When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
[Pulanglah, Umi. Kita perlu bicara] Pesan itu masuk, tapi tidak juga dibalas oleh Umi. Berkali-kali Gibran mencoba menelpon dan menghubungi istrinya itu berkali-kali, tapi tidak pernah diangkat. Gibran mulai putus asa untuk mencari istrinya ke mana. Tidak ada tempat khusus yang sering disinggahi Umi selama mereka menikah. Umi tidak memiliki teman, satu-satunya teman untuk ia bercerita hanya suaminya. Saudara Umi pun tinggal di luar kota, rasanya tidak mungkin jika Umi memutuskan untuk datang ke rumah pamannya. Umi bukan tipe wanita yang mau merepotkan orang lain. Sudah pukul tujuh, sekali lagi, Gibran mencoba menelepon istrinya. Namun, ponsel Umi kini mati. Gibran semakin kacau dan bingung, sepanjang perjalanan ia selalu bertanya apakah ada yang melewati jalan itu dengan ciri-ciri ist