipaksa menikah,” Pangeran Damian tersenyum saat mengatakan hal ini.     Ketika aku mendengarnya, aku terkejut hingga tidak mengedipkan mata sama sekali. Xu Qiang menyikutku dan menyuruhku untuk segera menerjemahkannya.     “Aku juga tidak mampu membantu apa yang telah ayahku perbuat di sini. Rakyat terus berkata bahwa setelah bibiku meninggal, ayahku mulai berubah. Aku dapat mengerti bagaimana rasanya kehilangan salah satu anggota keluarga yang dicintai. Tapi, kesedihan itu tidak seharusnya berubah menjadi sebuah dendam dan kebencian. Perasaaan seseorang tidak seharusnya mempengaruhi sistem politik pemerintahan,” lanjut pangeran Damian. Xu Qiang langsung mengangguk.     “Ya, aku setuju denganmu.” katanya.     “Aku juga masih belum memiliki kekuatan untuk menjalankan pemerintahan sendirian... tapi, aku akan bicara pada ayah dan adikku,” pangeran Damian mengangguk singkat dan ada secercah sinar di matanya, ia sepertinya telah memutuskan sesuatu.     “Jika kau dan adikku menikah, tentu kedua negara akan berdamai... untuk sementara. Tapi, untuk kedua negara yang diperlukan adalah kedamaian dalam jangka waktu lama,” setelah pangeran Damian mengatakan ini, ia tersenyum ramah pada teman masa kecilnya itu.     Saat aku menerjemahkan kata-kata mereka satu per satu, aku merasakan adanya kehangatan yang menyebar di hatiku.                                                                                         ˜***       Karena kecerobohan Tomoka, aku merasa pertemuan ini tidak bisa dilanjutkan. Damian juga pasti lebih tidak ingin berbicara lagi setelah kecelakaan kecil ini. Suasana hatinya juga pasti berubah memburuk. Namun, sebelum pangeran Damian sempat keluar dari ruangan, terdengar ketukan pintu dan Tomoka masuk membawa... apa itu??? Kereta dorong???     Kami semua terkejut melihat kereta dorong yang dibawa oleh Tomoka. Ada beberapa peralatan di dalam kereta dorong itu. Ternyata Tomoka menyiapkan sesuatu sebagai permintaan maafnya. Damian juga nampaknya tidak senang dengan kedatangan Tomoka yang sepertinya berusaha mengulur waktu. Namun, Tomoka mengatakan sesuatu padanya sehingga Damian terdiam.     Tomoka meletakkan dua cangkir teh Jepang dan teko kecil dari kereta dorongnya. Oh, aku tahu benda-benda itu semenjak menginap di rumahnya! Aku bisa melihat jika Damian tertegun sambil memperhatikan apa yang dikerjakan oleh Tomoka.     Gadis itu kemudian menyeduh teh dengan anggun dan memberikan kami secangkir untuk masing-masing. Untung saja Damian tidak protes dan ia juga meminum tehnya. Saat kami menyeruput teh itu, rasa nikmat langsung menjalari mulutku dan aku refleks mengatakannya. Aku terkejut saat mendengar Damian juga terlihat terkejut dengan rasanya yang enak.     Entah kenapa rasa teh yang kuminum itu mengingatkanku dengan rasa yang ada di rumah Tomoka. Damian terkejut mengetahui aku pernah berada di rumah Tomoka dan bahkan bermalam di sana. Aku memang sangat menyukai rumah Tomoka dimana rasa kekeluargaan itu sangat terasa dan menenangkan. Damian tertegun mendengarku dan ia nampaknya sedang berpikir.            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD