When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Aku berangkat dulu, Bu,” ucap Gibran menarik tangan Arani dan mencium punggung tangan itu dengan menunduk. Ia tersenyum seperti biasanya, lalu mendekati rak sepatu dan duduk di atas kursi yang disediakan tepat disebelahnya. Setelah acara pernikahan yang digelar kemarin, hari ini Gibran harus kembali bekerja. Tidak ada cuti untuk bulan madu atau sekedar berleha-leha di rumah, semua itu tentulah permintaan Nadia yang memang tidak bisa cuti berlama-lama. Gadis itu tidak mau meninggalkan pekerjaannya sama sekali. Pesta sehari sudah cukup membuatnya bosan dan diam di rumah dan hari ini saatnya bekerja. “Sarapan dulu, Mas,” ucap Umi menatap Gibran yang tampak terburu-buru memasang sepatu. “Mas sarapan di kantor saja hari ini ya, Umi. Nadia katanya sudah telat. Mas harus drop Nadia dulu ba