Setelah beberapa hari terus saja berdiam diri di kamarnya. Hanya karena patah hati untuk pertama kalinya. Dia sempat kecewa dengan Edward kekasihnya. Semula dia yang menemaninya berjuang dari dia bukan siapa-siapa sampai dia jadi artis. Ternyata sekarang, dia sukses dia selingkuh dengan wanita lain. Tanpa melihat ke belakang. Siapa yang sebenarnya berada di balik kesuksesannya.
Ana yang baru saja selesai mandi. Dia segera merias dirinya. Hanya dengan riasan tipis. Dia berjalan keluar dari kamarnya. Lagian, make up tak terlalu penting baginya. Hanya untuk pekerjaan saja. Dia lebih banyak make up. Karena tuntutan kerja juga.
“Pagi…” sapa Ana… Dia berjalan menghampiri Miko yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuknya. Beberapa roti panggang dengan selai coklat kesukaan.
"Wah… Pagi-pagi sudah buatkan aku sarapan, nih." ucap Ana.
"Kamu mau kemana?" tanya Miko. Tangan kirinya masih memegang roti. Dan tangan kanan mengoleskan selai coklat ke dalam diri itu.
“Kamu yakin mau kerja?” Tanya Miko melirik ke arah Ana.
Ana mengambil roti. Memaksanya sangat lahap.
“Iya… Aku yakin, kak..” Ana memegang kedua pundak Miko dari belakang, mendekatkan wajahnya. “Lagian aku bosan jika terus di rumah.” Ana mengedipkan matanya. Meski bibirnya terlihat lucu, saat gumpalan roti memenuhi mulutnya.
“Iya.. Tapi, kamu terlihat sangat lelah.”
Hembusan nafas Ana, berdesir sampai ke pipinya. Miko terdiam, rasa gugup mulai menghampirinya.
“Oh, ya! Tumben kakak buat masakan untukku? Apa sekarang sudah tidak marah padaku? Atau kakak ada niat lagi mau jauhin aku.” Ana menarik salah satu kursi, dan beranjak duduk di tempat duduknya.
"Bukanya kamu yang menjauhiku. Sekarang soal drama baru aku yang handle semuanya. Dan, jangan sampai kamu kelelahan.” Gerutu Miko. Meletakan dua potong roti diatas piring putih, kosong tepat di depan Ana.
“Terserahlah, baiknya gimana. Aku juga bosan jika terus bekerja. Setidaknya satu bulan masih ada job pekerjaan tidak masalah.”
“Sekarang, makan dulu.” Miko mengambilkan satu gelas minuman s**u hangat untuknya.
“Pelayan pada kemana?” Tanya Ana, dengan mulut masih penuh dengan makanan.
“Mereka lagi sibuk beres-beres. Lagian aku hanya punya satu pelayan. Dan, aku mencoba masak sendiri untuk aku makan sendiri. Dan, lagian aku juga sama sekali tidak suka jika masak di bantu pelayan.”
"Ooo… Tapi aku tidak bisa semuanya.” Ana meringis menunjukan gigi putihnya.
“Nanti aku akan ajarkan kamu masak.” Miko mengusap lembut rambut Ana. Ana terdiam sejenak, kedua matanya menatap wajah Miko. Pandangan mata mereka saling bertemu satu sama lain. Wajah yang terlihat begitu cantik itu, membungkam bibir Miko.
“Kak… Selama ini aku belum pernah melihat kakak membawa wanita. Jika kakak punya pacar, jangan lupa kenalkan padaku.” Ana melanjutkan makannya lagi. Miko hanya tersenyum menjawab ucapan Ana.
“Aku tidak punya pacar. Tapi, aku punya wanita yang selama ini aku sukai.”
“Siapa?” Tanya Ana penasaran. Entah ada apa pada dirinya. Tiba-tiba hatinya merasa sangat marah. Meski tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
“Wanita selama ini selalu menemani aku. Terkadang dia marah, terkadang dia nyebelin, bahkan sifatnya masih seperti anak kecil.” Miko mendekatkan wajahnya menatap wajah Ana.
“Siapa?” Tanya Ana lagi. Rasa roti mulai hambar, dia tak nafsu makan mendengar kata-kata itu.
“Lupakan saja, lagian dia menganggapku hanya kakak.” Miko melanjutkan makannya, dia mencoba mengalihkan pembicaraan. Meski sesekali dia melirik ke arah Ana.
Maafkan aku, bukan maksud aku tidak mau bilang jujur padamu. Tapi aku sadar diri, Ana. Kamu hanya menganggapku sebagai kakak. Dan, tidak lebih dari itu.
“Yah… Gak mau cerita, ya. Sudah aku mau pergi.”
“kamu sudah tidak sedih lagi, kan?” Tanya Miko khawatir.
“Tidak, lihatlah mataku. Memangnya aku terlihat habis menangis. Aku sudah cukup capek terus menangis. Sekarang waktunya aku bangkit dari semuanya. Biarkan semua masa lalu dan kenangan lalu itu ada pada diri kita. Dan, dijadikan pelajaran dalam hidup. Jika aku harus berhati-hati dalam memilih cinta.” Ucap Ana sok bijak.
“Ya… Syukurlah kamu belum menikah dengannya. Jika kamu sudah menikah dengannya. Bisa jadi bumerang buat kamu sendiri.” Gumam Miko.
“Tidak, aku tidak akan menikah juga dengannya. Sekarang aku sudah tahu kesukaannya. Jadi lebih baik aku menjauh dari laki-laki tidak tahu malu dan hanya menumpang hidup dengan wanita.”
“Hahah… Kamu baru sadar, selama ini otak adiku di taruh mana. Hanya karena bermodal kata cinta kamu bisa cinta mati padanya.” Miko mengusap ujung kepala Ana. Dia tidak berhenti terus tertawa terbahak-bahak. Gimana bisa adiknya berbicara seperti orang dewasa tapi dia saja tertipu dengan cinta.
“Yaa… kak…” rengeknya.
“Siapa juga yang tertipu dengannya. Hanya saja aku sudah pernah gila dengannya.”
“Kan… kamu mengakuinya. Sudah, sekarang aku akan antar kamu. Jangan berangkat sendiri. Apa lagi sampai bertemu dengannya lagi. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”
“jangan terlalu over, baru dekat denganku satu hari saja over banget. Aku masih gak suka sama kakak.” Gerutu Ana, memalingkan wajahnya. Dia bangkit dari duduknya, tak lupa meraih satu gelas s**u di atas meja. Meneguknya sampai tak tersisa, dia meletakkan di atas meja kembali dan segera pergi.
“Ana… jangan pergi sendiri.”
“Iya… Kak..”
***
Sampai di lokasi syuting, Semua terlihat sangat ramai. Dan mulai beraktifitas masing-masing. Sementara, Ana hanya diam di dalam mobil. Menatap sekelilingnya, begitu banyak fans dan beberapa reporter yang membuat dia merasa sangat gugup.
Gimana jika nanti aku bertemu dengan Edward? Apa yang harus aku lakukan? Dan banyak sekali wartawan? Apa mungkin jika dia sudah memberi tahu tentang hubungan kita?
“Ana…” Miko menggenggam tangan Ana sangat erat.
"Jangan pernah sama sekali memikirkan hal yang tak seharusnya kamu pikirkan, lebih baik fokus pada kerjaan kamu. Soal masalah kamu biarkan aku yang menyelesaikan semuanya.”
“Tapi…”
“Jangan pernah memikirkannya, jika kamu terlihat sedih sama saja jika kamu terlihat lemah di hadapan mereka. Tunjukkan di hadapan mereka jika kamu baik-baik saja.”
“Ana menarik nafasnya dalam-dalam. Baiklah, aku akan coba.” Ucap Ana. Dalam satu tarikan nafasnya. Dia mencoba untuk membuka pintu mobilnya. Seketika di serbu beberapa wartawan yang lansgung menghampirinya. Ana menutup pintunya, dan memberikan kode dengan ibu jari terangkat agar Miko segera pergi dari sana.
“Ana… Gimana hubungan kamu dengan Edward? Apa kalian sudah pisah?”
“Gimana dengan pernikahan kalian?”
“Apa kalian akan tetap bersama, setelah Edward mengumumkan pacar barunya.”
"Maaf, tidak ada jawaban tentang itu. Saya sudah tidak mau tahu tentang hubungan Edward lagi.
“Apa anda tidak cemburu dengan pacar baru calon suami anda.”
Ana tertawa kecil, dia mencoba terlihat lebih santai menghadapi pertanyaan wartawan yang semakin membuat telinganya terasa panas. Hahaha.. kenapa saya harus cemburu, apa hubungan saya dengannya. Mereka pacaran terserah mereka. Dan, saya sama sekali tidak peduli dengan kabar itu.” Sepertinya kali ini tidak hanya terlinganya yang panas. Bahkan hatinya juga panas. Wartawan Itu terus menghujaninya dengan berbagai pertanyaan, Ana mencoba terus berjalan menghindari mereka. Tetapi tetap saja mereka terus mengejarnya hanya untuk mendapatkan berita lebih akurat lagi.
“Ana… Apa anda akan marah dengan Ira telah merebut calon suami anda.”
Mendengar pertanyaan itu Ana menghentikan langkahnya. Dia mengangkat kepalanya tegas. Menatap ke arah kamera di depannya. “Apa perlu saya tegaskan lagi tidak ada hubungannya mereka dengan saya. Kenapa juga aku harus marah. Sama sekali aku tidak cinta dengannya, pacaran sesama artis itu hal biasa. Dan, hubungan seperti itu tidak akan bertahan lama. Apa lagi, hubungan terlarang di belakang. Itu hal menjijikkan. Aku menyerahkan sepenuhnya. Laki-laki yang gampangan, dengan w**************n juga. Dan fiks.. Itu adalah cara terbaikku melupakan semuanya.” Tegas Ana. Kedua matanya berkeliling. Hingga pandangan matanya terhenti pada Ira dan Edward di belakangnya. Sengaja Ana berbicara seperti itu untuk membungkam mulut pasangan selingkuh itu.
Ira membalas tatapan tajam Ana, tak mau ambil pusing lagi. Ana hanya tersenyum tipis. Dan segera kembali menatap ke arah kamera.
“Emmm.., Dengar-dengar, kamu dekat dengan seorang boss.” Saut Edward berjalan masuk ke kerumunan wartawan. Dia berdiri tepat di depannya.
“Aku tahu semuanya. Apalagi hubungan kamu dengan seorang laki-laki.”
“Dan, satu lagi. Akan ada hal heboh yang akan mengejutkan public hiburan nanti. Kalian tunggu saja.”