43 - May - The Storm

1580 Words
    Aku bermalam di kamar Tomoka hari itu. Entah kenapa tidak ada yang mencariku dan sepertinya aku tahu siapa yang melakukannya. Sean pasti menyadari jika aku berada di kamar Tomoka dan untungnya dia masih cukup baik hati dengan membiarkanku beristirahat satu hari di kamar Tomoka tanpa berusaha membawaku kembali. Kenapa aku bisa mengetahuinya? Sederhana, lihat saja Sean yang datang pagi-pagi ke kamar Tomoka sambil membawakan pakaian ganti dan sarapan untukku. Tuh 'kan? Dia selalu tahu dimana aku berada sampai aku berpikir apakah jangan-jangan ada GPS yang melekat di badanku???     Sean yang santai saja melihatku di kamar Tomoka memberikanku sepucuk surat yang sangat kukenali. Surat yang selalu datang untukku dan memuakkan. Lagi-lagi aku memerintahkan Sean untuk membalas surat itu sebagai ganti diriku. Tapi, saat Sean membaca suratnya, wajahnya berubah menjadi terkejut luar biasa sehingga aku pun penasaran dengan isinya. Dengan cepat, kuambil surat itu dari tangan Sean dan membacanya langsung. Apa-apaan ini???     Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang k****a sekarang. Sean langsung menyarankan padaku untuk memeriksa kebenaran isi surat itu dan aku menyetujuinya. Aku perlu tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Tomoka mungkin bingung dengan situasinya tapi yang bisa kuucapkan hanyalah permintaan maaf karena harus meninggalkannya sementara aku memeriksa surat itu.     Saat kami kembali ke ruang kerjaku, aku segera menyuruh Sean untuk mengkonfirmasi isi surat yang mengejutkan itu. Aku benar-benar tidak sabaran dengan hasilnya. Sean kembali dengan wajah tegang.     “Saya sudah mendapat balasannya, tuan.”     Aku hanya memberikan tatapan bertanya padanya masih dengan tidak sabaran. Sean memberikan dokumen yang dibawanya tadi dan langsung menyodorkannya ke meja. Aku membaca dokumen itu dan langsung membelalak seketika. Apa-apaan ini???     “Surat itu memang berasal dari putri Garel, tuan. Ternyata selama anda dinas ke Jepang, paman anda membuat kesepakatan dengan Mongolia untuk memperbaiki hubungan antar dua negara. Anda secara resmi telah bertunangan dengan putri Garel,” jelas Sean dan otomatis aku membelalak mendengarnya. “Bagaimana bisa??? Aku benar-benar tidak tahu mengenai masalah ini!” protesku mendadak.     “Tentu saja kau tidak tahu karena aku yang memutuskannya.”     Sebuah suara datang dari pintu dan itu ternyata adalah paman Yu. Ia masuk dengan tenangnya ke ruanganku dan sepertinya sudah menguping selama beberapa saat. Dari ekspresinya, ia sepertinya tidak takut padaku sama sekali walaupun dia telah memutuskan sesuatu yang sangat merugikanku.     “Kenapa paman tidak mengatakannya padaku?” aku memandangnya dingin. Rasanya ingin sekali aku berteriak padanya, namun karena ia lebih tua aku masih harus menghormatinya.     “Kalau kukatakan, memangnya kau akan setuju? Kau tidak pernah menganggap serius dalam membuat perjanjian damai antara China dan Mongolia. Jika paman tidak segera menyetujuinya, memangnya kau pikir negara Mongolia tidak akan berpikir macam-macam? Mereka setidaknya masih mau menawarkan ide kerjasama seperti itu daripada harus perang dingin seperti ini. Dan perlu kau ketahui, putri Garel-lah yang menyarankan pertunangan ini. Dia menyukaimu! Seharusnya kau bisa memanfaatkan perasaan itu untuk membuat negara kita menjadi lebih baik!” balas paman Yu. “Membuat negara kita menjadi lebih baik? Apa dengan cara aku memanfaatkan perasaan orang lain??? Aku tidak sepicik itu, paman. Jika paman berpikir aku tidak serius dalam menangani cara mendamaikan kedua negara, paman salah besar! Aku mencari cara lain dan bukan dengan pernikahan konyol seperti ini. Ini hidupku! Aku yang seharusnya menentukan siapa pasanganku!” tegasku lagi padanya.     “Maksudmu dengan penerjemah dari Jepang itu?”     Paman Yu memandangku dingin dan aku langsung terkejut mendengarnya. Bagaimana dia bisa tahu mengenai hubungan kami???     “Kau pikir paman tidak tahu mengenai hal itu. Semua gerak-gerikmu selalu berada dalam pantauan paman. Kau pikir paman akan membiarkan kau merusak semuanya hanya karena perasaan sesaatmu itu?” paman Yu menaikkan sebelah alisnya dan tetap memandangku dingin.     Aku langsung berpikir apakah Sean yang memberitahu semua gerak-gerikku pada paman??? Ah, nanti saja itu kupikirkan. Aku perlu menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu.     “Semenjak kau menjadi seorang pangeran, perasaan pribadimu itu bukan milikmu lagi. Kau sudah menjadi bagian dari negara dan berkorban adalah pilihanmu.”     Paman Yu langsung berbalik untuk keluar dari ruanganku dan ia kemudian berhenti di depan pintu. Ia menolehkan sedikit wajahnya dan memandangku sinis.     “Lebih baik kau segera memulangkan penerjemah itu daripada dia akan menjadi masalah.”     Pintu langsung menutup dan aku menggertakkan gigiku dengan kesal sekali. Kukepalkan tanganku dan memukul meja karena geram. Hidupku benar-benar dikendalikan oleh paman Yu!     Tiba-tiba, aku teringat sesuatu dan aku segera memandang Sean yang masih berdiri di depan mejaku.     “Apa kau selama ini menjadi mata-mata paman???” tudingku padanya.     Sean membelalak seketika, “Tidak, tuan! Mana mungkin saya menjadi mata-matanya! Anda tahu sendiri jika saya juga tidak terlalu suka padanya,” balas Sean dengan cepat. “Tapi, bagaimana dia tahu dengan semua gerak-gerikku selama ini??? Mengenai hubunganku dengan Tomoka juga hanya kau yang tahu,” sergahku memandangnya tajam. “Saya benar-benar tidak tahu mengenai hal itu, tuan! Paman anda juga tahu jika saya selalu setia pada anda. Dia tidak mungkin bisa membuat saya bekerja untuknya,” Sean memandangku tepat di mata. Ada kebenaran dalam sinar matanya. “Yah, kau benar. Bisa jadi dia mengawasiku diam-diam...” gumamku sambil menghela napas lelah. “Mungkin saja. Karena walaupun saya telah memberitahu anda untuk lebih berhati-hati saat menjumpai Tomoka pun, anda mengabaikan saya,” gumam Sean sambil menghela napas seakan menyalahkan aku yang selalu tidak menuruti kata-katanya.     Yah, memang kuakui itu benar. Aku terkadang suka lupa diri jika bersama Tomoka sehingga tidak memperhatikan sekelilingku. Mungkin Sean yang lebih lelah karena harus membereskan semua kekacauan yang kubuat.     “Jadi, apa yang harus kulakukan sekarang...?” keluhku sambil menyandarkan diri di kursi dan mengurut pelipisku dengan lelah. “Seperti yang paman anda katakan, anda tidak bisa membatalkan pertunangan itu begitu saja. Coba pikirkan, jika anda melakukannya pasti situasi kedua negara akan semakin panas dan perang mungkin tidak akan berhenti,” balas Sean. “Aku tahu hal itu. Tapi, aku benar-benar tidak ingin bertunangan dengan putri konyol itu. Dia benar-benar membuatku jengkel dengan imajinasi kekanak-kanakkannya. Aku bahkan tidak ingat pernah membuat janji untuk menikah dengannya waktu kecil!” geramku sambil mengepalkan tangan. “Yah, ini yang namanya beban seorang kepala negara~” siul Sean.     Aku beranjak dari kursiku karena aku tahu apa yang harus kulakukan saat ini. Setidaknya aku perlu memberitahu Tomoka terlebih dahulu agar dia tidak salah paham nantinya. “Anda mau kemana, tuan?” tanya Sean yang melihatku melewatinya begitu saja hendak keluar dari ruang kerja itu.     “Menemui Tomoka. Aku perlu menjelaskan situasi ini padanya. Dia bisa salah paham jika mendengarnya dari pihak lain. Apalagi setelah paman mengetahui hubunganku, aku tidak bisa menjamin jika dia tidak akan melakukan sesuatu terhadap Tomoka. Aku tidak tahu rencana busuk apa yang sedang dijalankannya,” ucapku dan langsung keluar dari ruangan.     Sean mengikutiku dan kami langsung berjalan ke ruangan Tomoka kembali. Saat menjumpai Tomoka, aku memberikan surat yang kuterima tadi pagi dan menjelaskan jika surat itu berasal dari Mongolia yaitu putri Garel. Tomoka terkejut mendengarnya. Yah, wajar saja karena dia juga tahu hubungan kedua negara kami tidak begitu baik.     “Isinya bukan mengenai situasi politik negara, tapi mengenai hal konyol yang aku sendiri bahkan tidak ingat pernah melakukannya. Dia selalu mengingatkanku bahwa aku berjanji padanya untuk menikahinya waktu kami masih kecil dulu. Aku hanya mengacuhkannya karena kupikir itu hanyalah surat cinta konyol darinya yang belum dewasa,” jelasku pada Tomoka. Aku tidak menyembunyikan ekspresi ketidaksukaanku saat menceritakan putri Garel.     Aku juga menjelaskan jika aku selalu menyuruh Sean yang menggantikanku membalas surat-surat itu hanya sebagai formalitas saja. Karena mau bagaimanapun, aku tidak mungkin membalas surat itu dengan kasar. Yang ada aku hanya akan memperburuk suasana kedua negara dan bisa berakhir lebih fatal dari sekarang.     Saat Sean menjelaskan pada Tomoka jika putri Garel hendak datang ke China untuk menikah denganku, Tomoka terkejut luar biasa. Yah, aku maklum dengan hal itu karena aku sendiri juga terkejut mendengarnya. Tomoka tidak percaya dengan hal ini tapi kami meyakinkannya karena kami sudah memeriksa kebenarannya. Sean bahkan memberitahunya mengenai perjanjian pertunangan yang dilakukan pamanku tanpa sepengetahuanku sehingga kedua negara akan sulit untuk membatalkan pertunangan.     Aku tahu tujuan pamanku sebenarnya tidak buruk. Dia hanya ingin mengembalikan situasi damai pada kedua negara. Tapi, yang tidak kusuka adalah dia mengorbankan masa depanku! Mengambil kebebasanku! Aku bukanlah boneka yang bisa diatur sesuka hatinya karena aku bahkan bukan anak kandungnya! Jika ayah mendengar ini, ayah pasti akan membelaku.     Aku berpikir banyak hal dan jika pamanku sudah mengetahui hubunganku dengan Tomoka, dia pasti akan menggunakan cara untuk membuat Tomoka terluka sehingga ia akan mundur dengan sendirinya. Sebelum ia bisa melakukan hal itu, aku yang akan terlebih dahulu mengumumkan jika dia adalah kekasihku.     Saat aku mengatakan hal itu, Tomoka dan malah Sean juga ikut terkejut mendengarnya. Tapi, kutekankan pada mereka bahwa aku tidak memiliki niat untuk menikah dengan putri Garel sama sekali. Yang aku harapkan untuk mendampingiku adalah Tomoka.     Tapi, entah kenapa wajah Tomoka terlihat keberatan. Sean akhirnya bicara dan mengatakan jika perasaanku tidak akan dipedulikan lagi jika masalah pertunangan antar kedua negara ini sudah resmi. Sean bahkan menekankan jika ini adalah cara untuk memperbaiki hubungan kedua negara dan menyarankanku agar tetap bertunangan dengan putri Garel. Apa dia gila???     Aku tidak bisa menampik jika ucapan Sean benar adanya. Hubungan kedua negara sudah jelas lebih penting daripada perasaan pribadiku. Sean bahkan mengingatkanku jika awal hubungan antara China dan Mongolia memburuk karena ayah membatalkan pertunangannya dengan putri Mongolia sehingga putri Mongolia meninggal karena sakit akibat syok. Apabila aku membatalkan pertunangan lagi, sudah pasti kedua negara akan menjadi musuh bebuyutan yang tidak bisa didamaikan kembali.     Kepalaku benar-benar pusing dan aku sepertinya harus mencari jalan keluar lain. Kukatakan pada mereka agar menjaga rahasia ini. Aku tidak ingin media mengetahuinya dan masalah akan bertambah runyam.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD