4

1417 Words
Maaf banyak typo Hanin tidak kuat apabila ia terus berada di ruang keluarga bersama semua orang di sana, apalagi ada Kamal dengan kakaknya Maria yang seakan sedang pamer kemesraan seakan sengaja untuk menikam hatinya di dalam sana. Dengan suara bergetar tapi tak ada orang yang menyadarinya karena larut pada rasa bahagia akan pernikahan Maria, dan Kamal minggu depan, Hanin pamit lebih dulu ke kamar. Ada sesuatu yang harus Hanin kerjakan. Semua orang hanya mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun pada Hanin. Semuanya larut dalam obrolan tentang pernikahan kakaknya Maria minggu depan. Pernikahan kakaknya Maria dengan kekasih Hanin yang sudah menjalin hubungan dengan Hanin dua tahun lamanya. Ya, Kamal adalah kekasih Hanin sejak Hanin menginjak kaki di bangku kelas 2 SMA sampai Hanin, dan Kamal tamat. Hanin lebih besar usia kakaknya 3 tahun. Begitupun dengan Kamal. Umur Kamal juga 3 tahun lebih besar dari Hanin. Kamal seangkatan dengan kakaknya Maria dulu. Bahkan mereka berdua sama-sama berada di kelas yang sama pas SMA kelas 1. Kamal 3 kali tidak naik kelas. Kamal adalah seorang laki-laki badung , dan nakal. Seorang pembalap liar, seorang pembangkang di sekolah, pembuat rusuh, semua kata buruk melekat pada diri Kamal dulu. Tapi, semenjak Kamal mengenal Hanin. 180% Kamal berubah. Berubah lebih baik lagi dari sebelumnya, sudah rajin masuk kelas, tidak terlalu membuat kerusuhan di saat Hanin dengan wajah ayu, dan wajah polos tanpa make up-nya sekelas dengan Kamal yang badung. Klise, Kamal mengaku jatuh hati pada Hanin. Ya, Hanin yang polos , dan lugu dulu menerima kata cinta Kamal. Pasalnya, Kamal tak pernah menyakiti Hanin, tidak pernah menjailinya atau mengisenginya dulu, tidak pernah menperbudak sepertinya menyuruh-nyuruh untuk membeli makannya di kantin seperti teman-temannya yang lain, tidak pernah. Malah Kamal diam-diam akan selalu membantu Hanin, seperti Hanin yang sesekali telat, laki-laki itu akan mengalihkan perhatian guru yang sedang mengajar agar Hanin bisa lolos dari hukuman, dan semua teman di dalam kelas tidak ada yang berani berkutik, dan hanya diam. Menyaksikan Kamal yang selalu seenaknya di dalam kelas. Hanin membalas kata cinta Kamal dengan tulus. Hati Hanin sejatuh-jatuhnya pada Kamal yang terlihat badung dari penampilannya tapi selalu memberikan yang terbaik untuk Hanin dulu. Walau gaya pacaran mereka melebihi batas seperti orang yang sudah bersuami isteri. Tapi, Kamal berjanji, kalau ada sesuatu yang terjadi dengannya, Kamal akan bertanggung jawab. Tapi, kenapa Kamal di saat laki-laki itu kembali, bukan melamaranya? Malah melamar kakanya Maria? Semuanya sudah Hanin serahkan pada Kamal dulu. Tak ada yang tersisa lagi. Hanin menunggu Kamal bagai orang gila, dan Kamal , dan kakanya ternyata sudah menjalin hubungan sejak 1 tahun yang lalu. Tega sekali Kamal pada dirinya. Hanin menghapus sudut matanya yang sedikit basah saat ini dengan punggung tangannya. Menggigit bibirnya kuat agar isakan sakit hati, dan terluka tidak lolos dari mulutnya, membuat semua orang akan datang kepadanya, dan bertanya kenapa ia menangis. Hanin jelas tidak akan bisa menjawab pertanyaan itu. Satu yang mencokol dalam pikiran, dan hati Hanin saat ini. Hanin yang sedang duduk meringkuk bersandar sepenuhnya pada pintu kamarnya yang sudah Hanin tutup rapat, dan kunci. Apakah ini alasanya Kamal menyuruh ia agar tidak mengumbar hubungan mereka dulu di sekolah. Tidak hanya di sekolah, tapi Hanin harus tutup mulut tentang hubungan sebagai sepasang kekasih yang terjalin antara keduanya di depan umum, intinya tidak ada yang boleh tahu. Kamal menyuruh keras, dan tegas agar Hanin tidak sampai keceplosan mengumbar tentang hubungan mereka berdua. "Apakah ini jawabannya? "Bisik Hanin pelan dengn kekehan getirnya. "Kamu mendekatiku, pura-pura mencintaiku hanya untuk mendekati kakakku. Kamu memanfaatkanku untuk memiliki kakakku." "Kalau memang seperti itu niat kamu sedari awal. Sandiwara kamu sungguh luar biasa. Kamu pematah hati terbaik di dunia ini."Bisik Hanin semakin memperkuat gigitannya pada bibir bawahnya. Isakannnya mungkin akan lolos sebentar lagi, dan Hanin saat ini terlihat bangkit dari ringkukkannya di lantai. Berniat ingin menangis di dalam kamar mandi. Tapi, sepertinya niatan Hanin harus terurung di saat... Pintu kamarnya di ketuk 3 kali orang orang di luar. Hanin menahan nafasnya kaut. Dan menghapus jejak air mata yang mungkin saja ada yang mengaliri pipinya tanpa Hanin sadari, dan rasa. "Hanin sayang..."Panggil suara itu lembut. Membuat tubuh Hanin menegang, dan bergumam pelan. "Mama..." Ada apa mamanya menemuinya? Bukan kah mereka lagi asik----," "Hanin kamu sudah tidur?"Hanin tersentak kaget, dan membalikkan badannya cepat untuk segera membuka pintu kamarnya. Sekali lagi, Hanin mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya sebelum Hanin membuka pintu. Aman. Wajahnya tidak basah oleh air mata. "Mama..."Panggil Hanin lembut di saat pintu kamarnya sudah terbuka. "Belum tidur?" "Belum, Ma."jawab Hanin dengan senyum kecilnya. "Mama mau minta tolong sama kamu. Kamu temani kakakmu, ya. Mama nggak tenang kalau kakakmu hanya berdua saja dengan Kamal di dalam kamarnya. Walau mereka akan menikah minggu depan. Kamal akan naik sebentar lagi. Mereka mua bongkar sesuatu milik kakakmu. Mama ada urusan sama papa. Ingat, temani kakakmu."Ucap Mama Hanin dengan nada tegas, dan segera beranjak tanpa menunggu persetujuan , dan kata iya dari Hanin. Dari Hanin yang terlihat menelan ludahnya kasar saat ini. **** Hanin sudah memakai pakaian yang lebih sopan. Membasuh cepat wajahnya agar raut menyedihkan di wajahnya hilang tak membekas walau hatinya lah yang sedang, dan lebih parah terluka saat ini di dalam sana. Tapi, Hanin dengan sangat baik, dan apik mampu menutupuinya, dan menahannya seorang diri. Hanin sudah berada dalam kamar kakaknya. Tapi tidak ada kakaknya. Kamar kakanya kosong, dan Hanin tidak enak untuk berdiri, dan berada lebih lama di dalam kamar kakaknya. Hanin memutuskan akan mencari kakaknya di luar. Mungkin masih berada di lantai bawah. Tapi, baru tiga langkah Hanin melangkah keluar dari kamar kakanya. Hanin menghentikan langkahnya dengan tubuh yang menegang kaku di saat kedua manik cokelat pekat Hanin menangkap seorang laki-laki tinggi tegap berjalan dengan wajah datarnya saat ini di depannya. Seorang laki-laki yang dulunya bertubuh agak kurus, tapi kini sudah berisi, dan semakin berotot. Tinggi badannya mungkin juga bertambah beberapa centi dari 4 tahun yang lalu. Wajahnya juga sudah terlihat lebih dewasa, dan tampan membuat Hanin terlihat menelan ludahnya kasar saat ini. Apalagi jas yang di pakai laki-laki itu tadi sudah tak terpasang di tubuhnya. Kemeja warna putih dengan dua kancing teratas yang sudah di buka. Membuat penampilan laki-laki itu, Kamal semakin menawan di mata Hanin saat ini. Dan tubuh Hanin semakin menegang kaku. Di saat di kedua bibir Kamal melempar senyum yang sangat hangat, dan manis untuk dirinya saat ini. Kedua manik hitamnya yang tajam menatapnya dengan tatapan yang sangat lembut. Yang bahkan tak pernah Hanin lihat sebelumnya selama 2 tahun mereka menjalin hubungan diam-diam dulu. Kedua tangan besar, dan kekarnya mengulur ke depan mengundang Hanin agar masuk ke dalam pelukannya. "Kak Kamal...."erang Hanin tertahan. Ini lagi musim prank kan? Kak Kamalnya hanya mem-prank dirinya tadi. Ya, pasti begitu. Kak Kamalnya sudah semakin dekat pada Hanin masih dengan wajah manis, hangat, dan kedua tangan yang masih mengulur siap untuk memeluknya. Hanin sudah tak tahan, dengn air muka yang hampir menangis, kedua tangan yang mengulur juga. Hanin berlari menuju Kamal untuk memeluk kekasihnya dengan pelukan manja yang selalu ia lakukan dulu. Dan Kamal sangat suka dengan pelukannya. "Kak Kamal..."Panggil Hanin bergetar di saat tubuhnya, dan tubuh Kamal sedikit lagi akan saling berbentur, dan bertemu. Tapi, Hanin tercekat, dan kedua matanya membulat kaget di saat Hanin membua kedua matanya, tubuhnya beberapa detik lagi akan terjatuh membentur lantai. Tak dapat Hanin elak. Dalam 3 detik, benar, Hanin terjatuh tersungkur di atas lantai dengan frekuensi yang lumayan keras. Menimbulkan suara brak yang mengalun agak keras di atas lantai dua yang hening saat ini. Hanin menggigit bibir kuat di saat rasa sakit pada kedua telapak tangan, dan lututnya menyapa telak diri Hanin. Tapi , hati Hanin lah yang paling sakit saat ini di dalam sana. Dengan tubuh bergetar hebat menahan tangis. Hanin menolehkan kepalanya kearah belakang. Tubuh Kamal yang sudah hampir masuk ke dalam kamar kakanya yang ada di samping kamarnya sedang menggendong mesra kakaknya dari arah depan. Jadi, senyuman tadi untuk kakaknya? Kedua tangan Kamal yang mengulur tadi untuk memeluk kakaknya? Hanin memejamkan kedua matanya pahit. Sungguh rasa sesak yang menikam perasaan , dan hatinya saat ini sangat dasyat. Satu pikiran bodoh, melintas di pikiran Hanin. Tapi, hanin menggeleng cepat, dan membuka kedua matanya yang terpejam untuk beberapa saat dengan kasar. Di depan sana, Kamal yang sedang menatap kearahnya. Masih ada kakakanya Maria yang meringkuk di atas gendongan Kamal. Kamal di ambang pintu, menatap Hanin dengan senyum puas, yang tercetak begitu menyeramkan di kedua bibir, dan raut wajah Kamal untuk Hanin lihat saat ini. Bahkan membuat tubuh Hanin bergetar, dan bergidik melihatnya. Seperti bukan Kamalnya yang dulu. Ada apa dengan kak Kamal, Tuhan?? Kenapa dia jahat dan terlihat benci padaku? Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD