Rencana Baru

1092 Words

Gibran duduk dengan lemas di sofa merah ruang keluarga. Beberapa kali dahinya dipijit untuk bisa lebih tenang. Sudah hampir satu hari, tapi belum ada kabar dari Arani dan tanda-tanda ia ingin pulang. Ponselnya seperti sengaja dimatikan. Ia benar-benar ingin menghilang. Gibran bingung harus mencari di mana lagi, beberapa teman dekatnya sudah berkali-kali Gibran hubungi, beberapa di antaranya juga sudah disinggahi, tapi tetap saja tidak mendapatkan hasilnya.  “Mas, minum teh hangat dulu. Semoga membantu untuk lebih tenang,” ucap Umi menyuguhkan teh hangat dan di taruh di atas meja persis di depan Gibran duduk.  “Tenang katamu? Bagaimana aku bisa tenang kalau sampai sekarang Ibu tidak ada kabar,” protes Gibran menatap Umi dengan tajam.  “I-iya, aku tahu dan paham, Mas, tapi cobalah untuk t

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD