Part 7

1041 Words
Mobil yang di tumpangi Aska dan Nindi sudah tampak tiba di sebuah pelataran rumah mewah. Rumah keluarga Orang tua angkat Nindi. Mereka berdua juga terlihat baru saja turun dari mobil dan hendak masuk ke dalam rumah dan sudah ada Adrian papah angkat Nindi di sana. "Kalian abis kencan, ya. Sampai telat banget datengnya." Sapa Adrian Dengan tatapan menggoda keduanya. Aska dan Nindi jadi bertatapan sejenak, canggung. "Apaan sih, om, ini." Elak Aska, kemudian meraih tangan pria paruh baya itu dan mencium punggung tangannya. "Tadi tuh kita kejebak macet, tau sendiri jam pulang kantor jalanan Jakarta macetnya kayak apa." Jelasnya kemudian. "Iya, Pah. Tadi kita kejebak macet." Nindi turut menambhakan. Adrian menepuk bahu Aska pelan. "Yaudah pada masuk yuk, kalian pasti udah pada laper, orang tua Aska sama Saskia juga udah ada di dalem." Aska, Nindi dan Adrian kini sudah tampak di ruang makan keluarga Adrian. Aska langsung menyalami istri Adria-- Sinta yang sudah tampak duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya. Kemudian menarik kursi dan duduk di sebelah Saskia. Sedangkan Nindi duduk di sebelah adik laki-lakinya--Revan anak kandung dari Adrian dan Sinta. Adrian duduk di sebelah istrinya Sinta. Kemudian percakapan pun di mulai. "Kapan rencana kalian berangkat ke Jogja?" Tanya Sanjaya pada Adrian. "Nanti kalo semua urusan disini udah beres, aku mau alihin kantor pusatku ke Jogja aja, biar disana bisa sekalian merawat orang tua ku yang udah renta." Jawab Adrian sembari mengunyah makanan di mulutnya. "Sebenarnya, Revan enggak mau ikut, om, ke Jogja. Nanti Revan enggak bisa deket-deket lagi sama Saskia." Mengerling manja ke arah Saskia. "Gue lempar gelas mau?" Sentak Saskia. "Ya... Ampun, jadi cewek jangan galak-galak napah, kan aku pengagum kamu." Godanya lagi. Membuat Saskia memutar bola mata malas. Sedangkan yang lain hanya terkekeh melihat tingkah konyol mereka. "Revan... Udah dong, jangan godain Saskia mulu, nanti dia BT loh." Tegur Sinta lembut. "Udah, jangan pada becanda, aku udah laper banget nih, ayo... Ayo semua makan." Ucap Adrian. Semuanya lalu tampak mengisi makanan di piring masing-masing. "Tapi ada bagusnya kamu ikut pindah ke Jogja, Van. Biar kamu gak godain Saskia mulu. Biar ada cowok lain yang deketin Saskia." Seloroh Adrian sambil mengunyah makanan. "Apaan? Ada Revan atau enggak, tetep aja enggak bakalan ada cowok yang mau deketin dia, orang galak gitu, kayak preman pasar." Cetus Aska. Sontak Saskia langsung melotot ke arah Aska. Tapi cowok itu seolah tak peduli. "Daripada, Lo. Playboy cap kadal, di manfaatin doang bangga." Balas Sakia tajam. "Udah deh, lagi di tempat orang nih, jangan mulai deh." Renata memperingatkan kedua anaknya Saskia dan Aska. Aska kembali menatap piringnya. "Terus kalo Nindi, juga ikut pindah ke Jogja?" Tanya Sanjaya tiba-tiba. "Tanya aja anaknya, mau ikut pindah, apa masih mau dampingi Saskia disini." Sahut Adrian. Saskia dan Nindi saling tatap. "Jangan ikut pindah dong, nanti siapa yang bantuin Saskia di kantor." Rajuk Saskia. "Pah, papah kan juga punya kantor cabang kan di Jogja, gimana kalo Aska aja yang ngurus kantor cabang disana?" Aska menyela tiba-tiba. "Uhuk... uhuk." Saskia langsung tersedak karena kaget. Sejak kapan seorang Aska mulai mikir pingin kerja? "Pelan-pelan sayang." Renata memberikan segelas air ke Saskia. "Apaan? Haha... Lo mau kerja, Aska? Kepala Lo baru kejedot tembok, ya?" Ejek Saskia dengan tawa berderai . Aska mencoba tak peduli. "Apaan sih, orang mau kerja salah, enggak kerja apa lagi." Mendengus. "Jangan kasih jabatan langsung tinggi, Pah. Kalo dia mau kerja, yang ada perusahaan langsung ancur sama dia." Saskia seolah belum puas mengejek. "Lo ngeremehin gue? Lo lupa gue lulusan mana? Gini-gini gue lulusan luar negri enggak kayak, Lo." Sergah Aska "Iya sih lulusan luar negri, tapi itu juga cuma beruntung doang, percuma kan, jauh-jauh kuliah tapi ilmunya enggak kepake, bikin laporan keuangan aja enggak bisa, gimana bikin anggaran belanja coba." "Sok tahu!" Aska menyahut tak terima. "Kenyataan kok, lo kan jauh-jauh kuliah ke luar negri cuma buat pacaran doang, giliran pulang di suruh kerja di kantor sehari aja udah nyerah, enggak bisa nyusun laporan. Pura-pura amnesia, Lo?! Hah..." "Bisa diem, enggak?! Orang mau berubah malah di nyinyirin mulu." Protes Aska kesal. "Ya maka'nya itu, Lo harus belajar dari bawah dulu." Sanggah Saskia. "Mah..." Menatap mamanya dengan tatapan memohon. "Saskia bener sayang, kamu mungkin perlu belajar dari bawah dulu." Wanita paruh baya itu malah mendukung adiknya. "Suruh dia jadi OB aja dulu." Celetuk Saskia lagi. "What, gila. Masa ganteng-ganteng gini harus jadi OB." Raut tak terima. "Nah, bener tuh, jadi OB, terus sembari belajar lagi mimpin perusahaan, nanti biar di bantu Nindi pas kamunya lagi senggang." Sanjaya menambahkan dan tampak setuju. "Kok, papah jadi ikut-ikutan ide gilanya Saskia sih." Protes Aska tak terima. Saskia tertawa di tahan. Sedangkan Aska melirik tajam ke arahnya. Aska terlihat berpikir sebentar. "Oke deh, enggak apa-apa, jadi OB jadi OB deh. Yang penting Aska bisa ke Jogja." Wajah Aska tiba-tiba berubah sumringah. "Kenapa kamu tiba-tiba semangat gitu, sayang?" Selidik Renata curiga. "Enggak apa, Mah. Kan kata mamah waktu itu nyuruh Aska buat kerja biar Aska bisa berubah." Kilahnya seraya tersenyum. Renata balas tersenyum. "Kerja yang rajin, nanti om nikahin sama Nindi." Celetuk Adrian pada Aska. Nindi hanya tertunduk malu. "Jangan deh om, yang ada nanti rumah tangga Aska sama Nindi kayak drakor, dia manggil Aska tuan muda mulu." Seloroh Aska santai. "Dih, PD banget, di kira Nindi mau juga gitu sama Lo, Playboy Alay kayak gitu." Bela Saskia sewot. Nindi hanya tersenyum tipis. Dia memang pendiam. "Yaudah, kalo gitu, Nindi ikut ke Jogja aja, dampingi Aska, isi jabatan CEO disana. Om... Yakin Nindi bisa." Sanjaya menambahkan. Sontak Nindi mengangkat kepala terkejut. "Setuju!" Seru Adrian. "Loh, kok gitu. Terus Saskia gimana?" Kini giliran Saskia yang panik. "Kan Lo katanya pinter, cerdas, apa-apa bisa handel sendiri." Sindir Aska dengan wajah menyebalkannya. Saskia hanya melengos. "Yaudah, enggak apa-apa, Nin. Terima aja, lumayan kan naik jabatan tapi sekalian jadi baby sisternya si plaboy alay." Saskia balas menyindir. Renata menggeleng. ",Haduh... Kalian ini. Berantem enggak udah-udah." "Yeii... Kak Nindi ikut pindah. Jadi Revan enggak kesepian deh." Girang Revan. Sinta mengusap kepala putranya tersenyum. "Mama juga seneng kalo Nindi ikut pindah." "Tapi saya masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan di Jakarta. Mungkin belakangan saya menyusul." Nindi yang sejak tadi memilih diam, kini ikut buka suara. "Iya... Enggak apa-apa nak, CEO yang lama juga baru beberapa Minggu lagi risign-nya." Ujar Sanjaya. Percakapan pun berlangsung ringan setelahnya. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD