3. Morning s*x

1012 Words
"Ini benar-benar cobaan yang begitu berat," batinnya. Dia berusaha menekan hawa nafsu, semalam dia telah mengambil keleuntungan dari wanita ini, dan tidak mungkin dia melakukannya lagi sekarang. Jika itu terjadi dia benar-benar pantas dipanggil seorang berengsek. Nandini berlahan membuka matanya, dia merasakan ada tangan melingkar diperutnya. Nandini berbalik dan tatapanya bertemu dengan mata Hero. Nandini memegangi kepalanya dan berusah mengingat apa yang terjadi dan apa yang telah mereka lakukan dikamar ini tadi malam. "Malam tadi membuktikan bahwa orentasi seksual ku masih normal," batin Nandini Namun, perasaan frustasi muncul karena orang yang tidur dengannya adalah sahabat mantannya, mantan yang telah meninggalkan terauma yang mendalam. "Maaf aku hilaf," ucap Hero. "Lupakan, anggap saja ini tidak pernah terjadi," ucap Nandini. "Kalau kamu hamil gimana ? Apa yang kita lakukan semalam tidak menerapkan prosedur aman," tanya Hero. "Aku rasa tidak semudah itu, buktinya aku tidak pernah hamil selama menjalin hubungan dengan temanmu padahal dia tidak pernah menggunakan pengaman dan aku tidak pernah meminum kontrasepsi. Saat ini aku juga tidak berada dimasa subur." "Ya semoga saja." "Sudalah aku akan mandi lebih dulu, aku harus pergi bekerja." Nandini baru saja ingin beranjak pergi, Hero memegang tangannya. "Ada apa lagi ?" "Emm..." Hero nampak ragu mengatakannya. "Ada apa ?" "Nan, bisa bantu aku sekali lagi. Kita semalam melakukannya tidak masalah jika masuk sekali lagi bukan ? Aku janji akan bermain aman." Nandini berpikir sejenak, saat dia akan menjawab 'tidak' Hero sudah menciumnya dan tangan itu berkeliaran ketubu polosnya. "Hei aku belum mengizinkan mu," batin Nandini. Karena Nandini belum membalas ciuman itu, Hero tahu dia pasti menolak, namun pria ini tidak menerima penolakan. Ciumannya berpindah ke telinga dan area leher. Satu tangan Hero menyelinap ke area pribadi Nandini, dan jari tengahnya masuk dan bergerak cepat. "Ah..." Lolos dari mulut Nandini. Hero menendang selimut di atas mereka hingga terjatuh kelantai, ciuman semakin turun dan satu tangannya yang tersisa merem** bukit kelinci dan mulutnya kembali menji***, mencium, menggigit area itu. Tangan Hero bergerak semakin cepat dan merasakan satu kaki gadis itu menekuk dan bokongnya agak mengangkat. "Akh...."desah Nandini karena dia mencapai klimaks. Hero tidak ingin pemanasan terlalu lama, karena adik kecil sudah tersiksa dari tadi. Dia segera memposisikan Mr. P mendorong masuk berlahan. Dia bisa memperhatikan Nandini menggigit bibir bawanya menahan gairah dan menikmati dengan mata terpejam. Hero mempercepat gerakannya sambil mencium bibir berpindah ke leher gadis itu dan satu tangan terus memij** bukit kelinci gembar. "Em...emh... Hero... ah..." Suara yang sangat seksi. "Nandini aku tidak tahu kamu senikmat ini, ah..." ucap Hero. Gerakan semakin cepat tidak butuh lama Hero mencapai klimaks dan dia buru-buru menarik Mr. P keluar karena dia sudah berjanji bermain aman. Hero tidak terima karena Mr. P memuntahkan larva begitu cepat. Pandanganya jatuh pada Nandini yang tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, seolah mengejeknya lemah. Namun Hero berucap, "Ini belum selesai sayang." Nandini mendekati Hero dan mendorong pria itu untuk mengabil posisi telentang. Sekarang Nandini yang berada di atas sambil menji***, mencium dan menggigit dari area leher hingga area pribadi secara berlahan. "Good girl," ucap Hero memejamkan matanya menikmati apa yang dilakukan Nandini pada miliknya. Saat dia merasakan akan mencapai klimaks Nandini berhenti. "Jangan mempermainkan ku," ucap Hero frustasi. "Ah...", keluar dari mulut Hero saat merasakan miliknya masuk berlahan ke Ms. V. Nandini bergerak di atasanya cukup lama, sesekali dia menunduk mencium bibir dan menggigit d**a pria yang berbaring dibawahnya. "Nandini aku tidak tahu kamu seliar ini," ucap Hero memandang tubuh sintal yang terombang ambing diatasnya. "Walau aku sudah 4 tahun berpuasa aku tidak melupakan bagaimana cara melakukannya." Tidak bertahan diposisi itu, Hero merobohkan Nandini dibawahnya, "Istirahatlah, biar aku yang memimpin." Mereka berciuman dan kaki Nandini sudah melingkar dipanggang Hero, sehingga mereka dapat melakukan penetrasi yang dalam. Hero bergerak dengan cepat dan kuat. "Ah !.. b*****t !", gerutu Nandini. Ruangan itu dipenuhi teriakan dan desahan wanita dan pria itu. Nandini mencapai klimaks lagi, Hero tidak ingin membiarkan dia beristirahat. "Doggy style, beb" , ucap Hero. Dan Nandini mengambil posisi merangkak, langsung saja Hero masuk dari belakang. "f**k !", ucap hero saat merasakan pant** kenyal milik Nandini yang memberi sensasi luar biasa. Ini pertama kali Hero mengambil posisi ini bersama Nandini dan benar-benar tidak tertahankan. Kedua tangan pria itu memegang dua bukit kelinci gembar, dia bergerak dengan cepat tangannya memij** benda kenyal itu. Nandini tidak tahan karena penetrasi yang begitu dalam dan kuat sehingga tangannya berpegang dengan kepala ranjang. Dengan posisi itu, Hero bisa sambil mencumbu leher dan telinganya. "Ah!... Ah!... Ah!....", teriakan itu seirama dengan gerakan yang dilakukan Hero. Itu semakin cepat, tidak butuh waktu lama Hero menembakan benihnya didalam dan melupakan janjinya sebelumnya. Mereka berdua ambruk, dan Hero masih memeluk Nandini. Hero berbisik, "Morning s*x yang menyenangkan". Keringat bercucuran ditubuh mereka, itu benar-benar terasa lengket namun sangat seksi. Hero menatap Nandini, dan mendaratkan ciuman lembut dibibir gadis itu. Nandini tidak membalas karena dia terlalu lelah karena rutinitas yang baru saja mereka lakukan. Hero menarik ciumannya, dia menelusuri wajah Nandini dengan jari telunjuk dan dia masih tidak habis pikir bagaimana dia bisa tertarik ketubuh wanita ini bahkan menginginkannya lagi dan lagi. Hero mengambil rokok di sebelah tempat tidurnya, dia menghidupkan rokok dan menghisapnya sambil memandangi Nandini yang kembali tertidur dengan keadaan naked. Muncul beberapa konflik dipikiran Hero, apa yang sudah mereka lakukan. Dan bagaimana hubungan mereka setelah ini ? Masih bisakah sama seperti sebelumnya ? Mungkin tidak. Hero mulai memikirkan kehidupannya dengan dua istri. "Saya rasa itu bukan ide yang buruk." "Tok tok tok", pintu kamar diketuk. Hero turun dari ranjang mengambil selimut yang jatuh kemudian menutupi tubuh wanita itu, dia mengenakan bethrobe lalu membuka pintu. "Kamu tahu dimana Dini ?" Tanya Rangga. Sebelum Hero menjawab, Rangga melihat sepatu dan baju Nandini dilantai kamar itu. "Ro, kamu bisa bermain-main dengan wanita manapun, tapi tidak dengan Dini," ucap Rangga. "Aku tidak mempermainkannya, ini terjadi begitu saja. Aku akan berbicara dengannya mengenai masalah ini". Rangga berbalik dengan wajah frustasi, dia takut Nandini menjadi teman bermain Saga atau Julius tapi siapa sangka Hero yang menyentuhnya. Dony sudah memporak porandakan hati Nandini, jika Hero melakukan hal yang sama maka dia tidak tahu harus bagaimana, karena dialah yang mengenalkan Nandini dulu dengan Dony dan Hero.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD