Pagi hari yang cerah Riana terbangun dari tidurnya dan duduk di tempat tidur tak lama bi Tini masuk
"Tumben non sudah bangun, biasanya jam segini non masih ngorok," ucap bi Tini
"Ria gak enak badan bi," ucap Riana yang begitu pucat
"Waduh badan non panas sekali," ucap bi Tini yang memegang dahi Riana
"Badan Riana rasanya pada sakit bi," ucap Riana
"Bibi ambilkan air buat kompres dulu ya non," ucap bi Tini
Bi Tini segera turun ke bawah dan mengambil kompres'an untuk Riana
dan kembali ke atas
"Non baringan saja dulu biar bibi kompres ya non," ucap bi Tini
"Ia bi," ucap Riana
Riana yang tak berdaya badannya begitu lemas tanpa tenaga
Bi Tini melihat sekujur tubuh Riana yang memar bekas cambukan Adrian beberapa hari yang lalu,
"Non ini memar di tangan non masih sakit ya?" tanya bi Tini yang khawatir
"Dikit bi," jawab Riana yang setengah sadar
"Non istirahat saja ya, biar nanti bibi bilang ke den Adrian kalau non gak sekolah hari ini," ucap bi Tini yang merasa kasian melihat Riana
"Gak usah bi, bentar lagi juga mendingan kok. Kakak dah pulang belum bi?" tanya Riana
"Sudah non tadi pas jam 5 pagi," jawab bi Tini
"Ya udah bibi turun aja siapin sarapan buat kakak, kasihan dari semalam kakak belum makan. Ria gak papa kok bi," ucap Riana
"Tapi non juga dari semalam belum makan," ucap bi Tini
"Udah gak papa, bibi turun aja," ucap Riana
"Ya sudah kalau begitu bibi turun dulu ke bawah ya, non baringan dulu. Nanti kalau bibi sudah selesai siapkan sarapan bibi bantu non buat bangun," ucap bi Tini
"Ia bi," ucap Riana
Karena demam Riana tertidur kembali
Sementara itu Adrian Barus saja keluar dari kamarnya dan turun untuk sarapan
"Bi.., Riana bangun belum?" tanya Adrian
"Anu den, non Ria sepertinya sedang tidak enak badan den, tadi pas bibi masuk wajahnya pucat dan badannya panas, lalu bibi kompres non Ria. Sepertinya non Ria gak bisa pergi sekolah hari ini den," jawab bi Tini
Entah setan apa yang merasuki Adrian... bukannya iba mendengar sang adik sakit dia malah marah-marah..
"Apa!! kemarin dia tidak apa-apa, dia hanya pura-pura saja supaya tidak pergi ke sekolah dan supaya saya tidak menghukum nya," ucap Adrian yang marah dan berdiri bergegas naik ke atas menemui Riana
Ketika Adrian masuk ke kamar Riana..
***
Riana yang kembali tertidur di siram oleh air kompresan yang ada di atas meja oleh sang kakak. Kemudian Riana terbangun dan menggigil kedinginan
"Bangun..! Aku bekerja setiap hari, bahkan sampai tidak tidur..! Kau malah enak-enakan tidur dan tidak mau sekolah...! Cepat bangun sebelum ku cambuk pagi ini..!" teriakan Adrian seolah-olah terdengar sampai keluar.
Riana yang begitu kaget dan ketakutan menangis..
"Apa! apakah kau hanya bisa menangis dan menangis!! karena tangisanmu itu aku kehilangan orangtuaku dan kehilangan mimpiku...! seharusnya kau tahu diri..! cepat bangun..!!" teriak Adrian yang menarik tangan sang adik dan menyeretnya ke kamar mandi
"Cepat siap-siap..! jika dalam waktu sepuluh menit tidak turun, jangan harap aku mengampunimu," teriak Adrian yang begitu kuat menutup pintu kamar mandi di kamar Riana
***
Adrian sudah ada di dalam mobil dan tak lama Riana datang dan masuk ke dalam
"Jalan pak," ucap Adrian
Adrian sama sekali tidak menoleh ke arah sang adik.
Riana begitu pucat dan gemetar tapi tak berani berkata apa-apa dia hanya terdiam dan berusaha sadar, walaupun kepalanya begitu sakit dan rasanya badannya begitu kedinginan
****
Setelah perjalanan... sampailah di depan pintu gerbang sekolahan Riana, dan pak Dadang turun untuk membukakan pintu
"Non sudah sampai," ucap pak Dadang yang membukakan pintu
"Ia pak, terimakasih. Kak Ria sekolah dulu ya," ucap Riana yang menadahkan tangannya untuk bersaliman pada sang kakak.
Akan tetapi Adrian menghiraukannya dan fokus pada handphonenya...
Riana hanya diam dengan raut wajah sedih...
"Pak Dadang terima kasih, Ria sekolah dulu ya pak," ucap Riana yang bersaliman pada pak Dadang
"Ia non, bapak permisi dulu ya non." pak Dadang kembali naik ke mobil dan melajukan mobilnya
Riana yang masih merasa pusing, berjalan sempoyongan menuju ke ruangan kelasnya
Rasanya tubuhnya begitu berat untuk melangkah
Dia terhenti di kursi kelasnya dan duduk menyandarkan kepalanya ke meja,
"Duh, mual banget sih," gumanya sambil menutup mulut
Lama kelamaan Riana tak tahan dan berlari ke luar menuju toilet di sekolah
Disana ia berpapasan dengan Bu Jihan,
Riana yang terburu-buru langsung masuk ke dalam salah satu toilet disana dan memuntahkan semua yang ada di perutnya,
Bu Jihan merasa heran dan mencoba untuk menolong Riana
"Riri... kamu gak apa-apa kan?" tanya Bu Jihan yang mengetok pintu
"Ia Bu, saya tidak apa-apa. Hanya sedikit mual saja Bu," Riana menjawab dengan nada tak berdaya
Bu Jihan masih menunggunya dan tak lama Riana keluar
Melihat wajah Riana yang begitu pucat Bu Jihan bertanya
"Ria kamu kenapa?" tanya Bu Jihan
"Saya gak apa-apa Bu, cuman lagi gak enak badan aja," jawab Riana
"Kalau begitu ibu antar ke UKS ya," ucap Bu Jihan yang memegang tangan Riana
"Saya gak apa-apa kok Bu, sebentar lagi bel bunyi jadi saya harus kembali ke kelas," ucap Riana yang berjalan ke arah pintu keluar
Bu Jihan mengejarnya karena khawatir
"Riana kamu harus istirahat dulu di UKS ibu takut kamu kenapa-kenapa di kelas," ucap Bu Jihan
"Ria gak papa kok Bu, udah agak mendingan," ucap Riana yang kekeh berjalan keluar dari toilet dan kembali ke kelasnya
"Kamu itu kenapa tidak mendengarkan perkataan ibu? Ibu peduli sama kamu, ayo ke UKS," ucap Bu Jihan yang kesal
Riana hanya tersenyum
"Makasih Bu, ibu sudah mengkhawatirkan saya. Gapi benar saya tidak apa-apa," ucap Riana yang pergi berjalan
Bel telah berbunyi dan Riana kembali ke kelasnya
Pelajaran di mulai dari pertama masuk kelas sampai pelajaran pertama di mulai Riana hanya diam saja dan tak memperhatikan pelajaran
"Ri loe kenapa dari pagi diem-diem aje?" tanya Siska yang duduk di belakang Riana
"Aku gak papa Sis ,cuman lagi kurang enak badan aja," jawab riana
"Loe kalau sakit jangan sekolah, istirahat aja di rumah. Kalau gitu gue anter ke UKS loe tiduran dulu di sana," ucap Siska yang mengajak Riana berdiri
Akan tetapi Riana malah terjatuh dan membuat Siska panik. Siska berlari keluar dan minta tolong pada guru karena di kelas sudah kosong semua murid pergi ke kantin untuk jajan,
"Pak Haris tolong saya pak," ucap Siska yang memanggil pak Haris yang berjalan di lorong
"Ada apa Sis? kenapa kamu malah lari-lari?" tanya pak Haris
"Si Riana pingsan pak, tolong bantu saya antarkan dia ke UKS," ucap Siska
***
Pak Haris dan Siska membawa Riana ke UKS dan tak lama Bu Jihan datang masuk melihat keadaan Riana
"Siska apa yang terjadi?" tanya Bu Jihan
"Siska gak tau Bu, dari masuk kelas si Ria cuman diem aja. Pas Siska ajak dia ke UKS tiba-tiba dia pingsan Bu," jawab Siska
"Ya sudah kalau begitu, kita biarkan dia istirahat dulu di sini. dan nanti ibu akan menghubungi keluarganya," ucap Bu Jihan
"Ja-jangan Bu, saya takut si Ria di pukuli lagi sama kakaknya," Siska melarang Bu Jihan untuk menghubungi keluarga Riana
"Ada apa Siska? apa kamu tahu sesuatu?" tanya Bu Jihan
"Eh Siska keceplosan Bu, maaf Bu. Anggap aja Siska gak ngomong apa-apa, tapi Siska mohon jangan hubungi keluarganya. Kita tunggu saja dia bangun dulu," ucap siska
"Ya sudah lebih baik kamu ke kantin belikan dia makanan, biar ibu yang menjaga dia di sini," ucap Bu Jihan
"Baik bu," Siska pergi
Tak lama Riana terbangun dan melihat Bu Jihan duduk di kursi di samping dia,
"Riana kamu sudah bangun, gimana udah enakan?" tanya Bu Jihan
Riana berusaha bangun dan menyandarkan bahunya di bantal
"Ia Bu, saya tidak apa-apa," jawab Riana
Bu Jihan sangat penasaran sebenarnya apa yang terjadi pada Riana, dan kenapa dia bisa terluka. Seperti yang di ucapkan Siska Riana di siksa kakaknya itu, apa luka yang di tubuh Riana itu kakak nya yang melakukan?
"Riana ibu mau tanya, sebenarnya luka-luka di tubuh kamu itu kenapa?" tanya bu Jihan
"Saya gak apa-apa kok Bu, ini luka bekas jatuh di tangga," jawab Riana
"Riana jangan bohong apakah kakakmu yang memukul kamu? jelas-jelas itu luka pukulan dan cambukan," ucap Bu Jihan dengan serius
"Ibu kenapa sih dari pagi ngurusin saya terus, dari semua orang yang saya kenal gak ada satupun yang peduli sama saya. Jadi ibu gak usah baik sama saya," ucap Riana yang kesal dan berusaha bangun dan berdiri
"Riana kamu mau ngapain? Nanti kamu pingsan lagi, badan kamu masih demam," ucap Bu Jihan yang berusaha menahan Riana keluar
"Saya tidak apa-apa Bu, ibu tidak perlu memperdulikan saya," ucap Riana yang menangkis tangan Bu Jihan dan pergi berjalan
"Saya peduli sama kamu, saya datang ke sini ingin bertemu dengan kamu," ucap Bu Jihan
Seketika langkah Riana terhenti mendengar kata-kata Bu Jihan dan ia berbalik melihat ke arah Bu Jihan
"Riana apa kamu masih ingat waktu kecil, kamu sering main sama kakak kamu ke sebuah panti asuhan dan bermain baseball bersama seorang anak perempuan yang cacat?" tanya Bu Jihan
"Ibu siapa? kenapa ibu bisa tahu tentang saya dan kakak?" tanya Riana yang menatap ke arah Bu jihan
"Saya anak perempuan cacat itu, berkat kedua orang tua kamu saya bisa berjalan," ucap Bu Jihan yang menghampiri Riana
Sebuah pelukan hangat di rasakan Riana saat Bu Jihan memeluknya
"Jadi kamu harus percaya pada ibu, kalau kamu kesulitan atau ada masalah kamu bisa cerita pada ibu," ucap Bu Jihan yang memeluk Riana
Riana begitu bahagia, dia bertemu dengan orang yang dulu pernah bermain bersamanya. Seperti punya teman, sekarang perasaan Riana tidak seperti biasanya.
Mereka asik berbincang membicarakan masa kecil mereka.
Ya Bu Jihan berumur 26 tahun lebih muda dia tahun dari kakaknya Riana. Tapi saat melihat mereka berbicara bersama seperti sahabat.
Siska yang baru datang dan masuk membawa makanan untuk Riana begitu kaget melihat sahabatnya yang setiap hari hanya termenung kini tertawa dan tersenyum bahagia
"Ada apa ini? Kayaknya bakal turun hujan malam ini, senyum loe langka banget Ri. Biasanya loe cemberut Mulu tiap hari, bagi bagi donk senyumnya," ucap Siska yang menggoda Riana
"Apaan sih," ucap Riana
"Nie gue bawain makanan buat loe, tadi loe lemes banget. Loe kenape sih?" ucap Siska yang memberikan makanan untuk Riana
"Makasih ya sis, kamu memang sahabat terbaik aku," ucap Riana
"Udah makan aje gak usah makasih-makasih segala, ntar pingsan lagi berabe gue nya," ucap Siska
"Sudah kamu makan dulu, nanti kita lanjut lagi ceritanya," ucap Bu Jihan
"Ia Bu," ucap Riana yang menyantap makanannya
Bu Jihan melihat dengan tatapan kasihan dalam hatinya ia berkata
"Ada apa Antara adrian dan Riana? kenapa Adrian sampai tega memukuli adiknya. Bukan kah dia sangat menyayangi adiknya?"
"Eh ia Bu, makasih ya ibu mau nemenin si Riana," ucap siska
"Ia Siska, tidak apa-apa. Ibu juga senang bisa menemani Riana," ucap Bu Jihan
"Besok kan libur sekolah, gue main ya ke rumah loe Ri," ucap Siska
"Gak bisa, kayaknya aku gak akan ada di rumah deh Sis. Aku mau ziarah ke makam mamah sama papah di Bandung," ucap Riana
"Oh... Tumben loe mau ke Bandung? biasanya kalau omah sama Tante loe ngajak ke Bandung loe banyak banget alesannya," tanya Siska
"Aku lagi kangen aja sama mamah dan papah," jawab Riana
"Wah gila loe,. kesambet apa loe masa kangen sama orang yang udah gak ada?" ucap Siska yang heran
"Dasar, kamu itu ada-ada aja Sis. Namanya juga kangen sama orang yang udah gak ada. Ya aku pengen kunjungi rumah terakhir mereka, dan sekalian aku mau liburan ke vila," ucap Riana
"Gue ikut ya, kan kalau ada gue pasti loe gak kesepian," Siska merayu sang sahabat
"Masalahnya aku juga belum sempat minta izin sama kakak, semalam pas mau makan malam aku mau minta izin eh kakaknya sibuk banget. Jadi gak sempet deh izin deh, tapi aku mau coba sore ini pulang sekolah mau minta izin dulu," ucap Riana
"Ya udah loe minta izin dulu, kalau kak Adrian kasih izin gue ikut ya," rayu Siska
"Ia, nanti aku bilang ke kakak," ucap Riana
"Nah gitu dong, baru sahabat gue," ucap Siska
Tak lama bel sekolah berbunyi tanda pelajaran kedua akan di mulai...
"Ri... loe istirahat aja disini nanti gue bilang ke Bu Sekar kalau loe lagi gak enak badan," ucap Siska yang berdiri dan pergi meninggalkan Riana dan Bu Jihan
"Riana ibu pergi ke kelas dulu ya, ibu ada pelajaran tambahan untuk murid murid ibu," ucap Bu Jihan
"Ia Bu, makasih ya Bu," ucap Riana
"Sudah kamu tiduran lagi, nanti ada Bu Melati yang merawat kamu. Kalau butuh apa-apa kamu bilang saja ke Bu Melati," ucap Bu Jihan yang pergi meninggalkan Riana sendirian
Ketika jam pulang dan semuanya menunggu jemputan di gerbang. Tapi pak Dadang tak kunjung datang kemudian Riana mendapatkan telepon dari pak Dadang
"Hallo non Ria," ucap pak Dadang
"Hallo pak, bapak di mana?" tanya Riana
"Begini non, mobil tiba-tiba mogok. Ini bapak dan den Adrian masih di jalan menuju pulang, mobil masih mogok kata den Adrian non ikut bus saja," ucap pak Dadang
"Tapi bus terakhir sudah pergi sepuluh menit yang lalu pak," ucap Riana
"Bagaimana ya non, sepertinya akan makan waktu lama," ucap pak Dadang
"Ya sudah gak papa Riana pesan taxi online saja pak," ucap Riana
"Ya udah non kalau begitu non, non hati-hati ya," ucap pak Dadang
"Oke pak, bapak juga hati-hati ya," ucap Riana
"Ia non," pak Dadang mengakhiri panggilannya
Ketika Riana sedang memainkan handphone nya Bu Jihan lewat
"Ria kamu belum pulang?" tanya Bu Jihan
"Mobil kakak mogok jadi gak bisa jemput, saya lagi nunggu taxi online Bu," Jawab Riana
"Ya sudah ibu antar saja," Bu Jihan mengajak Riana pulang bersamanya
"Ya udah, kalau taxi onlinenya belum otw saya batal kan dulu taxi onlinenya. Tapi kalau udah kasian Bu," ucap Riana
"Coba kamu cek dulu," Bu Jihan keluar dari mobilnya
"Ia Bu, ini sepertinya belum ada yang jalan. Saya cancel dulu ya Bu," ucap Riana
"Yuk jalan," ajak Bu Jihan
Bu Jihan dan Riana masuk ke mobil Bu Jihan
***
Rasa nyaman saat bersama Bu Jihan Riana rasa kan. Karena waktu kecil dia sangat dekat dengan Bu Jihan
"Ria alamatnya dimana?" tanya Bu Jihan
"Ini Bu," Riana membuka GPS di ponselnya
"Owh, oke ibu antar ya," ucap Bu Jihan
****
Sesampainya di rumah Riana
"Bu ayo masuk dulu, ini sudah sore ibu pasti belum makan siang, dan sekarang pasti bi Tini sudah siapin makanan," ajak Riana
"Duh, ibu jadi gak enak. Lain kali saja ya," jawab Bu Jihan yang menolak ajakan Riana
"Yah..! kok gitu sih, kan ibu udah anterin Ria sampai rumah. Yuk masuk yuk," Riana memaksa Bu Jihan masuk ke rumahnya dan membawanya ke ruang tamu
"Bi.., bibi sini bi..," panggil Riana yang melihat bi Tini sedang menata makanan di meja makan, dan tak lama Bi Tini menghampirinya
"Ia non, tumben non baru nyampe," ucap bi Tini
"Mobil kakak mogok, jadi tadi Ria numpang ke mobilnya Bu Jihan. Bibi kenalin ini Bu Jihan guru baru Ria di sekolah," ucap Riana
"Selamat sore Bu, terimakasih sudah mengantarkan non Ria," ucap bi Tini
"Ia Bi tidak apa-apa, sekalian pulang bareng," ucap Bu Jihan
"Bi Tini masak apa hari ini? Ria laper banget," ucap Riana
"Ya kenapa non gak pernah makan," ucap bi Tini yang kecewa
"Ih bibi, Ria sekarang mau makan, tapi Bu Jihan temani ya," ucap Riana yang memberikan senyum pada Bu Jihan
"Ya sudah, silahkan makan non. Baru saja bibi selesai menyiapkannya," ucap bi Tini
"Ria ibu tidak enak, masa baru datang langsung makan sih. Malu Ri," ucap Bu Jihan
"Gak usah malu-malu. Inget kan waktu dulu kita sering makan bareng di panti," ucap Riana yang menarik Bu Jihan
Akhirnya mereka pun makan siang bersama..
***
Sementara itu Adrian baru sampai depan rumah. Dia datang dengan taxi, ketika ia masuk ia melihat mobil milik Bu Jihan dan bertanya pada satpam
"Pak itu mobil siapa?" tanya Adrian
"Tadi non Riana datang dengan seorang wanita, mungkin gurunya den," jawab pak satpam
"Owh, ya sudah saya masuk dulu ya pak," ucap Adrian yang berjalan masuk
Saat Adrian masuk Riana sedang makan berdua dengan Bu Jihan
Adrian berjalan melewati mereka,
"Kak," Riana bangun dan menghampiri sang kakak
"Ada apa?" tanya Adrian
"Makan bareng yuk," ajak Riana
"Kakak sudah makan," Adrian pergi naik ke atas
"Hak sopan banget sih kakakmu itu!" ucap Bu Jihan yang datang menghampiri Riana
Riana hanya tersenyum dan kembali duduk
"Kakak sudah makan Bu. Lebih baik kita lanjut lagi makannya," ucap Riana dengan senyum
"Ngapain kamu tunggu orang seperti itu, buang-buang waktu saja," ucap Bu Jihan yang kesal melihat Adrian yang bahkan tidak menyapa tamu
Setelah selesai makan siang Bu Jihan bantu-bantu bi Tini di dapur sedangkan Riana kembali berbaring di ruang tamu karena kelelahan
"Aduh Bu guru, saya gak enak. Biar saya saja yang rapikan," ucap bi Tini yang merasa tidak nyaman karena merepotkan Bu Jihan
"Tidak apa-apa bi saya sudah biasa. Bibi sudah lama kerja di sini bi?" tanya Bu Jihan
"Bibi kerja dari den Adrian masih di kandungan bu," jawab Bi Tini
"Lama juga ya," ucap Bu Jihan
"Ia Bu," jawab bi Tini
"Kalau gitu bibi tau donk perbuatan Adrian pada Riana?" tanya Bu Jihan
"Maksud Bu guru apa ya?" tanya bi Tini
"Tubuh Riana semuanya memar bi, dan itu bukan luka bekas jatuh dari tangga. Melainkan sebuah cambukan yang begitu kuat, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Bu Jihan
"Maaf Bu jika saya lancang, ini bukannya saya melarang ibu ikut campur. Tapi semakin ibu membantu non Ria, malah akan membuat non Ria semakin di siksa. Saya mohon ibu tolong jangan bicara pada den Adrian kalau ibu tahu masalah ini. Karena setelah ibu bicara pada den Adrian dia pasti melampiaskannya pada no Riana" ucap bi Tini yang ketakutan
"Baik saya mengerti, tapi bibi bisa ceritakan pada saya. Kenapa Adrian bisa Setega itu, padahal dulu waktu kami masih kecil dia begitu menyayangi Riana adiknya. Bahkan tidak pernah membiarkan Riana menangis," tanya Bu Jihan
"Si ibu kenal sama den Adrian?" tanya bi Tini
"Ia, dulu saya dari lahir tidak bisa berjalan, dan di tinggalkan di panti asuhan oleh kedua orangtua saya, karena kebaikan kedua orang tua Adrian yang menjadi relawan di panti asuhan saya mendapatkan terapi hingga saya bisa berjalan dengan baik. Saat itu kedua anak mereka Adrian dan Riana sering mereka bawa ke panti asuhan dan bermain bersama saya dan anak-anak yang lain," jawab Bu Jihan
"Oh ia, bibi ingat nyonya sering cerita," ucap bi Tini
"Kalau begitu boleh saya tahu penyebab berubah nya sikap Adrian pada Riana?" tanya Bu Jihan dengan serius
"Semua berawal dari kecelakaan yang menimpa kedua orang tua mereka, dan yang bibi tahu setelah itu ketika non Riana baru pulang dari rumah sakit non Riana belum tahu dan juga belum mengerti kalau kedua orang tuanya sudah tiada. Non Riana terus merengek dan menangis mencari kedua orang tua nya. Yang bibi ingat saat itu den Adrian begitu marah dan memukuli non Ria, dan menyalahkan bahwa kecelakaan itu di sebabkan oleh non Ria. Hingga saat ini den Adrian belum melupakan kematian kedua orang tua nya, dan selalu menyalahkan non Ria. Jadi kalau ada sesuatu atau masalah non Ria pasti jadi sasaran. Guru-guru di sekolah sudah tahu, bahkan ketika kepala sekolah datang den Adrian malah dengan sengaja mengancam jika ikut campur akan mendapatkan akibatnya. Setelah itu non Ria lah yang kena lagi. Makannya bukan pihak sekolah yang tidak mau membantu tapi jika mereka ikut campur yang ada non Ria semakin di siksa," bi Tini menceritakan begitu kejam nya Adrian padahal dahulu jangankan membiarkan adiknya terluka, meneteskan air mata pun Adrian selalu jadi orang pertama yang menghiburnya
Setelah selesai membantu bi Tini di dapur Bu Jihan masuk ke ruang tamu dan melihat Riana tertidur lelap dan dengan perlahan ia pergi ke luar dan segera naik ke mobilnya dan kembali pulang..