25 - March - The Spirit You Gave

1103 Words
    Oh, aku membutuhkan Tomoka saat ini! Tidak ada waktu untuk meneleponnya dan lebih baik aku langsung berangkat menuju kantornya. Kuperintahkan Sean untuk membawaku ke kantor Tomoka dan aku sendiri yang langsung turun untuk menjemputnya. Sean membelalak padaku namun aku tidak peduli. Ini juga merupakan kesempatan bagiku untuk melihat-lihat kantor Tomoka.     Tempat ini cukup unik dan masih terlihat seperti kantor-kantor biasa di China. Yang membedakannya adalah tempat ini tidak seramai kantor-kantor di China yang padat penduduk. Namun, mereka semua sepertinya mengenalku karena mereka tidak menyembunyikan keterkejutan saat melihatku dan memberikan jalan untukku lewat.     Seorang wanita yang kulihat sepertinya keturunan asing mendadak menghampiriku dengan senyum yang optimis. Dia memperkenalkan dirinya padaku dan ternyata namanya adalah Gabrielle Heart. Tepat seperti yang kuduga, dia memang mengenaliku dan sengaja menyapaku. Tapi, aku sedang tidak ingin berbasa-basi dengan orang asing. Aku sedang terburu-buru sehingga aku langsung menyuruhnya untuk menunjukkan jalan menuju kantor Tomoka.     Entah ini hanya perasaanku atau aku salah lihat, Gabrielle terlihat tidak senang saat aku menyebut nama Tomoka. Bahkan senyumnya pun menghilang. Namun, setidaknya ia tidak berani macam-macam padaku. Gabrielle tetap menunjukkan jalan menuju kantor Tomoka.     Saat membuka pintu ruangan Tomoka, wajahnya langsung terlihat dan entah kenapa aku sangat merindukannya. Padahal kami baru bertemu pagi ini. Tomoka terkejut melihatku. Tentu saja, seorang pangeran menjemputnya, tidak ada hal lain yang bisa mengejutkannya seperti ini.     Saat kami tiba di rumah sakit Akiyama, laboratorium di Jepang benar-benar sangat modern dan canggih. Aku sangat berminat untuk mempelajarinya karena hal-hal ini belum ada di negaraku. Aku mempelajari semuanya dengan serius karena tidak ada kata main-main dalam kamusku untuk masalah pekerjaan.     Aku yang masih bersemangat dengan semua informasi yang baru kupelajari tadi langsung membahasnya dengan Tomoka. Tapi, anehnya tatapannya menerawang seperti pikirannya sedang tidak di sini. Saat aku menegurnya, ia bahkan terkejut dan itu menandakan Tomoka dari tadi tidak mendengarku berbicara.     Tomoka terlihat ragu untuk mengatakan penyebabnya padaku. Namun, aku benar-benar penasaran apa yang membuatnya berpikir keras seperti itu. Ternyata gadis kecil yang pernah diceritakan Tomoka padaku mengidap penyakit yang sama dengan ibuku. Tentu saja aku terkejut mendengarnya. Rasa ibaku muncul pada anak sekecil itu yang harus merasakan penderitaan yang sama dengan ibuku tanpa mengetahui jika pengobatan untuk dirinya belum ditemukan. Apalagi gadis kecil bernama Miu itu sudah dirawat lama di rumah sakit Akiyama. Ternyata Tomoka mengharapkan jika aku bisa mengunjungi Miu sebagai permintaan sebelum ia menjalani operasi.     Aku ingin mengabulkan permintaan Miu karena aku tahu pada saat-saat kau tidak berdaya, kau membutuhkan pendorong semangat yang bisa membuatmu untuk terus bertahan hidup. Aku hendak mengatakan jika aku ingin mengunjunginya namun mataku tiba-tiba menangkap sosok Sean yang sedang memperhatikan pembicaraan kami. Matanya terlihat tajam seperti tidak menyetujui ide Tomoka sama sekali. Aku tahu jika Sean tidak akan mengizinkanku untuk melakukannya karena aku juga memiliki jadwal lainnya di hari itu. Tapi, menurutku jadwal itu bukanlah jadwal yang penting daripada nyawa seseorang yang sedang di ambang maut. Hanya menghadiri pembukaan acara seni oleh seorang pelukis saja! Tapi, aku tidak bisa langsung menyetujui permohonan Tomoka karena Sean mengawasi. Aku tidak boleh sembarangan dalam bertindak dan akan menyebabkan Sean semakin membenci Tomoka.     Aku terpaksa menolak permohonan Tomoka dengan berat hati. Aku benar-benar tidak suka saat melihatnya bersedih seperti itu. Tapi, bersabarlah Tomoka... aku melakukan semua ini karena ada maksudnya...                                                                                               ***       Akhirnya hari operasi Miu-chan tiba. Sang pangeran sama sekali tidak mengunjungi rumah sakit hari ini. Ia akan menghadiri pembukaan acara seni oleh pelukis ternama Jepang.     Mereka terkagum-kagum dengan suasana rumah tradisional milik pelukis itu. Aku tidak terlalu heran karena rumah orangtuaku hampir sama persis dengan miliknya. Xu Qiang pun tidak menunjukkan ekspresi terkejut sama sekali. “Sebelah sini, tuan.” seorang pelayan mengantarkan kami menuju ruang pertemuan dengan melewati sebuah taman kecil.     Secara tiba-tiba, tubuh Xu Qiang langsung ambruk hingga mengagetkan kami semua. “Tuan Xu Qiang!” Sean langsung menghampiri pangeran yang tergeletak di pasir taman. Dengan cekatan, Sean langsung menghubungi mobil ambulans.     Aku panik luar biasa melihatnya pingsan seperti itu. Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya beberapa kali untuk membangunkannya. “Xu Qiang! Bangun... ayo bangun...” panikku sampai hampir menangis. Aku berlutut di sampingnya sambil terus memanggilnya. Tetap saja dia tidak menyahutku sama sekali.     Mobil ambulans telah datang dan segera membawanya ke rumah sakit Akiyama yang merupakan rumah sakit terdekat dari sana. Dr. Hirata dengan cepat langsung mengambil alih untuk menangani pangeran. Aku benar-benar berharap tidak terjadi apa-apa padanya.     Dua puluh menit berlalu. Kami menunggu di depan ruang gawat darurat. Tidak berapa lama, para suster yang membawa Xu Qiang keluar dari ruangan dengan terburu-buru. Sepertinya mereka sudah selesai. Dr. Hirata juga menyusul keluar dan menghampiriku tiba-tiba. “Nona Manami, bisakah anda ikut masuk? Pangeran memanggil anda,” katanya hingga membuatku dan Sean terkejut. Sean tidak berkata apa-apa sehingga aku langsung ikut masuk ke dalam ruangan itu.     Jantungku berdegup kencang ketika memasuki ruang operasi itu. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Saat aku menggeser tirai yang menutupi ranjang operasi, aku terkejut melihat sesuatu. “Akhirnya kau di sini,” kata Xu Qiang dengan santai.     Ia duduk dengan tenang di salah satu sofa di sudut seperti tidak terjadi apa-apa. Xu Qiang mengenakan jas putih milik dokter dan kacamata menghiasi matanya. Aku benar-benar bingung melihatnya hingga aku langsung menoleh pada Dr. Hirata yang berdiri di belakangku. Ia hanya tersenyum padaku. “Pangeran ingin mengunjungi Miu-chan katanya,” jelas Dr. Hirata.     Aku langsung berpikir bahwa Xu Qiang sengaja berpura-pura pingsan sehingga dia dapat melakukan hal ini. Aku benar-benar kaget melihatnya dan tidak sanggup berbicara. “Jika aku tidak berpura-pura pingsan, aku pasti tidak dapat mengunjungi gadis kecil ini,” dengusnya. Xu Qiang nampaknya tidak takut sama sekali atas perbuatannya. Akupun sudah menyerah untuk memarahinya. “Dokter, tolong tahan mereka sebentar di luar. Tomoka, tunjukkan padaku di mana kamar Miu-chan,” perintahnya langsung.     Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilakukannya dan terus melemparkan pandangan bertanya ke arahnya. “Jangan bodoh! Sean ada di sana waktu itu. Mana mungkin aku akan mengatakan aku mau ke sini,” dia langsung menjawab tanpa memandangku. “Aku hanya bisa melakukan hal seperti ini jika tidak ada yang tahu sama sekali,” senyumnya.     Aku benar-benar tercengang ketika Xu Qiang keluar dari ruangan itu dengan pakaian dokternya, Sean sama sekali tidak mengenalinya. Mungkin karena mereka tidak akan mengira pangeran akan menyamar menjadi seorang dokter.     Hatiku langsung dipenuhi dengan kegembiraan karena bisa mengabulkan permohonan Miu-chan. Gadis kecil itu terlihat panik karena tidak menyangka pangeran yang dikaguminya benar-benar mengunjunginya. Xu Qiang tersenyum lembut padanya. “Aku dengar kau akan melakukan operasimu hari ini. Jadi, aku kemari untuk mendoakanmu agar operasinya berhasil,” katanya ramah.     Xu Qiang meraih tangan Miu-chan dan mencium punggung tangannya yang mungil. Gadis kecil itu senang sekali hingga wajahnya merona merah. “Terima kasih! Aku akan berjuang!” serunya dengan bersemangat. Aku tersenyum memandang Miu-chan yang terlihat sangat gembira itu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD