When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Terima kasih, Mas. Sudah repot mengantarkan saya sampai ke sini. Saya tidak tahu cara membalasnya, semoga Allah membalasnya kebaikan ini berlipat,” ucap Umi melipat tangannya di d**a dan menunduk menatap lelaki di depannya. “Panggil Rahman saja, nama saya Rahman. Kalau Mbak sendiri siapa, kalau boleh tahu?” tanya Rahman tersenyum sambil menunggu jawaban Umi. “Umi,” jawabnya pendek. “Oh iya. Salam kenal Mbak Umi, saya pamit kalau begitu. Itu rumah saya, hanya beberapa langkah lagi sampai. Kalau ada apa-apa boleh ke sana, tapi sementara maaf, saya tidak bisa membawa tamu ke rumah. Selain sudah malam, Mbak juga perempuan dan saya masih bujang. Hal yang tidak mungkin bukan, tapi tenang saja nanti saya akan coba bilang untuk Mbak bermalam di sini kepada pengurus masjid melalui telepon. Ti