Kecupan tak sengaja

1135 Words
Setelah kejadian tadi siang. Ana merasa sangat malas untuk berbuat apapun. Bahkan syuting dia juga tidak berjalan dengan baik. Banyak masalah, yang membuat kekacauan di lokasi syuting. Ana hanya diam, selalu melamun. Dan, memutuskan untuk pulang lebih awal. Sampai di rumah juga masih sama keadaannya. Hatinya belum bisa tenang dengan semuanya. Dia bahkan tidak makan, dan selalu berdiam diri di kamarnya. Sudah hampir tengah malam, wanita itu masih berbaring menangisi semuanya. Menutup ke dua matanya dengan bantal putih miliknya. "Arrggg.... Edward. Aku tidak akan pernah melupakan apa yang kamu lakukan denganku? Aku akan membalas semuanya. Iya, aku bisa saja mengirimkan video itu ke pada publik biar reputasi hancur." geram Ana, dia belum bisa sepenuhnya melupakan apa yang di lakukan tadi. Hubungan panas mereka masih terlintas di otaknya. Ke dua tangan Ana mengepal sangat erat. Kepalanya terasa dihantam batu besar. Yang perlahan mulai meremukkan hatinya. *** "Bi... Di mana Ana?" tanya Miko, berjalan masuk ke dalam rumah Ana. Tanpa sepengetahuan Ana. Miko sengaja datang. Melihat gimana kondisi Ana. Saat dia baru saja mendengar apa yang terjadi dengannya tadi. "Non, Ana dari tadi tidak mau keluar dari kamarnya Tuan. Dia terus saja menangis di dalam kakinya." "Baiklah! Bibi sudah buatkan makanan untuknya?" tanya Miko. "Udah, tuan. Sekarang makanannya saya letakkan tepat di depan kamar non Ana. Saya pikir jika lapar nanti, non Ana kana keluar untuk makan. "Ya, sudah. Aku akan menemui dia dulu." ucap Miko, melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Langkah kakinya semakin cepat, Hentakan kakinya selaras, menyentuh lantai marmer berwarna putih mengkilat. Langkah Miko terhenti tepat di depan pintu kamar Ana. Ia mengambil satu nampan makanan yang lengkap dengan s**u, serta buah-buahan. "Sudah aku bilang, jangan ada yang ganggu aku. Apa kalian tidak dengar?" teriak Ana dari balik kamarnya. "Ana, kenapa lagi kamu bersedih. Apa ada masalah?" tanya Miko. "Kak Miko?" Ana beranjak dari ranjangnya. Dia segera menyeka air matanya dengan punggung tangannya, yang masih tersisa di pipi dan matanya secepat kilat. Lalu membersihkannya beberapa tisu yang berserakan di lantai. "Ana... Kenapa kamu diam! Buka pintunya sekarang. Aku ingin bicara denganmu." ucap Miko. "Iya, bentar!" jawab Ana. Setelah semuanya bersih. Ana secepat kilat membereskan sprei kamarnya yang berantakan. Tak lupa merapikan bantalnya lagi. Setelah selesai, akhirnya wanita itu bisa menghela nafasnya lega. Segera kaki jenjang bak model internasional itu mulai melenggak lenggokkan tubuhnya. Dengan hentakan kaki selaras. Lurus ke depan. "Eh.. Bentar! Aku matikan saja lampunya. Biar sia mengira jika aku habis bangun tidur." gumam Ana lirih. Melangkah ke arah pintu. Memegang handle pintu, membiarkan sedikit cahaya mulai masuk ke dalam kamarnya yang terlihat sangat gelap tanpa ada sedikit saja penerangan. Miko, mengintip di balik pintu yang sedikit terbuka. Ke dua alisnya Miko teratur. Mengamati sekelilingnya. Meski terlihat tidak ada yang aneh di dalam. "Apa yang kamu lakukan di kamar gelap seperti ini?" tanya Miko. "Aku tadi tidur." "Yakin?" tanya Miko, mengerutkan alisnya. Mendekatkan wajahnya mengamati setiap ukiran wajah Ana. "Kenapa mata kamu sedikit merah, dan bengkak?" tanya Miko, menarik lagi tubuhnya ke belakang. Sedikit mengamati dari jauh dengan jarak beberapa meter. "Apa kamu habis menangis?" Ana, hanya diam, menggigit ujung bibirnya. "Emm... Itu.. Oh, iya.. Aku tadi lihat drama. Dan, sampai terbawa perasaan. Jadi aku sampai nangis." Miko hanya diam, mendorong pintu yang sedikit terbuka. Dia mencoba melangkah masuk. Ke dua tangan Ana merentang di depan pintu menghalangi Ana untuk masuk ke dalam. "Kak, ini kamar wanita. Apa kamu mau masuk ke dalam?" tanya Ana, mencoba menarik dua sudut bibirnya membentuk senyuman palsu. "Kamu adikku, memangnya apa yang akan aku lakukan padamu" Miko mendorong tubuh Ana, dan berjalan masuk ke dalam kamar yang membentang sangat luas. Ana, menghembuskan nafasnya frustasi. "Hah... Terserah! Kamu jika mau masuk kamarku. Tapi, aku tidak mau jika kamu buat ulah disini." ucap Ana, menyalakan lampunya kembali. Sedangkan , Miko meletakkan satu nampan makanan di atas meja. "Makan dulu!" pinta Miko. Kesekian kalinya, Ana menghela nafasnya frustasi. "Kakak, mau sampai kapan kamu disini? Apa kamu tidak balik ke rumah kamu, lagi?" tanya Ana, duduk di ranjangnya. Menatap ke arah Miko. "Makanlah dulu, baru aku pulang." ucap Miko. "Sudah aku bilang tadi semuanya sudah aku bilang kalau aku gak mau makan, kak. Aku sudah makan tadi di luar." "Kata pelayan semua kamu belum makan." "Kan, aku makan diluar?" gumam Ana. "Tidak usah bohong lagi padaku." Miko memegang lengan tangan Ana, menariknya hingga duduk di sofa. "Mau makan sendiri atau aku yang suapin kamu." "Tidak mau!" "Jangan seperti anak kecil, Ana. sudahlah! Jangan terus menangis hanya gara-gara seorang laki-laki." Ana menggerakkan kepalanya cepat menatap ke arah Miko. "Gimana kakak tahu?" tanya Ana. "Sekarang, kamu baru jujur. " Miko tersenyum menggelengkan kepalanya. "Ana... Ana.. Laki-laki seperti itu tidak pantas kamu tangisi. Lebih baik, tunjukan padanya. Jika kamu bisa dengan mudah melupakannya." ucap Miko. Mengusap rambut Ana, wanita itu mengerutkan bibirnya. Ia memalingkan wajahnya. Ana duduk membelakangi Miko. "Aku kesal dengannya. Dan, aku membatalkan semua acara pertunangan aku dengannya." "Bukannya aku sudah bilang. Jika dia tidak pantas dengan kamu." Ana membalikkan badannya, memeluk erat tubuh Miko. Menyembunyikan wajahnya di dadà bidangnya. Miko terdiam, dia terlihat sangat tegang di saat Ana mulai memeluknya. Bingung antara membalas pelukannya atau tidak. "Kak... Bisakah kakak carikan aku pemain baru nantinya." "Pemain drama siapa lagi yang kamu ingin dekati. Sudah cukup kamu selalu cinta lokasi pada lawan main kamu, Ana." "Ya, udah kalau tidak boleh. Aku juga tidak masalah." ucap Ana kesal, mencoba bangkit dari duduknya. Melangkah kakinya pergi, kaki Ana tersandung kaki meja. Hingga dia hampir terjatuh, Miko mencoba menyelamatkan Ana, memegang lengan tangannya. Tetapi, semakin tertarik terjatuh tepat di atas tubuh Ana, tak sengaja bibir Miko menyentuh bibir Ana. Ke dua mata mereka terbelalak saat saling menatap dari jarak sangat dekat. "Kak, Miko.. Apa yang kamu lakukan?" tanya Ana, mendorong tubuh Miko dari atas tubuhnya. "Hari ini, aku tidur disini. Aku ingin melihat kamu, apa kamu benar-benar bisa melupakan laki-laki itu atau tidak!" Miko kembali duduk di sofa. Seolah baru saja tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Ana. "Hah.. Terserah kak Miko gimana?" kata Ana, menghela nafasnya. Dia beranjak berdiri. Dan, mulai berjalan menghampiri ranjangnya. Menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang empuk yang membuat tidurnya hati-hati ini selalu nyenyak. "Semoga saja bisa tidur." ucap Ana. "Kamu yakin tidak makan?" tanya Miko. "Iya, kakak saja yang makan. Kakak pasti sibuk kerja dari tadi belum makan. Jadi, makanlah semuanya. Aku mau tidur dulu. Capek!" Ana, mulai mencoba memejamkan ke dua matanya. Tidur seadanya, tanpa membenarkan posisi tidurnya. Perlahan Ana mulai tertidur pulas di ranjangnya. Tubuhnya terlihat sangat capek, bagi artis populer seperti dia. Banyak sekali kegiatan selain drama. Dia juga harus syuting, pemotretan, iklan, dan berbagai acara kecil yang menumpuk. "Tubuh mungilmu pasti sangat capek!" ucap Miko, tersenyum tipis. Dia berjalan menghampiri Ana, membenarkan posisi tidur Ana. Menarik selimut tebal membungkus sebagian tubuh mungil wanita kesayangannya. Meski hanya sebagai adik. "Selamat malam!" ucap Miko, mengusap kepala Ana. Mengecup lembut keningnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD