Chapter 2

1127 Words
Zara menatap tajam ke arah Dave yang tersenyum tipis menatapnya. Zara tertegun ketika melihat wajah sahabatnya yang dulu kucel hitam norak itu, kini sangat tampan dan bisa membuatnya mengaguminya. "Aku akan mengobatimu jika terjadi mode bodoh di kepalamu itu!" bals Dave tersenyum tipis. "Ish ... Sudah ku duga kau akan sangat bahagia jika aku menjadi bodoh!" cetus Zara terbangun dari tidurnya dan duduk menghadap Dave yang meledeknya. "Aku akan tetap mendukung dan berada di sampingmu, walau kamu menjadi bodoh!" ucap Dave menatap Zara yang mengerutkan dahinya memasang wajah kesal padanya. "Kau akan mendukung kebodohanku dan akan menjadikanku sebagai b***k nafsumu ya kan? Seperti wanita-wanita yang sering kamu temui dan ajak ke hotel itukan?" balas Zara malas. "Hahaha ... Itu nasib mereka yang hanya mau tubuh dan hartaku saja, kalau untukmu aku akan serahkan semuanya apapun itu," ucap Dave dengan tatapan seriusnya. Zara tertegun mendengar dan melihat tatapan Dave yang ambigu baginya. Jantungnya sempat berdetak kencang. Tapi ia sadar, jika hal yang tidak mungkin baginya jika Dave berbicara seperti itu dengan sungguh-sungguh. "Hahaha ... Kau terlalu banyak berdialog Dave, sebaiknya kau temui wanitamu nanti malam! Aku ada janji dengan Nia, dia mengajakku bertemu di Cafe," tawa Zara membuyarkan hatinya yang sempat tidak karuan. Dave tersenyum getir, ketika ucapannya yang terbilang sungguh-sungguh. Malah di anggap Zara sebagai candaannya. Ia tampak suram dalam diamnya dan berdiri dari duduknya. Ia berjalan menghampiri kursi duduknya. Dengan hati yang masih bertanya-tanya dan cara agar Zara bisa mengerti bahasa keseriusannya akan cintanya. Zara melihat Dave yang duduk di kursinya. Ia membenarkan pakaiannya dan berdiri dari duduknya. Ia mengambil tasnya, ia juga berjalan menghampiri Dave. Bahkan mendekatinya dengan perlahan, ia menatap ke arah Dave yang kini terkejut mendapati Zara saat ini mendekatinya. Zara mendekati wajah Dave dengan senyum tipisnya yang terlihat memabukan di lihatnya. Ia menarik dasi Dave dengan kasar. Hingga kini wajah mereka bersitatap tanpa jarak. Jantung Dave berdetak kencang. Ketika mendapati perlakuan Zara yang tidak seperti biasanya. Zara bahkan semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Dave, seperti halnya mau menciumnya. Dave membulatkan kedua matanya ketika Zara tersenyum menatapnya. Dave menutup matanya dengan debaran jantung yang tidak bisa ia kendalikan. "Apa yang akan di lakukan gadis ini? Jantungku seperti mau jatuh saja!" batin Dave meringis takut terjadi sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan jika Zara masih mendekatinya seperti itu. "Aku tidak akan mungkin menempatkan diriku di sangkar yang sudah menjadi milik orang lain. Apalagi dia sudah berlabuh di berbagai tempat. Aku hanya akan mendengarkan apa kata hatiku bukan mulut yang semanis ucapanmu tadi!" bisik Zara di telinga Dave yang sangat dekat dengan wajah Dave. Bahkan nafasnya terasa panas di telinga Dave yang membuat telinganya memerah dan terasa nafas yang halus. Dave terdiam dan membuka kedua matanya, ketika Zara sudah melepas dasinya dan betjalan menuju pintu ruangan dan keluar dari ruangan Direktur utama. Bersamaan Zara keluar dari ruangannya Dave tersenyum tipis ketika melihat Zara keluar. Zara berjalan meninggalkan ruangan Direktur utama, dengan Dave yang masih tertegun karena ulahnya. Dave bahkan melihat Zara yang kini berbalik melihatnya dan tersenyum dengan nakal. Ia mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum manis ke arah Dave yang masih tertegun karenanya. Dave tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang sudah mulai pintar mengerjainya. Dave tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu. Setelah melihat Zara berjalan dan pergi keluar dari ruangannya. Zara bahkan menutup kembali pintunya. Dave tersenyum getir dengan berdecak kesal. Karena dalam hatinya tadi, ia berharap bisa mendapatkan bibir manisnya Zara seperti yang ia harapkan selama ini. Ia menopang dagunya di atass meja dan tersenyum mengingat wajah gadis dan sahabatnya itu berada sedekat itu tadi. Zara bahkan selalu nakal jika mereka sedang bersama sepertihalnya kelakuannya tadi. Dave lebih kesal kepada Zara, yang mengatakan hal yang tidak pernah ia lakukan selama ini. Walaupun ada banyak wanita yang jalan dengannya dan bahkan selalu berganti pacar. Dave belum pernah menyentuh bibir mereka sekalipun apalagi menidurinya. "Aku bahkan bertahan untukmu Zain Zara! Aku selalu bertahan hanya untukmu dan tidak akan berpindah ke lain hati. Hanya kau yang akan selalu mengisi labuan hatiku Zara, apakah kau tidak merasakan besarnya cintaku padamu," gumam Dave mengingat senyum dari wajah Zara gadis yang selama ini mengisi hatinya. Dave memang selalu bermain dengan banyak wanita dan di kelilingi gadis-gadis itu, yang selalu berusaha untuk membuatnya tidur dengan mereka. Ia mendekati wanita cantik dan jalan denganmereka, apalagi banyak yang berpenampilan sexsi. Hanya untuk menguji Zara yang tidak peka dan berharap Zara mengutarakan kekesalannya dan mengatakan menyukainya. Tapi alhasil, Zara malah menganggapnya sebagai seorang pria yang mudah jatuh cinta, apalagi sering berganti pasangan dengan wanita cantik setiap malamnya. Bahkan artis terkenalpun Dave dapatkan dengan mudah yang hanya bermodal tampan dan kekayaannya. Dave masih terdiam mengingat gadis yang berperan sebagai sekertaris sekaligus sahabatnya itu. Selalu hadir di dalam bayangannya setiap saat. Ia bahkan sangat menginginkan balasan cinta dari Zara. Tapi, karena besarnya rasa gengsi dan keras kepalanya. Dave tidak pernah mengutarakannya dan baginya harus wanita yang lebih dulu mengungkapkan perasaannya. Peraturan baginya dan larangan bagi prinsipnya jika seorang Dave mengungkapkan cinta lebih dulu itu hanya akan merendahkannya. Pemikiran yang sangat konyol bagi seorang yang mengetahui prinsipnya itu. Tapi itulah Dave. Pria tampan dengan paras dan tubuh yang kokoh bagaikan seorang model cover yang ideal dengan usaha yang ia capai menjadi seorang pengusaha dan menjadi Direktur utama di perusahaan Dirga group. Pria yang berusia 25 tahun dengan paras tampan dan juga kedudukan yang tinggi bahkan beluk bisa menaklukan gadis yang bernama Zara dengan caranya sendiri. Zara hanya seorang gadis dengan paras cantik dan tubuh ideal, seorang sekertaris dan sahabat Dave. Sesuai pekerjaannya, sebagai seorang sekertaris. Ia selalu berpakaia formal. Dengan atasan kemejaputih dengan blazer hitam dan juga rok selutut ketat dengan warna hitam. Ia juga mengenakan heel warna hitam dan juga rambut di ikat kuncir kuda. Zara keluar dari kantornya dan berjalan menepi di depan perusahaannya bekerja. Zara sempat berpikir untuk membuka hati menerima setiap ucapan Dave setiap kali berbicara semanis itu. Tapi ia menyadarkan dirinya dengan srgala sikapnya yang acuh dan tidak ingin peka akan setiap ucapan Dave. Zara terdiam di depan perusahaannya. Berharap ada taksi yang akan ia naiki dan menuju Cafe sesuai yang sahabatnya janjikan sore ini. Karena jam bekerjanya sudah habis, Zara memilih untuk pulang lebih cepat karena janjinya pada temanya itu. "Aku tidak percaya jika Dave melakukan hal seperti itu padaku, tapi dia memang seperti itu jika dia berubah menjadi pria baik itu justru akan semakin aneh," ucap Zara tersenyum memikirkan Dave sahabatnya itu. Mencoba untuk memainkan ponsel ya selalu menelpon sahabatnya Nia yang akan ia temui. "Jadi kita akan bertemu di kafe atau kamu yang menungguku?" tanya Zara kepada Nia di seberang telphonenya. "Aku sudah sampai ini aku tunggu kamu di kafe ya," jawab Nia. "Baiklah, aku segera datang," jawab Zara. Ia lalu menutup teleponnya kepada sahabatnya itu yang memang baru tiba di Singapura. "Bagaimana kabar gadis itu ya?" ucap Zara tersenyum tipis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD