Chapter 1
Suasana tegang di sebuah ruangan dengan nuansa putih bersih. Memberi kenyamanan siapapun yang melihat kemewahan ruang rapat itu. Seirang pria berdiri tengah menjabarkan presentasenya. Deretan para pengusaa mendengarkannya dengan teliti.
Hari ini ada pertemuan antar pemilik saham, di ruang meeting perusahaan Dirga group. Semua Direktur utama di berbagai perusahaan sedang duduk, ada banyak para atasan tinggi sedang mendengarkan perentase seorang pria berjas biru muda, mengenakan kacamata. Ia berdiri di sisi paling ujung dengan file di tangannya.
Ada juga seorang pria berparas tampan, tampak serius dalam pandangannya. Meski rapat tengah berlangsung, namun dia masih fokus menopang dagu dengan senyum tipis, mata memandangi indahnya pemandangan di hadapannya kali ini.
Seorang gadis bernama Zein Zara tengah serius menulis isi rapat kali ini. Bolak balik turun naik kepalanya melihat dan mendengarkan mereka yang berlomba untuk merebut perhatian direktur utamanya.
"Bagaimana menurut Anda Tuan?" tanya pria itu ke arah Dave.
Mendengar pertanyaan dan tidak ada jawaban dari direkturnya. Zara mengangkat sebelah alisnya dan melihat Dave asik sendiri melihat ke arahnya tersenyum tipis, tanpa menghiraukan orang lain yang memperhatikannya.
Zara mengerutkan dahinya, ketika melihat ke arah Dave yang sedang terdiam, sembari menopang dagunya melihat ke arahnya. Mengingat dia adalah Direktur utama di perusahaan, tempat ia bekerja saat ini.
"Dave, kau tidak sedang demamkan? Banyak yang bertanya padamu! Kenapa kau malah asik memandangi gadis yang kau bilang sangat norak ini hah? Apa kau sudah jatuh cinta padaku?" bisik Zara dengan senyum tipisnya.
Dave terkejut, saat mendengar ucapan Zara, yang membuyarkan lamunan dan pandangannya pada sekretarisnya itu. Dave menjadi salah tingkah, ketika semua orang mengarahkan pandangannya dengan tatapan heran padanya yang sedikit salah tingkah.
Ia memperbaiki dasinya dengan tingkah yang seolah tidak terjadi apa-apa. Ia terbatuk juga sesekai melirik ke arah Zara yang masih tersenyum tertahan mengejeknya. Dave tersenyum di dalam hati, ketika melihat gadis di hadapannya tersenyum tertahannya. Ia berdiri dan mencoba untuk memulai berbicara untuk mengakhiri rapat hari ini.
"Rapat hari ini sampai disini, nanti kau buat presentasemu dengan rapih kembali. Aku ingin sebuah proyek yang dapat meningkatkan performa perusahaan, bukan hanya untuk merogoh hasil saja. Aku tunggu hasilnya dan bawa ke ruanganku besok!" tegas Dave berdiri merapihkan jasnya dan berjalan meninggalkan ruang rapatnya.
Ia berjalan tanpa menunggu atau menghiraukan orang-orang yang masih ingin bertanya padanya. Tapi tidak ia hiraukan dengan acuhnya. Dave berjalan mendekati pintu keluar.
Zara membulatkan kedua matanya, ketika mendapati Dave berbicara penuh wibawa setelah melakukan hal konyol tadi, melamun di dalam rapat perusahaan. Tapi siapa sangka, jika Dave bahkan sangat teliti.
Ketika Dave berjalan, ia melirik ke samping ia berjalan. Menyadari bahwa ada yangkurang. Ia berbalik melihat ke arah Zara yang masih belum beranjak dari duduknya. Hingga membuatnya harus berbicara kembali meski sangat dengan berat harus memanggil sekertarisnya yang tidak pekaan itu.
"Apa yang sedang kau tunggu? Cepat kembali!" teriak Dave sedikit meninggikan suaranya.
Zara terkejut ketika mendengar teriakan Dave. Ia mengangguk dengan pandangan salah tingkah dan juga membereskan berkas-berkasnya. Setelah selesai dan siap, ia berpamitan pada semua yang ada di ruang rapat tersebut. Mereka mengangguk dan masih menunggu Direktur utama keluar dari ruang rapat. Zara berjalan keluar dari ruang rapat setelah berpamitan.
Zara berjalan di belakang Dave mengekori Dave yang berjalan di hadapannya. Zara berjalan dengan langkahnya yang sedikit terburu-buru agar tidak tertinggal jauh oleh atasannya itu. Ia berjalan dengan berkas di tangan dan di bekap di dadanya.
Berkas yang ia bawa terbilang banyak. Ia berjalan dengan kegiatannya sedikit tidak memperhatikan jalan juga. Zara berjalan dengan serius, hingga tidak ia tidak menyadari jikajika Dave yang berjalan di hadapannya berhenti berjalan dan berbalik menghadapnya.
"Brukkk...."
Zara menabrak d**a Dave yang berhenti dan menghadap ke arah Zara mengusap keningnya yang terasa sakit dan panas karena menabrak tubuh dan d**a kekar Dave yang berdiri di hadapannya. Zara meringis dan mendongakan kepalanya ke arah Dave di hadapannya yang tubuhnya jauh lebih tinggi darinya.
"Apa kau sudah tidak ada cara lain lagi untuk menggodaku? Cara seperti ini selalu kau gunakan untuk menggodaku hah!" ucap Dave dengan wajah datarnya. Walau sebenarnya hatinya tersenyum mendapati Zara yang selalu seperti ini.
"Ish... Mana ada aku menggodamu? Kau saja yang berhenti tiba-tiba, lagipula aku tidak berselera padamu!" cetus Zara masih dengan sebelah tangannya mengusap dahinya yang terasa sakit.
Dave tersenyum melihat Zara yang kesal padanya dengan caranya sendiri. Dave menyukai sahabatnya Zara sejak di sekolah menengah pertama. Tapi bukan Dave yang datar, jika dia mengutarakan isi hatinya semudah itu. Gengsinya jauh lebih besar dari rasa sukanya.
Maka dari itu, selama ini ia hanya berperan hanya sebagai bos sekaligus sahabat dekatnya saja. Tapi Dave sangat menyukai waktu yang selalu ia habiskan bersama Zara walau sekedar pekerjaan atau bersantai tanpa status.
"Nanti kau jatuh cinta padaku, jika aku sudah bersama wanita lain," goda Dave tersenyum mengusap kening Zara yang masih terasa sakit.
"Habiskan dulu waktumu dengan wanita lain, karena saat kau bersama mereka, kau tidak akan mengingatku," cetus Zara berjalan mendahului Dave yang masih memandanginya dengan senyum tipisnya.
Zara berjalan dengan tangan di atas keningnya. Ia menggerutu merutuki bosnya yang mempunyai tubuh tubuh seperti balok yang terasa sakit, ketika setiap kaliia menabraknya untuk yang kesekian kalinya.
"Kenapa aku selalu sial sih jika berada di dekatmu Dave? Padahalkan kamu ini sahabatku, kenapa kamu selalu membuatku kesal?" gerutu Zara.
Gadis itu berjalan memasuki ruang Direktur yang Dave juga berjalan di belakang Zara, dengan senyum tipisnya mendengar gerutuan Zara setiap kali, ia menggodanya dengan membuat Zara kesal.
Zara sudah terbiasa keluar masuk ruangan Direktur utama di perusahaan milik sahabatnya itu.
Zara bekerja sebagai sekertaris di perusahaan Dave, sejak pertama ia di terima tanpa prosedur mempersulitnya. Dari awal Zara tidak tahu jika perusahaan yang ia tuju saat melamar itu adalah perusahaan milik sahabatnya, waktu sekolah menengah pertama dulu.
Hingga sudah satu tahun, Zein Zara bekerja di perusahaan milik sahabatnya. Itupun sebagai sekertaris pribadi Direktur utama perusahaan Dirga group.
Dave memsuki ruangannya dan mendapati Zara sudah duduk merebahkan tubuhnya di atas sofa. Dave tersenyum tipis, saat melihat sahabatnya yang super galak itu terlihat kelelahan. Ia duduk di samping Zein dan mengusap kening Zara yang sempat menabrak dadanya tadi.
"Apa masih sakit?" tanya Dave mengusap lembut kening Zara dengan senyum tipis di wajahnya.
"Kau pikir dadamu itu bantal? Yang pas terjatuh tidak akan terasa sakit! Dadamu itu sekeras kayu, tentu saja akan membuat dahiku sakit, kalau nanti sampai gegar otak, akan aku bunuh kamu!" gerutu Zara memajukan bibirnya kesal.
"Aku akan mengobatimu jika terjadi mode bodoh di kepalamu itu!" bals Dave tersenyum tipis.
"Ish ... Sudah ku duga kau akan sangat bahagia jika aku menjadi bodoh!" cetus Zara terbangun dari tidurnya dan duduk menghadap Dave yang meledeknya.
Zara menatap tajam ke arah Dave yang tersenyum tipis menatapnya. Zara tertegun ketika melihat wajah sahabatnya yang dulu kucel hitam norak itu, kini sangat tampan dan bisa membuatnya mengaguminya.