Nirmala dan Alif menghentikan mobil di depan sebuah mall.
"Mbak yakin enggak mau ikut aku turun? Mau beli apa gitu ke dalam? Buat oleh-oleh nanti pas pulang ke Jogja." Ujar Alif sembari melepaskan seatbealt di tubuhnya.
Nirmala menggeleng. "Enggak ah, dek, mbak tunggu sini aja. Kamu kalo mau beli sesuatu, ya terserah, tapi mbak males ikut masuk.
"Oh... Yaudah kalo gitu, Alif soalnya mau beli titipan temen Alif. Sekalian belanja buat Alif juga sih, hehe." Cengengesan malu-malu.
"Iya... Deh, yang udah punya penghasilan sendiri." Ledek Nirmala bangga.
"Iya dong mbak... Hehe, yaudah... Alif masuk ya? Yakin nih mbak enggak mau ikutan?" Tawarnya sekali lagi.
Nirmala menggeleng lagi. "Enggak dek, mbak disini aja."
"Oh... Yaudah kalo gitu. Kalo ada apa-apa telepon Alif langsung yach!"
"Asiaaap bossku..."
Keduanya terkekeh. Alif pun bergegas keluar dari mobil. Sedangkan Nirmala tetap tinggal di mobil.
Nirmala merasa mengantuk lalu menguap. Kemudian ia mendorong sandaran kursi mobilnya sedikit ke belakang agar bisa merebahkan tubuhnya yang letih.
Matanya perlahan mulai terpejam.
Namun suara berisik tiba-tiba mengagetkannya.
Bug!
Seperti suara seseorang yang di dorong ke badan mobilnya hingga membuat badan mobilnya sedikit terguncang.
Mata Nirmala kembali terbuka.
Sayup-sayup dari luar ia mendengar suara orang yang sedang bertengkar.
"Masih berani Yach, kalian muncul di hadapan gue setelah apa yang kalian berdua lakuin ke gue!"
Aska terlihat baru saja mendorong seorang pria ke badan mobil milik Nirmala.
Wanita yang bersama pria tersebut--Monika, langsung menghampiri Bram kekasihnya yang sekaligus sahabat Aska sendiri. Membantu pria itu untuk berdiri kembali.
"Gue itu udah eneg banget tau enggak pura-pura baik depan Lo." Balas Bram sahabat sekaligus kekasih Monica dengan kesal.
Nirmala perlahan menegakkan badannya kembali. Tadinya ingin bersikap masa bodo. Tapi pertengkaran dua pria di belakang mobilnya akhirnya membuatnya terusik.
BUG!
Nirmala kembali merasakan mobilnya terguncang karena hantaman sesuatu. Rasa terusiknya kini berubah menjadi kesal dan memutuskan untuk keluar. Tapi nyatanya ia hanya bisa berdiri mematung menyaksikan pertengkaran itu.
"Coba ngomong sekali lagi, maksud Lo apa, hah?!" Sergah Aska.
Nafas Bram terlihat memburu. "Lo tuh harusnya nyadar, enggak ada yang mau temenan tulus sama Lo karena sifat Lo itu. Lo itu naif tahu enggak, Lo pikir lo pinter. Lo cuma bisanya ngandelin harta orang tua Lo doang, Lo belagu, arogant, Lo pikir anak-anak lain menghamba ke Lo bagai kacung itu kenapa? Mereka mau temenan sama Lo karena Lo ada uang."
Mata Aska tampak bergetar, tangannya seketika terkepal menahan emosi.
"Gue kasih tau satu kenyataan lagi ke Lo, Yach, biar Lo enggak penasaran. Gue sama Monika udah lama pacaran sebelum dia pacaran sama Lo, gue sengaja nyuruh dia deketin Lo buat ngasih pelajaran aja. Lo inget Giska kan? mantan Lo itu, dia itu Adek gue yang udah Lo sia-sia in. Tadinya gue mau nanti-nanti aja bongkar rahasianya, tapi Lo udah keburu tahu duluan. Yaudah...Sekarang kita impas!"
"Lo tuh... Bener-bener b******k, Yach, jadi Lo mau balas dendam sama gue?"
Aska Bersiap menghajar Bram lagi.
Namun keburu di tahan oleh Monika.
"Stop, Aska, Lo tuh yang b******k, seharusnya Lo ngaca. Jangan sakiti Bram lagi."
Melihat wajah Monika membuat Aska melemah. "Kamu kenapa tega lakuin ini ke aku?"
"Kamu masih nanya kenapa aku tega? Karena aku sayang sama Bram. Bukan kamu, ngerti!" Sahutnya dingin.
Aska terlihat linglung. Dan akhirnya membiarkan Bram dan Monika pergi dari hadapannya.
Setelah pasangan Bram dan Monika menjauh.
Nirmala perlahan mencoba mendekat ke arah Aska yang masih terduduk linglung di sana dengan frustasi.
"Aska..." Panggilnya lembut dan sudah berdiri menjulang di hadapan pria itu.
Aska tersentak dan sontak mendongak, sesaat tatapannya terkejut memperhatikan wanita muda cantik berhijab yang ada di hadapannya.
"Mala?" Setelah merasa yakin, Aska buru-buru berdiri dan mengusap rambutnya ke belakang.
Nirmala tersenyum, tidak menyangka Pria yang di tolongnya beberapa hari yang lalu masih mengingatnya.
"Kamu masih inget aku?" Tanya Nirmala.
"Hampir lupa." Jawabnya jujur.
Membuat Nirmala sedikit tercengang.
Nirmala tersenyum. "Kamu apa kabar? Udah baikan?" Tanyanya tanpa basa basi.
Aska menghela nafas panjang dan mencoba tersenyum samar.
"Aku yakin kamu udah denger semuanya tadi kan? Mereka berdua itu sahabat dan mantan aku. Tapi mereka tega nusuk aku dari belakang. Bahkan mereka tega manfaatin aku." Tersenyum miris. "Aku itu b**o banget Yach?"
"Tapi aku kan enggak tanya masalah kamu, aku cuma tanya kabar kamu." Jelas Nirmala kebingungan.
Aska sontak mendengus kesal.
Kemudian duduk di salah satu beton pengganjal mobil yang sudah tak bertuan.
"Anggep aja aku hilaf udah cerita sama kamu." Pekiknya kesal.
Nirmala terkekeh merasa lucu dengan tingkah Aska yang lebih mirip anak kecil yang sedang merajuk.
"Tunggu bentar Yach? Aku ada minum di mobil, siapa tahu bisa bikin kamu sedikit relaks."
Nirmala bergegas mengambil sesuatu dari dalam mobilnya dan segera kembali ke tempat Aska berada.
"Nih... Di minum."
Menyodorkan botol air mineral di hadapan Aska.
Aska mengeriyit, merasa ragu.
"Tenang aja kok, gratis dan enggak ada sianidanya." Nirmala mencoba membuat lelucon agar Aska terhibur.
Aska mendengus. "Kenapa kamu baik sama aku? Kita kan baru kenal dan baru beberapa kali ketemu."
Nirmala kembali terkekeh karena merasa perkataan Aska itu tidak masuk akal.
"Terus, menurut kamu, aku harus kenal lama dulu sama kamu, baru aku boleh gitu baik sama kamu?"
Aska balik tercengang. Lagi-lagi ia merasa bodoh sendiri.
"Kamu ternyata ngeselin juga Yach? Aku lagi sedih nih." Kesal Aska lagi.
Nirmala lagi-lagi hanya terkekeh di buatnya.
"Yaudah, kalo sedih ya sedih aja, enggak ada yang ngelarang." Ujar Nirmala.
"Makanya, dengerin aku cerita." Sahut Aska.
Nirmala akhirnya berusaha menahan tawanya agar pria di hadapannya itu tidak semakin merajuk.
"Sebulan yang lalu, aku udah niat mau ngelamar pacar aku tadi itu, namanya Monika, dan beberapa hari yang lalu aku malah mergokin mereka berduaan di apartement yang sengaja aku beliin buat tuh cewek. Tapi ternyata di belakang aku mereka..." Aska menjeda kalimatnya.
"Hianatin kamu?" Lanjutnya.
"Ya... Enggak usah di pertegas gitu lah, aku sebel denger kata-kata itu." Sentaknya.
"Ya maap, kan cuma nanya." Gumam Nirmala.
"Aku enggak nyangka Bram nyuruh Monika buat manfaatin aku, ternyata mereka udah lama pacaran. Dan tujuan mereka cuma buat balas dendam. Padahal aku enggak ngapa-ngapain adeknya Bram, si Giska. Dia enggak rela aja aku putusin."
"Yakin tuh, enggak di apa-apa in?" Selidik Nirmala.
"Kamu kok kayaknya enggak percaya gitu sih, ya walaupun aku keliatannya tampang berandalan gini. Tapi aku enggak bakal lepas keperjakaan aku ke sembarang orang lah."
Sontak Nirmala kembali ingin tertawa namun buru-buru ia tahan.
"Kalo mau ketawa, ya ketawa aja, enggak usah di tahan gitu."
Belum sempat Nirmala menjawab, Aska kembali mengoceh.
"Pokoknya aku mau bikin rencana balas dendam juga ke mereka.
"Balas dendam itu enggak nyelesain masalah, yang ada cuma bikin masalah tambah runyam."
"Ya... Aku terus harus gimana? Harus diem aja gitu, setelah mereka puas liat aku kelihatan kayak orang b**o sedunia?!" Aska Kesal.
Nirmala tampak berpikir sebentar.
"Tapi kamu ngerasa diri kamu b**o enggak?"
Aska berkedip, sedikit ragu. "Ya... Ya... Enggak b**o-b**o amat sih."
"Nah... Terus kenapa kamu masih tanggepin omongan mereka. Menurut aku sih, balas dendam terbaik itu, ya dengan tidak membalasnya."
Aska tertegun dan wajahnya bingung.
"Maksudnya?"
"Ya... Kamu tunjukin ke mereka kalo apa yang mereka lakuin ke kamu enggak bikin kamu lemah, hancur, dan terpuruk, karena itu tujuan mereka. Jadi kamu harus tunjukin ke mereka kalo kamu masih baik-baik aja dan bisa lebih baik lagi dari hari kemarin. Dengan begitu mereka pasti kesel sendiri karena mereka enggak berhasil nyakitin kamu."
Aska terdiam mendengarkan sembari mencerna kata-kata Nirmala.
"Lagian Masih ada Allah, kamu serahkan aja semuanya padaNya. Karena menghakimi adalah hak prerogatif Allah. Dan mungkin ini memang jalan dari Allah supaya kamu bisa memperbaiki diri kamu lebih baik lagi."
Aska terbahak. "Hahaha... Sekarang aku paham kenapa Saskia merasa keki kalo ketemu sama kamu."
Nirmala balas tersenyum smirk."Kayaknya aku emang sedikit lebih pintar darinya." Katanya dengan nada bercanda.
Aska mencebikkan bibirnya. "Hem... Aku seneng akhirnya ada juga yang bisa ngalahin otak pinter si songong itu."
"Aku biasa aja." Nirmala mencoba tak peduli.
"Aku enggak nanya, wuek!"
Nirmala : "Aku cuma nanggepin omongan kamu aja."
"Enggak perlu tanggapan."
"Yaudah ngomong sendiri aja."
Saat mereka asik berdebat, tiba-tiba saja Alif muncul.
"Mas Aska, mbak Mala."
Bersambung