Awal Yang Indah

1050 Words
Aku dan Afrin adalah mahasiswi Akuntansi semester 8, di Universitas Bung Karno. Kita bersahabat dari waktu umur 8 tahun, semenjak orang tuaku pindah rumah berdekatan dengan rumah orang tua Afrin. Dan hal yang mengejutkan lagi, ternyata bunda bersahabat dengan mama Afrin semenjak mereka duduk di bangku SMA. Jadi tidak menutup kemungkinan jika aku bisa dekat dengan Afrin, semenjak saat itu aku dan Afrin selalu menghabiskan waktu bersama sama. Walaupun aku sangat dekat dengan Afrin seperti layaknya saudara, tapi ada satu hal yang tidak di ketahui Afrin hingga saat ini, adalah tentang perasaanku terhadap mas Afnan yang aku simpan semenjak duduk di bangku SMP. Iya mas Afnan adalah kakak kandung Afrin walaupun umur mereka terpaut usia 8 taun tapi Afrin sangat manja dengan mas Afnan. Dari kecil kita selalu bermain bersama-sama, sampai aku tidak menyadari bahwa aku mulai menyukai mas Afnan. Awalnya aku hanya mengira kalau perasaanku terhadap mas Afnan hanya sebatas kakak adik saja, karena mas Afnan selalu menjadi pelindungku saat aku merasa takut atau tidak nyaman dalam hal apapun. Tapi aku mulai merasa kesal saat mas Afnan dekat dengan perempuan lain apalagi dengan sahabatnya yang bernama Izzah. Dulu aku sempat mogok bicara dengan mas Afnan, setelah tau mas Afnan lebih memilih pergi dengan Izzah daripada menemaniku bermain dengan Afrin. Dari situ aku mulai menyadari perasaan ku terhadap mas Afnan. Walaupun kak Safa dan aku tidak tinggal satu rumah, tapi aku selalu membagi semua kisahku kepada kak Safa, termasuk perasaanku terhadap mas Afnan. Kak Safa lebih memilih kehidupan pesantren untuk memperdalam agama islam, karena menurut kak Safa kehidupan Akhirat jauh lebih penting dan kekal dari pada kehidupan dunia. Sifat kak Safa juga lebih kalem, lemah lembut daripada sifatku yang cenderung pecicilan dan bawel. ***** Usai aku menemui dospem akhirnya aku memutuskan untuk duduk di taman kampus untuk menunggu Afrin, sambil mengunyah batagor, cimol, dan meminum jus alpukat favorit ku. Tak lama kemudian, Afrin muncul dengan muka lesunya dan berjalan ke arahku. "Wah kayaknya habis dapet siraman rohani nii dari pak Zul." Ucapku sambil terus mengunyah makananku. "Boro dapet siraman rohani, orang pak Zul sampe sekarang belum dateng juga ke kampus. Aku capek tau Za, nungguin lama bgt." Kesal Afrin sambil mencomot makananku. "Emang pak Zul kemana?" Tanyaku lagi kepada Afrin, tapi Afrin hanya mengangkat kedua bahu tanda ia tidak tahu sambil terus memakan cimol ku. "Udah yuk Za, kita main time zone aja." Ucap Afrin sambil menelfon seseorang. Aku tau betul dia menelfon mas Afnan, dan benar saja tidak lama kemudian mobil mas Afnan sudah terparkir di halaman kampus. Aku berjalan mengikuti Afrin dari belakang, sebenernya bukannya aku malas untuk ikut Afrin dan mas Afnan main hari ini, tapi aku hanya takut tidak bisa mengendalikan perasaanku lagi. "Za ayook buruan, kamu jadi ikut ga?" Ucap Afrin sambil naik kedalam mobil. Kemudian aku mengikuti Afrin masuk kedalam mobil mas Afnan tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Jadi hari ini mau kemana kita?" Tanya mas Afnan kepada kita. "Ke Sency aja mas yang paling deket dari sini." Jawab Afrin , kemudian mas Afnan langsung melajukan mobilnya menuju arah Senayan. Sesampai di Sency kemudian kita langsung menuju ke time zone untuk bersenang-senang, setelah puas mencoba permainan yang kita sukai akhirnya kita memutuskan untuk nonton. Afrin dan mas Afnan membeli tiket, sementara aku membeli popcorn untuk cemilan nanti. Saat aku mengantri membeli popcorn tiba-tiba Afrin berjalan menghampiri ku dengan langkah tergesa-gesa. "Za aku balik ke kampus lagi ya, udah dijemput mita." Ucap Afrin tiba-tiba. "Loh Frin kita ga jadi nonton dong?" Tanyaku kepada Afrin. "Gapapa za kamu lanjut nonton aja sama mas Afnan, udah ya aku pergi sekarang udah ditunggu pak Zul buat bimbingan." Ucap Afrin setengah berlari, padahal aku belum menjawab. Setelah membeli popcorn aku menunggu mas Afnan di sofa sambil memakan popcorn ku dan memainkan hp, tidak lama kemudian mas Afnan datang menghampiri ku. "Ayuuuk princess El filmnya udah mau mulai." Ucap mas Afnan di depanku. Aku terdiam saat mas Afnan memanggilku lagi dengan panggilan princess El. Dulu waktu aku kecil mas Afnan suka memanggilku dengan panggilan princess El, yang kata mas Afnan mempunyai arti putri yang bercahaya dan ceria. Aku tentu saja bahagia saat mas Afnan memanggilku seperti itu. Seketika hatiku menjadi dugun dugun tidak jelas saat mas Afnan memanggilku lagi dengan panggilan itu, setelah sekian lama aku tidak pernah mendengar panggilan itu lagi. Setelah itu kita memasuki pintu teater 1, karena filmnya sudah mau mulai. Aku terlalu bahagia hari ini bisa jalan berdua lagi dengan mas Afnan, karena biasanya kita selalu jalan bertiga dengan Afrin dan itu membuat aku jarang mengobrol dengan mas Afnan. Selesai menonton film aku berniat untuk pulang karena tiba-tiba kak Safa menelfon. Tapi perutku sekali lagi tidak bisa di ajak kompromi karena berdendang disaat yang tidak tepat. "Kamu laper Za?" Tanya mas Afnan kepadaku, aku hanya nyengir tidak jelas karena malu dengan mas Afnan. Belum sempat menjawab pertanyaan mas Afnan, tiba-tiba tanganku sudah di tarik mas Afnan ke dalam restoran seafood. Kami duduk di bangku paling ujung, sambil menikmati pemandangan luar. Setelah memesan menu yang kami inginkan kami berdua sama-sama terdiam sebelum akhirnya mas Afnan, memulai pembicaraan terlebih dahulu. "Za kog kamu sekarang jarang main ke rumah? Tanya mas Afnan kepadaku "Iya mas, udah mulai sibuk sekarang. Jadi ga sempet dech main." Jawabku sambil cengengesan. "Ooh udah mulai sibuk pacaran ya sekarang?" Tanya mas Afnan lagi. "Aku ga punya pacar mas, mau langsung nikah aja." Jawabku lagi "Jadi nanti kalau ada orang yang tiba-tiba ngelamar kamu gimana? Tanya mas Afnan. "Ya liat dulu orangnya gimana mas, masuk seleksi ayah sama bunda ga?" Jawabku bercanda kepada mas Afnan. "Terus saya masuk seleksi juga ga?" Ucap mas Afnan "Hah maksudnya mas?" Ucapku kaget. "Udah ga usah dipikirin, nanti setelah lulus saya punya kejutan buat kamu." "Kejutan apa mas?" Tanyaku lagi "Nanti kamu juga tau Za, saya percaya sama kamu. Jangan pernah kecewakan hati saya Za." Ucap mas Afnan ambigu. "Mas Afnan ngomong apa sii? Liza ga ngerti." Ucapku lagi. Mas Afnan hanya menjawab dengan senyuman, setelah obrolan singkat itu kita makan dalam hening. Aku sibuk memikirkan perkataan mas Afnan yang tidak aku mengerti, sementara mas Afnan hanya diam setelah obrolan singkat tadi. Setelah makan kita memutuskan untuk pulang, karena kak Safa terus meneror aku untuk pulang. Karena bunda menyusul ayah ke Surabaya, jadi ka Safa memutuskan untuk pulang kerumah untuk menjagaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD