When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Gibran bergegas berangkat bekerja. Beberapa hari ini pekerjaannya mulai terganggu hanya karena masalah rumah yang tidak pernah habis-habisnya. Mulai dari perjodohan, pernikahan yang diatur secepatnya hingga pertengkaran dengan Umi dan terakhir adalah Arani sang ibu masuk rumah sakit karena semua masalah yang terjadi dan berimbas pada kesehatannya. Jika hanya lelah tubuh yang selalu ada saat pulang bekerja. Kini batinnya ikutan tersiksa. Untuk lima tahun belakangan ia masih bisa mentolerir masalah di rumah, antara ibu dan istrinya yang kadang cekcok di rumah. Mulai dari tangisan Umi karena dicaci maki Arani serta omelan Arani yang selalu melihat kesalahan menantunya. Ia selalu menyalahkan diri yang memang kurang cakap pada ketegasan. Bukan tidak bisa, tapi keadaan yang memaksa. Di satu