Kicauannya hanya terdengar nada monoton yang khas dan jauh dari kata indah. Selain banyak orang yang menghindari burung Kedasih, banyak burung-burung lainnya yang bahkan juga tidak menyukai burungKedasih. Karena sifat alami dari burung Kedasih sendiri adalah culas dan kejam.
Waktu tanpa terasa telah berlalu beberapa bulan. Perut Lina yang berisi jabang bayi tercintanya semakin membesar saja dan membuatnya bertindak lebih berhati-hati dari biasanya. Lina tidak ingin membuat sebuah kesalahan apa pun yang bisa menyakiti calon bayi mereka. Karena calon bayi ini sangat berarti untuk Lina dan Dika yang sudah lama menginginkan kehadiran anak kandung dalam rumah tangga mereka. itu jelas akan membuat keluarga mereka menjadi sempurna.
Sejak pengumuman kehamilan Lina beberapa bulan yang lalu, Dika memilih untuk bersikap lebih protektif pada Lina barang sekecil pun. Bahkan pria itu tidak mengijinkan Lina untuk melakukan kegiatan yang berat dan yang mungkin bisa membuat tubuhnya kelelahan. Dika sendiri juga memilih untuk mengerjakan tugas-tugasnya di rumah demi menjaga Lina dan Rio yang masih berusia begitu muda, walau sesekali pria tampan itu akan harus pergi keluar jika memang pekerjaannya tidak bisa dilakukan dengan santai.
Pada awalnya Dika mungkin bisa menahan diri untuk tidak merasa cemas berlebihan pada Lina ketika dirinya harus pergi keluar untuk beberapa waktu. Namun suatu hari, tiba saatnya untuk Dika yang harus pergi keluar kota demi mengurus bisnis mereka, seketika membuat Dika merasa berat. Jika sudah begitu, Dika pasti akan sangat mencemaskan Lina di rumah yang harus mengurus kebutuhan rumah tangga mereka, sekaligus mengurus kebutuhan Rio, anak angkat mereka yang kini semakin aktif saja sebagai seorang balita yang tumbuh sehat.
Dika khawatir keaktifan gerak Rio akan menyulitkan Lina yang tengah mengandung anak berharga mereka. Sebenarnya Dika berencana ingin mengangkat pembantu rumah tangga untuk sementara waktu, demi meringankan beban Lina dalam menjaga Rio. Namun sayang sekali pemikiran tersebut langsung ditolak mentah-mentah oleh Lina karena dirinya masih merasa sanggup dalam menjaga Rio sendiri.
“Mas Dika, aku tidak apa-apa, sungguh. Aku masih bisa menjaga diriku dan Rio dengan baik. Lagi pula Mas Dika kan hanya pergi untuk beberapa hari, tidak untuk selamanya. Benar bukan?”
“Iya, tapi Lina—“
“Mas Dika, jangan merasa cemas terlalu berlebihan. Ini baru Rio yang aku jaga. Bagaimana jika nanti dedek bayi sudah lahir? Kau tidak bisa lebih cemas dari ini bukan? Coba dengar Lina, Mas. Mas Dika bekerja juga untuk Lina dan anak-anak kita. Bagaimana jika Mas Dika kehilangan pelanggan hanya karena mas Dika tidak bekerja secara profesional seperti ini? Itu akan menjadi lebih sulit dari ini, Mas. Apa kau mengerti itu hm?” tutur Lina dengan lembut dan penuh sabar ketika pria itu masih saja merasa berat untuk meninggalkan dirinya seorang diri di rumah dalam keadaan hamil dan harus menjaga anak balita mereka.
Pada akhirnya Lina akan harus memberikan wejangan untuk suaminya –Dika, agar pria itu tidak mencemaskan dirinya secara berlebihan. Lagi pula pria itu harus bepergian untuk beberapa hari saja, sebelum kembali pulang dalam pelukannya. Lina merasa tidak masalah dengan hal itu, karena kandungannya sendiri dalam kondisi yang cukup sehat untuk Lina tetap mengerjakan tugas rumah, sekaligus melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk Rio.
Justru Lina sangat senang ketika dirinya melakukan tugasnya sebagai seorang ibu untuk Rio. Di sisi Lina sudah menganggap bahwa balita tampan itu adalah anak kandungnya sendiri yang harus dirawat dengan penuh kasih, Lina juga berpikir dengan merawat Rio, hal itu bisa membantunya lebih banyak belajar dalam menjadi seorang ibu yang baik untuk calon bayinya kelak yang beberapa bulan lagi akan lahir. Itu adalah kesempatan yang sangat bagus bagi Lina.
Dengan pemikiran itu, Lina berusaha meyakinkan Dika untuk melakukan tugasnya di luar sana dengan baik tanpa perlu merasa cemas secara berlebihan lagi kepadanya. Setelah mendapat penuturan dari Lina itu, akhirnya Dika dengan pasrah mengikuti ucapannya. Pria itu benar-benar pergi melaksanakan tugasnya di luar kota untuk beberapa hari ke depan. Meninggalkan Lina dan Rio sendirian di rumah dalam kondisi kandungan yang cukup besar.
Tanpa wanita itu sadari bahwa anak balitanya tersebut diam-diam telah menanti kesempatan ini untuk melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya. Ah lebih tepatnya untuk calon bayi dalam rahimnya. Sejujurnya, Rio sejak awal sudah merasa tidak senang dengan kehadiran bayi dalam kandungan Lina.
Rio yang pada dasarnya merupakan salah satu bayi iblis yang sengaja dikirim ke dalam rumah tangga Lina dan Dika, sejatinya telah memiliki kemampuan dalam merasakan sesuatu yang lebih sensitif di sekitarnya. Dia sangat menikmati perhatian dari banyak orang yang tertuju kepadanya.
Keinginannya dalam menjadi nomor satu sangat kuat hingga dia tidak segan untuk melakukan sesuatu tidak peduli apa pun itu, demi membuatnya bersinar di banding anak lainnya. Hal itu adalah sifat alami dirinya yang merupakan salah satu keturunan dari seorang iblis dari jenis burung Kedasih.
Hari pertama Lina lalui dengan baik sejak kepergian suaminya –Dika yang bertugas ke luar kota. Wanita itu dengan santai membersihkan rumahnya dengan rajin. Lina cukup merasa senang dan bebas menggerakkan tiap bagian tubuhnya dengan mengerjakan semua tugas itu, karena jika Dika ada di sampingnya, pria itu tidak akan mengijinkan Lina melakukan hal tersebut.
Tentu saja pria itu akan merasa cemas berlebihan akan kondisi tubuh Lina yang semakin membuncit. Padahal dokter sendiri sudah mengatakan sejak awal bahwa menggerakkan tubuh bagi ibu hamil juga penting untuk dilakukan. Namun memang pada dasarnya Dika sendiri yang terlalu takut berlebihan.
Entah itu karena keinginan Dika sendiri yang terlalu sayang dengan Lina, atau mungkin itu bawaan calon bayi mereka yang membuat perasaan Dika menjadi lebih sensitif dan protektif terhadap Lina. Meski begitu, Lina tetap menikmati kasih sayang yang dicurahkan Dika kepadanya selama masa kehamilan ini.
Kebetulan Dika tengah berada di luar kota, Lina berniat untuk membersihkan seluruh penjuru rumah yang sudah lama tidak diperhatikannya. Bukannya selama masa kehamilan Dika tidak membantu membersihkan, pria itu dengan baik hati menggantikan semua tugas yang biasa Lina lakukan dengan sabar. Hanya saja Lina masih merasa kurang puas jika dirinya tidak melakukannya sendiri.
Wanita itu sudah semangat mengerjakan banyak tugas sejak pagi setelah mengantar kepergian suami tercintanya itu. Tidak lupa juga Lina akan mengurus keperluan Rio setelah balita tampan nan lucu itu bangun dari tidurnya. Setelah memandikan dan menyuapi Rio, Lina meletakkan kembali balita tampan itu pada tempatnya untuk bermain sendiri. Sementara wanita itu kembali melanjutkan tugasnya dalam membersihkan rumah.
Rio sendiri yang melihatnya dari dalam box balita hanya diam di tempat. Mata jelaga balita tersebut nampak lekat menatap perut buncit Lina dalam tiap pergerakan wanita itu. Ada rasa tidak senang melihat perut tersebut semakin membuncit tiap harinya.
Rio merasa seluruh atensi yang sebelumnya telah Lina berikan kepadanya, kini terbagi menjadi dua dengan perut buncit itu. Membuat Rio merasa kesal. Terlebih ketika Lina akan berceloteh panjang lebar dengannya, mengenai keberadaan adik Rio yang beberapa bulan akan lahir tersebut. Jika sudah begitu, Rio hanya akan menangis kencang demi membuat Lina berhenti berceloteh, dan beralih fokus untuk menenangkannya.
Kini Rio merasa mendapat kesempatan lebih untuk melakukan sesuatu. Rio melihat ember yang berisi air cucian yang digunakan Lina untuk mengelap kaca. Airnya terlihat penuh. Rio memusatkan konsentrasinya menatap ember tersebut dan mengerahkan kemampuan iblisnya yang masih belum bangkit sepenuhnya.
“Uh henngh!” gumam Rio di sela konsentrasinya. Kedua mata jelaganya nampak berkilat memerah. Keringat mulai terlihat menitik di sekitar dahi balita tampan itu, menandakan betapa beratnya untuk Rio mengerahkan seluruh kemampuannya tersebut, hanya untuk membuat ember berisi air di dekat Lina melayang di udara, lalu bergerak miring untuk menjatuhkan sebagian airnya ke atas lantai secara diam-diam, sebelum kemudian ember itu kembali ke posisi semula.
Barulah Rio langsung bernapas dengan lega setelah melakukan hal itu. Balita itu langsung berhambur menjatuhkan diri di atas ranjangnya yang lembut sembari mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Tenaganya langsung terkuras habis hanya karena melakukan hal simpel seperti itu.
Di sisi lain Rio merasa puas dengan kinerjanya. Tinggal balita itu melihat sendiri apa yang akan terjadi setelahnya. Rio kembali merangkak ke tepi box-nya hanya untuk melihat apa yang akan terjadi. Mata bulatnya bisa melihat Lina yang masih terlihat asik membersihkan kaca tanpa menyadari apa yang baru saja Rio lakukan. Setelahnya Lina kembali melangkah mendekati ember airnya dan langsung terkejut sekaligus bingung ketika dirinya melihat genangan air di atas lantai.
“Huh? Kenapa ada air di sini? Apa aku telah menjatuhkannya tadi?” gumam Lina sembari memerhatikan air tersebut. Beruntung dirinya dengan awas melihat tiap langkah kakinya, sehingga dia tidak sampai menginjak genangan air yang licin itu. Jika dirinya sampai menginjak genangan tersebut, dan terpeleset jatuh, itu akan menjadi sangat berbahaya.
Memikirkan hal itu membuat Lina langsung bergidik ngeri. Wanita itu langsung membersihkan kembali genangan air tersebut agar tidak membuatnya terjatuh nanti. Setelahnya, dengan santai Lina melanjutkan pekerjaannya yang lain, tanpa menyadari bahwa Rio masih memerhatikan tiap gerak-geriknya dalam diam.
“Uhh!” keluh Rio dengan kesal. Rencananya untuk membuat calon bayi dalam perut Lina celaka menjadi gagal. Melihat rencananya telah gagal hanya seperti itu, membuat Rio merasa lemas seketika. Balita itu meluruhkan kembali tubuhnya ke atas ranjang dan memilih tidur untuk memulihkan tenaganya kembali.