2. Reoni II, Malam Panas

1029 Words
Wanita itu mengakat ponsel untuk berfoto, dan Jony langsung mengambil ponsel itu, "Nona, jangan melewati batas.” Hero paling tidak suka jika fotonya diambil kecuali untuk kepentingan bisnis, negara atau foto keluarga. Apa lagi foto bersama wanita, dia hanya melakukan itu dengan kekasihnya, Lani. "Pergilah,” ucap Hero dengan suara dingin. "Silahkan, nona pintunya ada disana,” ucap Jony. Dia tetap tidak ingin pergi. "Datang keruang VIP B2,” ucap Jony ditelpon. Dalam 5 detik 2 penjaga sudah masuk. "Bawah wanita ini keluar dan jangan biarkn dia masuk ke dalam club ini dimasadepan,” ucap Saga. "Baik Tuan.” Wanita itu diseret keluar ruangan. Wanita itu tidak memberontak lagi, karena dia merasa tertekan mendapat tatapan ganas dari para pria-pria itu. "Ehm, ayo kita minum sepuasnya malam ini,” Saga mencairkan suasana. "Membosankan,” ucap Hero dengan wajah tidak bersemangat. "Oya, aku masih punya kejutan untuk kalian, ada satu orang lagi yang akan hadir.” "Siapa ?” "Sebentar lagi masuk, lihat saja.” "Krek..." Pintu didorong terbuka dan seorang wanita masuk. Dia memiliki mata besar yang mempesona dan hidung kecil yang tidak terlalu tinggi, rambut berwarna brown lurus panjang hingga punggung, dan mengenakan gaun sabrina pendek setengah paha memperlihatkan kaki senjangnya, siapa lagi kalau bukan Nandini. Mereka yang sedang meminum alkohol menyemburkan kembali minumannya melihat penampilan Nandini. Saga, Julius, dan Jony mereka mengelilingi Nandini, mata mereka memeriksa dari kaki hingga kepala seperti sensor. "Apa ini benar, Dini ?” ucap Jony. "Sejak kapan, kamu jadi wanita,” ucap Julius. "Kalau melihat penampilan kamu begini, aku percaya kamu tidak lesbi. saya kira putus dari Doni seksualitas mu berubah,” ucap Saga. "Aku bahka juga ragu seksualitasku sekarang,” balas Dini. "Diruang ini ada pria dan wanita kamu tinggal pilih yang mana ?” Ucap Saga. "Hahaha...” Rangga tertawa pelan karena melihat wajah para gadis panggilan itu panik. "Jika kalian mengelilinginya, kapan dia akan duduk,” ucap Hero. Nandini duduk diantara Hero dan Rangga. Dia memandangi para gadis yang ada diruangan itu kemudian berucap, "Udah pada mapan, mainanya beda ya..." "Hanya menikmati hidup," ucap Julius. "Jarang-jarang kita kumpul malam ini, jadi semua yang ada didalam sini jika tidak mabuk tidak boleh pulang,” ucap Saga. "Saya tidak meminum hal-hal seperti ini lagi,” ucap Nandini. Diawal masuk kuliah Dini adalah remaja bandel, rokok, minum alkohol, club malam itu hal biasa. Semenjak Doni masuk dalam kehidupannya, dia berlahan berubah dan tidak melakukan hal itu lagi hingga sekarang. "Ayolah Din,” bujuk Saga. "Kalau begitu, 4 gelas saja kamu bisa menghabiskanya berlahan sambil mengobrol,” ucap Julius. "Baiklah, untuk malam ini saja tidak ada lain kali,” ucap Dini. "Tenang saja aku akan menjagamu,” ucap Hero. "Kau pikir kami apa ?” Ucap Rangga. "Kalian para penjahat kelamin,” balas Hero. "Lalu kamu apa ?” ucap Rangga. "Aku hanya pencinta wanita,” balas Hero. "Gak berubah,” batin Nandini sambil melihat teman-temannya. Saat itu sudah pukul satu dini hari, kesadaran mahkluk diruang itu sudah diambil alih oleh alkohol. Nandini sudah tidur bersender di pundak Hero. Hero sudah berjanji akan menjaga Nandini, dan dia harus memegang kata-katanya menjaga wanita ini. Pandangannya jatuh pada Saga dan Julius sudah melakukan making out dengan jalang-jalangnya diruang itu. Sedangkan Jony dan Rangga sudah terkulai memegangi kepala mereka. Mengumpulkan kesadaran yang tersisah, Hero memapah Nandini pergi keluar ruangan. Ada dua bodyguard berjaga di pintu, dan Hero berkata, "Kirim Rangga dan Jony beristirahat di atas.” "Baik tuan.” Kemudian, Hero memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada mereka. Hero membawah Nandini kelantai atas yang tidak lain adalah hotel. Setidaknya Nandini akan beristirahat dengan aman dan nyaman. Hero meletakan Nandini ditempat tidur dan dia juga duduk ditempat tidur. Sejenak dia menoleh ke kaki jenjang nan putih milik Nandini, tatapannya terus naik hingga kepundak dan leher putih milik gadis itu, Hero hanya bisa menelan salivanya. Nandini memegang kepalanya dan bersuara "eugh....” Mata sayu Nandini bertemu dengan mata b*******h milik Hero. Tidak berpikir lama Hero mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Nandini, gadis yang mabuk itu hanya bisa menerima tanpa perlawanan. Tangan Hero berkelianran, hingga menarik gaun gadis hingga terlepas, tidak berhenti sampai disana dia melepaskan semuanya yang dikenakan hingga membut Nandini naked. Tidak segan-segan ciumannya turun hingga ke bukit kelinci. Hero menjilat, mengecup dan menggigit. "Ah..mmm... engh... ah... He..ro, ah...,” suara itu yang lolos terus dari mulut Nandini. Suhu tubuh Hero semakin panas entah itu karena alkhol atau karena gairahnya. Dia dengan cepat melepas pakaian dan kembali menindih Nandini, dia membuka kaki Nandini dan segera mengambil posisi masuk. "Ah !...." Nandini sedikit berteriak saat merasakan ketidak nyamanan didaerah sensitifnya. Dia sedikit membuka matanya hanya bisa melihat Hero diatasnya namun pikirannya benar-benar sudah kacau oleh alkohol dan tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Malam itu Hero benar-benar melampiaskan nafsunya kepada temannya ini. Walaupun Nandini tidak pernah membuka matanya namun suaranya menunjukan respon jika wanita itu menikmatinya juga. Nandini tentu bukan perawan dan Hero tahu jelas siapa yang mengambil pengalaman pertama wanita ini, dia Doni sahabatnya. Dan Hero juga tahu setelah dengan sahabatnya Nandini tidak pernah menjalani hubungan dengan pria manapun. ..... ..... ..... Hero terbangun lebih dulu memegangi kepalanya yang sakit dia berlahan duduk di tempat tidur, beberapa detik kemudian potongan-potongan ingatan apa yang telah dia lakukan tadi malam memenuhi otaknya. "Sial,” gerutu Hero. Dia menatap wanita yang masih tertidur pulas disampingnya, dan berucap "Ini karena alkohol, bagaimana bisa aku mengambil keuntungan dari Nandini, saat dia sedang dalam kondisi mabuk." Hero menatap lekat gadis yang tertidur dan dia terkekeh. Dia kembali berbaring dan menghadap Nandini, jari telunjuknya menelusuri wajah cantik itu hingga lehernya. Erangan dan suara gadis ini tadi malam terngiyang-ngiyang diotaknya dan membuat dibawah sana mengeras kembali. Gadis itu berbalik membelakangi Hero, pandangan Hero jatuh pada lehernya yang menunjukan kiss mark. Hero mulai berfantasi pagi, dia memeluk Nandini, memejamkan mata dan mengatur napas untuk menghilangkan keinginan menyentuh gadis yang masih terlelap itu. "Ini benar-benar cobaan yang begitu berat," batinnya. Sekarang dia berusaha menekan hawa nafsu, semalam dia telah mengambil keuntungan dari wanita ini, dan tidak mungkin dia melakukannya lagi sekarang. Jika itu terjadi dia benar-benar pantas di panggil seorang beren**ek. "Hero, kamu tidak bisa mengambil keuntungan seperti ini. Hal seperti ini bukan gaya mu," batin Hero.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD