4. Flashback

1013 Words
Hero menelpon Jony, "Jon, bawakan pakain baru untuk ku dan Nandini." "Tapi saya tidak tahu ukuran Nandini." "Saya akan mengirim mu pesan." Hero mematikan ponselnya dan memunguti pakaian Nandini untuk melihat ukurannya dan memberikan rinciannya kepad Jony. Setengah Jam kemudian, Jony tiba membawahkan dua paper bag kekamar Hero, itu berisi pakaian Hero dan Nandini. "Bos, 2 jam lagi pesawat kita berangkat ke Brazil." "Ya, saya akan selesai dalam satu jam, dan juga panggil cleaning service kekamarku beserta antarkan sarapan pagi." Hero langsung menutup pintu, dia mendekat keranjang, menepuk pipi Nandini dengan pelan. "Bangunlah, bukankah kamu akan bekerja ? Ini sudah pukul 7:30." Nandini langsung bangun, dia langsung berlari kekamar mandi. Sementara Nandini mandi, kamar dibersihkan cleaning service dan sarapan sudah dihidangkan dimeja. Nandini keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobe dan rambutnya masih basah. Dia duduk didepan meja rias dan mengeluarkan hair dryer. Hero yang sudah rapi mendekat dan mengambil alat itu, "Biar aku yang mengeringkannya, terapkanlah make up mu." Nandini menatap pria itu dari kaca, dan Hero segera bertanya, "Kanapa kamu menatapku seperti itu ?" "Dulu Dony sering membantuku mengeringkan rambut dan menyisirnya." "Apa kamu masih belum bisa melupakannya". "Ya, dia pria yang pernah membuat aku menjadi wanita paling bahagia dan sekaligus menyedihkan. Apa yang dia lakukan membuat aku tidak akan pernah menginginkannya kembali." Flashback, 4 tahun lalu. Nandini mengenakan hodie maron dan hotpand putih dia duduk di atas meja, sedangkan Dony sudah rapi dengan setelan kemejanya berdiri tegak diantara kaki wanita itu, mereka sedang berciuman dengan santainya dihadapan Hero yang sedang membuat kopi didapur. "Aku akan pergi kekampus, baik-baik dirumah," ucap Dony. "Ya". Siang harinya, Hero sedang asik membaca buku didepan tv, saat itu tiba-tiba Nandini keluar dengan raut wajah mengerikan. "Hei mau kemana ? Jika ingin ke minimarket aku ingin menitip sesuatu." Namun diabaikan begitu saja dengan Nandini, dia terlihat begitu terburu-buru. Hero akhirnya pergi ke minimarket sendiri untuk membeli beberapa makanan, saat dia kembali Nandini menyerbu dan memukul d**a Hero. "Kenapa ? Kenapa kalian menutupinya dariku ? Aku terlihat seperti wanita bodoh didepan kalian," dia menangis. Hero tahu apa yang dia maksud, "Maaf." "Kalian begitu jahat, aku benar-benar bodoh," Nandini sudah terduduk di lantai. Hero berjongkok dan memeluk gadis yang menangis itu, sorot mata Nandini menunjukan sakit yang luar biasa yang membuat Hero tidak tahan dan ingin melindunginya. Satu jam, Nandini menangis dipelukan Hero hingga tertidur di depan pintu. Berlahan Hero mengangkatnya dan dipindahkannya kekamar. Dony menelpon, dan Hero segera mengangkatnya. "Apa Nandini mengetahui perselingkuhanmu ?" Tanya Hero ditelpon. "Ya, dia tiba-tiba saja datang ke apartemen Maya. Tolong jaga dia, aku khawatir jika dia akan melakukan hal-hal aneh yang membahayakan." "Ya, Apakah kamu akan pulang ?" "Entahlah, aku belum siap menghadapi Nandini." "Don, hubungan kalian sudah lama dan kamu sudah membawahnya ke keluargamu, sebaiknya kamu pertimbangkan lagi keputusanmu." "Aku sudah tidak mencintainya," jawab Dony. Hero tidak mengatakan apapun lagi dan mematikan telpon. Sudah tengah malam Dony tidak kembali dan Dini hanya termenung menunggu dikamar, sekekali dia menangis. Hero pergi untuk membersihkan diri namun yang dia temukan saat kembali kekamar Nandini, wanita itu mengiris tangannya dengan pisau. Sontak Hero berlari membuang pisau itu. "Apa kamu gila !" "Ya, aku gila ! Aku sakit ! Aku tidak sanggup menahan rasa sakit ini. Kalian tidak mengerti." Mata Nandini sudah bengka karena tidak berhenti menanhis sedari tadi. "Kamu bodoh, ingin mengakhiri hidup karena seorang pria yang tidak pantas. Jika kamu mati apa kamu berpikir dia akan menyesal ? Tidak Nandini. Dia akan tetap menikmati hidupnya dengan wanita itu, hidupmu bukan hanya tentang dia." Hero pergi membawah pisau itu keluar dan kembali membawah kotak P3K. Dia mengobati luka di tangan Nandini. Setelah selesai, Hero menepuk pelan pucuk kepala Nandini, "Beristirahatlah, hari esok akan lebih baik". Dony masuk dan menemukan mereka berdua dikamar, dan dia melihat ke kotak P3k kemudian beralih ke pergelangan tangan Nandini yang sudah diperban. Hero beranjak keluar meninggalkan dua orang itu. Dony kembali masuk dan mengelengkan kepalanya, "Nandini jangan coba mengancamku dengan cara ingin bunuh diri, aku sudah tidak mencintaimu lagi." "Aku akan pergi besok dari rumah ini, semoga kehidupan kamu kedapan semakin bahagia." "Tentu", jawab Dony dengan singkat. Hati Nandini sangat sakit, namun melihat wajah Dony yang terlihat baik-baik saja membuat hatinya semakin meradang dan rasa bencinya menjalar kedarah daging. Flash back off. Hero dan Nandini sudah menyelesaikan sarapan mereka. Nandini melihat jamnya, "30 menit lagi, aku harus berangkat". "Biar aku mengantarmu". "Tidak usah, jika kamu mengatarku kita harus putar arah dan kamu tahu betapa macetnya daerah ini, akan lebih cepat jika aku berjalan kaki". Hero melihat sepatu hell yang dikenakan Nandini, "Dengan sepatu itu, bukankah kakimu akan terluka ?". "Aku kesini tidak membawah persiapan, bahkan aku tidak membawah pakaian ganti". "Ayo, kita beli sepatu yang lebih nyaman". Hero memegang tangan Nandini keluar dari kamar itu. Mereka turun kelantai 3, itu adalah mall. Nandini tidak memilih terlalu lama dia menujuk kearah sepatu flat, "Itu terlihat nyaman, ambilkan ukuran 39 untukku". Pramuniaga meletakan sepatu didekat kaki Nandini. "Aku ambil yang ini", dia langsung mengenakan sepatu itu. Hero mengeluarkan credit card, langsung membayar dikasir. Nandini membawah sepatu sebelumnya didalam paper bag. "Hero kamu bisa letakan sepatuku dikamar, aku akan terlambat jika kembali ke atas". "Baiklah". "Terima kasih, bye". Nandini dan Hero berpisah disana. Jony berdiri tidak jauh dari mereka,, mendengar persetujuan pria itu cukup membuatnya terkejut. Sejauh ini hanya ada 3 orang yang berani memerinta Bos seperti itu, mereka adalah Ibunya, Lani dan Nandini. Jony segera menghampiri Hero setelah Nandini pergi. Dia bertanya, "Bos, apa karena kejadian semalam kalian sudah menjadi kekasih ?". "Tidak". "Lalu ?" "Apa yang kamu bicarakan, lebih baik kamu belikan beberapa barang untuk Nandini dan kirim kekamar kami". Hero terdiam sebentar dang mengulang ucapannya, "Kamar kami ? Itu terdengar cukup aneh jika digunakan untuk aku dan Nandini, tapi cukup bagus", "Bagaimana menurutmu jika kami bersama ?", tanya Hero kepada Jony. "Apakah Nandini mau ? Saya rasa tidak," ucap Jony. "Apakah menurutmu aku tidak memenuhi seleranya ?" "Bos lebih dekat dengan dia ketimbang saya, apakah Dini bersedia menjadi yang kedua atau orang ketiga ? Saya tahu yang pertama akan selamanya milik Lani, hanya tempat kedua yang tersedia untuk Dini". "Dia tidak akan mau, tapi bukan berarti tidak ada cara," ucap Hero.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD