When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Arani tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya pada Nadia. Gadis itu terlihat seakan-akan tidak pandai menjaga hati orang tua, apalagi kini ia sebagai mertua yang harus dihormati sama seperti orang tuanya sendiri. Ia memperhatikan gadis itu yang mengayun langkah masuk ke dalam kamar tanpa peduli sama sekali padanya pada dirinya. Nadia bahkan menjawab santai pertanyaan Arani dan tidak peduli pada permintaannya tadi. Arani mulai geram dengan tingkah menantu barunya. Ponsel di atas meja diambil dengan kesal, mencari-cari nama Retno dan mencoba menghubungi Retno untuk sekedar berbagi cerita dengannya, tapi panggilan demi panggilan telepon tidak juga diangkat. Arani mulai gusar, lalu mengirimkan pesan pada Retno. [Nadia, bagaimana sifatnya? Aku perlu tahu sifat dan karekater menantuku] Bebe