When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Semua mata kini menatap Umi, Gibran yang ikut melihat kini terkesiap saat melihat mendung di wajah Umi. Lelaki itu merasa bersalah lalu menatap Arani dan Retno bergantian. “Umi harus di sini untuk ikut menyelesaikan masalah ini,” ungkap Gibran menegaskan. “Apa perlu? Ini semua kan hanya perlu keputusan kamu, Gib. Kenapa harus mengajak Umi segala?” tanya Arani mulai panik tidak suka. “Iya, ini kan hubungan kamu sama Nadia. Kenapa harus Umi ikut campur,” potong Retno menanggapi. Ia takut perjanjian yang diucapkan Gibran akan berubah, sehingga Nadia tidak jadi memiliki apa pun dan perjodohan ini tidak mendapatkan hasil apa-apa. “Aku rasa Umi harus tahu semua ini, lagian Nadia juga melakukan ini karena menghargai Umi kan, jadi apa salahnya jika kita perlu membicarakan ini dengan Umi, sek