27 - March - Sean's Warning

1223 Words
    Dr. Hirata terdiam seketika dan ia sepertinya berusaha mencerna apa yang kukatakan. Matanya kemudian membesar setelah paham maksudku.     “Miss Manami has told you? Oh, thank goodness... Miu-chan will take her surgery at 5 pm,” Dr. Hirata menghela napas dan ia lebih terlihat seperti menggumam pada dirinya sendiri.     “May I ask you?” tanya Dr. Hirata lagi dan ia memandangku dengan serius. Aku mengangguk.     “Why you want to do this? I mean you even barely know about Miu-chan...” lanjutnya dan aku paham jika ia mungkin merasa aneh melihat pangeran sepertiku mau melakukan hal-hal remeh seperti ini. Tapi, ini bukan hal remeh bagiku sama sekali. Seseorang yang berada di ambang kematian mungkin membutuhkanku dan aku hanya bisa melakukan hal ini untuknya.     “She's same as my mother condition. You can't do anything if someone has been die. This is just a little thing I could do for her,” jawabku dan menatapnya serius. Dr. Hirata tertegun dan ia tersenyum mengangguk.     “You're right, thank you for your kindness...” ucap Dr. Hirata dan ia membungkuk memberi hormat padaku.     Aku hanya mengangguk saja mendengarnya bicara sopan seperti itu padaku. Tiba-tiba, aku teringat dengan Sean yang pasti mengawasiku di luar ruangan. Aku harus mencari cara agar bisa keluar dari tempat ini. Tatapanku berhenti pada si dokter berkacamata itu.     “Do you have any spare of your glasses and your coat?” tanyaku padanya. Dr. Hirata terlihat bingung dengan permintaanku yang tiba-tiba sekali.     “I can't go out easily because of my assistant. So, I need to extinguish myself,” jelasku padanya. Dr. Hirata mengangguk dan ia kemudian berbicara dengan salah satu suster yang ada di sana. Sepertinya ia menyuruh sang suster untuk mengambilkan jubah dokter cadangannya dengan kacamata.     Tidak berapa lama, si suster kembali dengan jubah dokter yang dibawa menggunakan troli yang ditutupi. Pintar juga si dokter hingga bisa menyuruhnya untuk menyamarkan jubah dokter dan kacamata itu.     Aku memakai jubah dokter yang diberikannya dan mengambil kacamata cadangannya. Aku mengernyit heran melihat tidak ada lensa di kacamata itu, hanya ada bingkainya saja. Dr. Hirata mendengus tersenyum sehingga membuatku menoleh.     “That's my old glasses. The lens already broken so I just still save the frame,” jelasnya. Aku mengangguk paham. Bagus juga, kalau tidak aku bisa sakit kepala karena kacamata minus yang dipakaikan di mataku yang normal.     “Please call Tomoka. I need to talk to her. But, don't make my assistant curious,” perintahku padanya. Dr. Hirata mengangguk dan segera keluar dari ruangan. Aku duduk di salah satu sofa dengan tenang. Tomoka pasti terkejut sekali melihat penampilanku ini.     Benar sekali, sesuai dengan dugaanku Tomoka terkejut melihatku dalam jubah dokter ini. Wajar saja, aku ini terlalu tampan sehingga mengenakan jubah dokter pasti membuatku terlihat sangat menarik. Setelah aku menjelaskan semuanya pada Tomoka, aku bisa melihat raut wajahnya yang berubah menjadi senang. Nah, itu adalah ekspresi yang kunantikan.     Aku menyuruh Dr. Hirata untuk mengalihkan perhatian Sean sementara Tomoka membawaku pada Miu. Ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan gadis kecil itu dan hatiku tiba-tiba merasa sakit melihat gadis kecil yang harus merasakan penderitaan di umurnya yang masih sangat muda. Ia seharusnya masih bermain bersama teman-temannya daripada menghabiskan waktu dirawat di rumah sakit seperti ini.     Aku memberikan semangat pada Miu dari lubuk hatiku yang terdalam. Aku berharap jika anak itu akan selamat dan segera sembuh setelah melakukan operasi. Hatiku bahkan sangat terenyuh melihat senyumnya yang gembira saat melihatku. Ah, ini adalah keputusan yang tepat untuk pergi melihatnya...     Sean akhirnya membatalkan semua jadwalku hari itu karena Dr. Hirata mengatakan aku kelelahan dalam bekerja. Aku sampai berpikir cara seperti ini lumayan menguntungkan juga jika aku ingin libur dari pekerjaanku yang menumpuk sepertinya...     Aku mulai memikirkan bagaimana hasil operasi Miu. Apakah berjalan dengan lancar atau tidak? Apakah dia akan segera sembuh? Tanpa sadar aku bahkan memegang kalung peninggalan ibuku karena berharap agar nasib Miu tidak sama dengan nasib ibuku.     Saat Tomoka menanyakan alasan kenapa aku mau melakukannya, aku kembali mengulang jawaban yang kuberikan pada Dr. Hirata padanya. Namun, selain itu aku juga tidak ingin melihat Tomoka bersedih. Rasanya aku ingin sekali melihat wajah tersenyumnya setiap hari.     Tomoka sangat bahagia dengan tindakanku sehingga membuatku cukup heran padanya. Padahal ini hanya tentang orang lain, namun Tomoka bisa merasa bahagia sementara saat aku menciumnya, dia malah menolakku dan terlihat marah.     Miu saja saat aku mencium punggung tangannya, gadis kecil itu terlihat bahagia sekali. Seharusnya teoriku benar jika wanita suka diperlakukan demikian. Namun, anehnya Tomoka kesal jika aku menciumnya.     Ia bilang aku harus melakukannya dengan orang yang kusuka. Aku menyukainya makanya aku mau melakukannya. Apakah aku harus mencobanya sekali lagi? Mungkin dulu Tomoka menolakku karena belum mengenalku. Tapi, kali ini kami sudah bersama cukup lama sehingga mungkin ia juga menyukaiku, bukan?     Aku nekad untuk mencobanya lagi. Selain karena aku ingin tahu bagaimana perasaannya padaku, aku juga ingin memastikan bagaimana perasaanku walau aku sebenarnya sudah tahu akan jawabannya.     Tomoka tidak menolakku!     Jantungku berubah menjadi berdebar dengan sangat keras karena itu tandanya dia mencintaiku! Aku benar-benar tertegun karena aku benar-benar hampir akan menciumnya jika ia tetap tidak menolakku seperti ini. Aku benar-benar ingin mendengar apa yang dirasakannya sehingga ia tidak menolakku.     Tapi, entah kenapa kami malah berubah menjadi canggung sekali setelah itu. Aku tidak jadi menciumnya karena aku takut aku lupa diri nantinya. Tiba-tiba, aku bahkan tidak bisa mencari topik pembicaraan dengannya sama sekali. Aku sibuk memikirkan jantungku yang terus berdegup kencang.     Saat mobil tiba-tiba berhenti mendadak, Tomoka terlempar dari tempat duduknya. Aku otomatis segera menangkap tubuh mungilnya dan lagi-lagi mata kami bertemu. Duniaku rasanya berhenti...     Ini benar-benar buruk bagi kesehatanku. Biasanya aku selalu berdebar jika melihatnya tersenyum manis. Namun, bisa-bisa aku jadi berdebar hanya karena melihat wajahnya saja!                                                                                       ***       Aku sedang mengerjakan beberapa laporan di kamarku ketika ada yang mengetuk pintuku. Siapa yang datang malam-malam begini? Pikirku. Aku membukakan pintu dan melihat Sean berdiri menatapku. “Ada yang ingin kubicarakan,” katanya singkat dengan ekspresi tajam. “Masuklah,” jawabku. Aku dapat merasakan sesuatu yang tidak beres mengenai apa yang ingin dikatakannya.         Sean menutup pintu di belakangku dan tetap memberikan pandangan tajamnya padaku. “Aku akan langsung ke pokok masalahnya. Kau jatuh cinta pada pangeran, bukan?” tanyanya langsung. “A... apa???” kagetku karena tidak mengira pertanyaan itu akan dilontarkan padaku. Aku membeku mendengarnya. Sean sepertinya bisa melihat ke dalam diriku. “A... aku tidak mengerti apa yang kau kata—” belum selesai aku bicara, Sean langsung memotongku.     “Aku sudah mengatakan padamu untuk kesekian kalinya agar kau mengerti posisimu, bukan? Tuan Xu Qiang hanya menikmati waktunya selama ia tinggal di Jepang. Dan karena kau adalah orang Jepang, dia merasa kau sangat menarik. Itulah sebabnya dia terus mempertahankanmu di sampingnya. Jangan membayangkan hubunganmu dengannya akan lebih dari hubungan sementara,” kata-kata Sean seperti melubangi hatiku.     “Selama kau mengerti kalau ini hanya sementara, aku tidak peduli kau mau melakukan apa. Tetapi, pangeran punya tanggung jawab terhadap masa depan China. Sebentar lagi masa dinasnya di Jepang akan segera berakhir. Sampai saat itu tiba, aku minta padamu untuk tidak melakukan hal bodoh,” lanjutnya sebelum akhirnya meninggalkan kamarku.     Aku tidak bisa mengatakan apapun dan membiarkan ekspresi syok masih membekas di wajahku. Apa maksudnya dengan tidak melakukan hal bodoh? Aku merenung sesaat dan menyadari bahwa maksud Sean pastilah aku tidak boleh memberitahu pangeran bahwa aku mencintainya. Tapi, akulah yang paling tahu apa yang terbaik sehingga aku pasti tidak akan mengatakan hal itu. Sean mengingatkanku hal-hal yang telah ku waspadai sebelumnya dan aku sangat mengerti sekali maksud Sean.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD