When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Pekerjaan di kantor Gibran kali ini benar-benar menyita waktu. Ia harus lembur demi menyelesaikan proyek yang terus menerus diundur sejak masalah di rumahnya menjadi-jadi. Bahkan beberapa partner kerja mulai tidak nyaman dengan cara kerja Gibran yang semakin menurun saja. “Makanya, Gib. Jangan punya istri dua kalau tidak mampu,” seloroh teman satu ruangan melihat Gibran masih sibuk di depan komputernya saat semua orang sudah mulai pulang dan kantor semakin sepi. Gibran hanya tersenyum samar, lalu kembali sibuk mengurus pekerjaannya. Ia berusaha tidak memedulikan ejekan dan bercandaan temannya yang takut akan membuatnya emosi karena tubuh yang lelah hari ini. “Iya, nih. Lagian Umi masih cantik, malah nambah lagi,” adu teman lainnya. “Kalau masalah pembagiannya gimana, Gib. Uang belan