35 - April - The Princess

1156 Words
    Aku berjalan kikuk karena tidak terbiasa dengan gaunku yang melambai dan sepatu tinggi yang kupakai. Ini lebih tinggi dari yang biasa kupakai sehari-hari. Beberapa pria yang melewatiku, memandangku sekilas lalu berhenti berjalan dan berbalik untuk melihatku kembali. Ada apa? Aku merasa semua orang ikut memperhatikanku. Aku... aku pasti terlihat aneh di sini.     Aku memandang Xu Qiang yang berjalan di sampingku. Wajahnya tampan, rambutnya berkilau, dan sosoknya sangat berkharisma. Jika kau mencari kata 'pangeran' di dalam kamus, seperti itulah gambaran untuknya. Aku beralih memandang diriku dalam balutan gaun indah dan langsung menghela napas panjang. Terlihat sangat berbeda...     “Selama beberapa saat tadi, aku tidak mengenalimu, Manami. Kau... kau terlihat cantik sekali hari ini,” Dr. Hirata menegurku tiba-tiba. Ternyata, dia juga diundang dalam perjamuan ini. Wajar saja, Dr. Hirata terkenal sebagai dokter muda yang jenius.     Dr. Hirata memandangku dengan wajah yang merona. Ia tersenyum padaku hingga membuat wajahku juga merona. “Ah, te...terima kasih...” kataku pelan. Xu Qiang langsung memandang Dr. Hirata tajam. “Hey, dia milikku. Jangan lihat-lihat.” katanya tegas. Aku terkejut mendengarnya.     Xu Qiang langsung menarikku ke belakangnya dan menatap Dr. Hirata tanpa berkedip. Untungnya, Dr. Hirata sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakannya. Ia langsung bertanya padaku apa yang barusan dikatakan pangeran. “Err... dia bilang... selamat menikmati pesta malam ini,” alasanku. Aku tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Dr. Hirata, makanya aku berbohong.     Aku langsung permisi dari Dr. Hirata saat Xu Qiang memanggilku untuk masuk ke dalam ruangan. Aku langsung berlari ke arahnya yang kelihatan sedikit marah.     Di ruangan pesta, Xu Qiang sangat terkenal. Kemanapun dia pergi, dia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang ingin berbicara padanya. Aku merasa sedikit lelah dan memandang sekelilingku. Jun juga ada di sana! Dia berdiri lumayan jauh dari kami dan dikelilingi oleh beberapa orang juga. Penampilannya berubah menjadi Wang Li Qun. Kurasa dia sedang menggantikan ayahnya dengan terpaksa.     Jun melambai padaku sambil tersenyum. Aku melambai padanya juga. Saat aku menoleh ke sampingku, aku tidak bisa menemukan Xu Qiang. Kemana dia? Bukannya dari tadi dia berdiri di sampingku? Apa kami terpisah?     Aku berjalan ke sekeliling ruangan pesta untuk mencarinya. Tiba-tiba, aku menabrak seseorang saat menoleh ke arah lain. Seorang pria muda yang terlihat tidak peduli padaku sama sekali, menunduk sekilas padaku. Wajahnya sangat tampan dan sepertinya dia bukan orang Jepang. Aku berpikir dari mana asalnya? Selama beberapa menit, aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya. Ada sesuatu yang berbeda dengannya. Pria itu berjalan kembali melewatiku.     Tiba-tiba, ada yang menarik gaunku. Aku terkejut dan langsung berbalik. Gaunku tersangkut pada jas pria tadi. Ia langsung mengangkat tangannya sebelah.     “Mohon tunggu sebentar,” suaranya sangat kalem dan dia berbicara dalam bahasa Mongolia!     Aku langsung teringat pada serangan yang dilakukan teroris Mongolia beberapa waktu lalu. Aku sedikit terkejut dan tidak menyangka akan bertemu orang Mongolia di pesta ini.     “Sudah selesai. Aku sudah melepasnya,” katanya kemudian. Aku langsung membatin bahwa aku adalah penerjemah Xu Qiang. Aku tidak seharusnya berada di dekat orang Mongolia terlalu lama. Aku langsung menunduk sekilas padanya dan segera pergi dari sana.     “Pangeran Damian! Ternyata anda di sana!” seorang pria berlari ke arah lelaki tadi. Pangeran Damian? Aku mendengar nama itu beberapa kali dalam berita. Lelaki itu adalah pangeran Mongolia!     Aku memandangnya selama beberapa saat seperti orang bodoh. Pangeran Damian menoleh ke arahku dan menunduk kembali sebelum pergi dengan pria yang memanggilnya tadi. Aku sering mendengar kondisi dua negara ini yang sedang tidak baik. Tapi, Pangeran Damian tidak seperti orang jahat sama sekali. Aku memandangnya sampai ia menjauh dariku.     “Dari mana saja kau?!” wajah Xu Qiang terlihat sangat khawatir. Aku langsung meminta maaf padanya karena tersesat tadi.     “Aku tahu kau sering tersesat. Sudah kubilang padamu untuk terus berada di—” kata-katanya terhenti ketika dia memandang ke belakangku dan melihat pangeran Damian.     “Apa kau baru saja bicara dengan... pangeran Damian dari Mongolia?” tanyanya langsung.     “Ya. Aku menabraknya tanpa sengaja tadi dan gaunku tersangkut di jasnya. Dia membantuku melepaskannya,” aku langsung menjelaskan padanya apa yang baru saja terjadi. Xu Qiang kelihatannya ingin mengatakan sesuatu saat ia memandang pangeran Damian. Entah kenapa ekspresinya terlihat sedih. “Kau mau memberi salam padanya? Aku juga menguasai bahasa Mongolia dengan baik,” kataku pelan.     “Tidak. Tidak sekarang. Perdana menteri akan tiba sebentar lagi. Ikut aku,” jawabnya. Aku langsung mengangguk dan merasakan betapa gugupnya aku ketika akan bertemu dengan perdana menteri. Xu Qiang langsung tertawa melihatku.     “Kenapa kau bisa begitu gugup hanya untuk bertemu dengan seorang perdana menteri? Kau melihatku setiap hari! Apa kau lupa kalau aku adalah pangeran dari China???” tawanya. Bagaimana mungkin aku bisa lupa hal itu? Aku sudah sering diingatkan oleh Sean mengenai betapa berbedanya kami berdua.     Mereka mengobrol dengan beberapa pangeran dari negara lain dan hal ini masih saja membuatku kagum. Semua pangeran memiliki tata krama yang sama dan cara mereka bersikap berbeda sekali dengan rakyat biasa. Entah kenapa saat menyadari bahwa Xu Qiang juga adalah salah satu pangeran membuatku merasakan sebuah kesepian. Aku mulai berpikir berapa lama lagi waktu yang bisa kuhabiskan dengan Xu Qiang dan benar-benar berharap bahwa mimpi indah ini akan terus berlanjut selamanya. Aku selalu berdoa agar hal itu terjadi. Tapi, aku sadar bahwa aku harus selalu bangun dari mimpi-mimpiku. “Tomoka, mungkin lebih baik kau mengambil secangkir teh untuk meredakan gugupmu,” kata-kata Xu Qiang mengagetkan lamunanku. Tapi, dengan begitu aku bisa menghindar sementara dari pandangannya. Aku pun mengangguk dan pergi mengambil secangkir teh.     Ada begitu banyak makanan mewah di hadapanku. Wah, aku benar-benar tergoda untuk mencicipi semua jenis makanan itu sampai-sampai aku tidak sadar beberapa wanita bergerombol yang sedang sibuk berbisik-bisik di dekatku.     “Permisi, apa anda ingin sesuatu—” belum selesai kata-kata wanita berambut pendek itu, seorang wanita berambut ikal menabraknya dengan sengaja.     SPLASH! Gelas anggur yang dipegangnya langsung menyiram gaunku! Aku benar-benar terkejut dengan hal itu. Bagaimana bisa hal ini terjadi padaku???     “Oh, astaga! Betapa cerobohnya aku! Itu bukan kesengajaan, jadi kurasa kau akan memaafkanku~” kata wanita itu sambil tersenyum sinis.     Tiba-tiba, tawanya menggelegar hingga membuat wajahku memerah. Aku merasa dihina hingga seperti ini dan aku tidak tahu harus berkata apa pada mereka.     “Penampilan seperti itu lebih cocok untuk seorang penerjemah! Jangan menganggap dirimu terlalu tinggi karena bisa berdiri di samping pangeran!” mereka berbisik dengan cukup keras untuk kudengar.     Aku tidak sanggup mendengar lagi perkataan mereka dan langsung berjalan ke taman luar. Aku mulai merenung dan merasa memang benar apa yang mereka katakan bahwa karena gaunku yang indah aku merasa lebih percaya diri saat berada di samping Xu Qiang.     “Aku lupa pada posisiku lagi...” gumamku pada diri sendiri. Ada perasaan sedih yang menyeruak di hatiku.     Aku mencoba untuk membersihkan noda anggur di gaunku. Aku langsung berjalan keluar istana kedutaan. Aku harus mencari tempat di mana aku bisa membersihkan noda ini atau berganti pakaian. Aku tidak bisa kembali ke tempat Xu Qiang dengan pakaian yang memalukan seperti ini. Mungkin sebaiknya dari awal aku memakai pakaian yang biasa kukenakan saja, pikirku.            
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD