Chapter 3

1030 Words
Setelah menelpon Nia, Zara tersenyum bahagia dan bersemangat. Meski mereka sudah lama tidak bertemu, namun komunukasi cukup baik untuknya jika berteman dengan Nia. Kali ini, gadis itu tengah membutuh kannya Maka dari itu, Zara menuruti permintaan Nia untuk bertemu dengannya di sebuah Cafe yang sudah di tentukan oleh temannya itu. Saat Zara sedang berdiri menunggu datangnya taksi yang bisa membawanya untuk pergi ke cafe. Dari kejauhan, ada sepasang mata yang memperhatikannya di balik jendela perusahaan di lantai paling atas. Dave tersenyum, melihat gadis yang ia cintai itu masih berdiri dan belum pergi dari pandangannya. "Gadis nakal itu, masih belum pergi ternyata? Aku kerjain dia, pasti menyenangkan," gumam Dave. Dave tersenyum licik dan berjalan keluar dari ruangannya dan menuruni lift berharap Zara masih berada di depan perusahaannya. Ia berjalan dengan gusar dan langkah yang cepat. Memasang senyum di wajahnya membuat Dave bersemangat ketika dia masih melihat Zara disana. Setelah sampai di depan kantornya, Dave berjalan menghampiri Zara yang masih berdiri. Ia tersenyum dan mengagetkan Zara yang masih sedikit melamun dan diamnya. "Gadis cantik jangan melamun, nanti gak akan ada pria yang tergoda akan lamunan mu!" goda Dave tersenyum dan membuat Zara terkejut. "Apa-apaan sih! Ngapain kamu disini?" cetus Zara bertanya pada Dave yang malah ikut berdiri di samping Zara yang mengerutkan dahinya. "Kau ikut denganku jika mau pergi!" ajak Dave tanpa menoleh ke arah Zara yang mengerutkan dahinya tidak percaya akan ajakan Dave. "Untuk apa? Bukannya kamu ada janji dengan wanita-wanitamu itu?" bantah Zara sedikit kesal pada Dave. "Aku tidak bernafsu pada mereka!" jawab Dave meski kesal akan pertanyaan Zara yang masih tidak percaya padanya. "Lalu, kau mau aku yang menjadi pemuas nafsumu? Cih ... Gak!" cetus Zara memalingkan pandangannya. "Haha ... Kau pikir kau itu cantik? Kau bukan seleraku Zara! Kau itu sahabatku yang cerewet dan galak, aku tidak tahan jika harus menikah denganmu!" ucap Dave tertawa dan mengingat ucapannya sedikit salah. Ia melihat ke arah Zara yang tertegun mendengar penuturan Dave yang di luar dugaan. "Dave, Kau mau menikah? Syukurlah jika itu kau pikirkan sekarang, jadi aku tidak perlu kmenemani mu jika sekarang kau berpikir soal pernikahan dan punya istri, anak juga," ucap Zara tersenyum bahagia. "Tidak ada pernikahan dalam kamus hidupku, bagiku itu merepotkan. Aku hanya akan berpacaran seperti seharusnya dan bercintà dengan wanit-wanitaku yang cantik dan seksi, uuuuhh ... aku ingin menikmati tubuh yang sangat indah, elok dan seksį dengan buah dadâ yang besar," bantah Dave memasang wajah dengan membayangkan tubuh seseorang. Yang sebenarnya membayangkan tubuh gadis yang ada di sampingnya itu Zara. "Cih ... Terserah Kamu! Kena penyakit baru tau rasa Kamu!" cetus Zara malas berbicara pada Dave yang keras kepala. Dave tersenyum melihat kekesalan Zara yang terlihat semakin manis jika kesal. Saking besarnya gengsi Dave, ia mengatakan jika dia tidak ingin sebuah pernikahan dalam hidupnya. Melainkan menikmati hidup. Apalagi soal bercintä itu melelahkan baginya. Baginya sebuah ikatan pernikahan sangat merepotkan. Apalagi harus mengurus yang namanya anak-anak. Ia tidak mau hidup dengan ketergantung pada sebuah pernikahan. Tapi Dave mengecualikan pernikahan jika bersama gadis di sampingnya itu Zara. Tapi berharap gadis itu yang menyatakan cinta lebih dulu. Seperti hal yang sangat sulit Dave dapatkan. Mengingat Zara sangat keras kepala karena kehidupannya yang sederhana, dia hanya berpikir bekerja dan hidup. Melajukan kendaraannya, Dave mengantarkan Zara untuk pergi ke Cafe yang di katakan Zara akan bertemu dengan teman lamanya. Di alam mobil mereka tidak saling berbicara. Sesekali Zara melirik pada Dave yang sedang fokus membawa mobilnya dan tidak melihat ke arahnya sama sekali. "Kenapa kamu malah mengantarku Dave?" tanya Zara. "Aku mau saja!" jawab Dave. "Cih, gak jelas deh," cetus Zara. "Bagaimana biar jelas, Zara?" tanya Dave tersenyum. "Ngomong yang bener!" balas Zara. "Iya, bagaimana?" tambah Dave. "Entahlah malas," cetus Zara. Zara berpikir, jika sahabatnya ini sangat keras kepala jika mengingat usianya sudah terbilang cukup tampan dan mapan jika sebuah pernikahan ada di dalam kehidupannya. Tapi Dave keras kepala dan memilih hidup di kelilingi wanita-wanita cantik seperti yang ia lakukan setiap kali bertemu wanita cantik dan sexsi. Sesampainya mereka di sebuah Cafe, Dave dan Zara jalan bersama memasuki Cafe tersebut dan melihat ke sekeliling untuk mencari seseorang yang mereka cari. Saat Zara mengedarkan pandangannya pada kursi paling ujung. Ada seorang wanita cantik dan sëxsi dengan pakaian terbukanya hanya mengenakan rok di atas lutut yang memperlihatkan kemulusan dan ke elokan pahanya yang menggoda siapapun yang melihatnya. dia melambaikan tangan ke arah Zara. Zara tersenyum dan menepuk bahu Dave dan pergi menghampiri wanita itu. Zara berjalan dan tersenyum menyapa Nia yang kini juga berdiri menyambutnya dengan senyum dan juga bersalaman bahkan berpelukan melepas kerinduan mereka. "Aku sangat merindukan mu! Apa kamu tidak rindu padaku? Hingga aku duluan yang harus memaksamu untuk menemuiku?" rengek Nia memajukan bibirnya yang mungil sdran terlihat sëxsi bagi wanita cantik dan sëxsi sepertinya. "Aku sibuk!" jawab Zara duduk lebih dulu setelah berpelukan dengan Nia yang terbilang manja itu. "Aaaah, kau seperti biasanya tidak pernah merindukanku!" ucap Nia kesal pada Zara yang sangat datar baginya. "Dia mana pernah merasakan hal itu!" timbal Dave ikut duduk di samping Zara, dengan Nia berhadapan dengan mereka. Nia mengerutkan dahinya dan duduk bertanya tentang pria yang datang bersama Zara. "Zara, dia siapa? Pacarmu?" tanya Nia berbisik. Nia menggoda Zara yang malas mendengarkan ocehan Nia, yang sangat banyak pertanyaan dan permintaannya. Tapi Nia satu-satunya teman wanita yang mampu bertahan dengan ke acuhan Zara yang tidak pernah peka pada hal apapun apalagi pacaran. "Dia bosku!" jawab Zara malas. "Astaga ... Zara? Kau pacaran dengan bosmu ini?" teriak Nia. Nia tersenyum dengan bahagia dan membuat kedua buah dadänya sedikit menyembul ke depan karena sedikit terlihat bagian dadànya. Zara menggelengkan kepalanya, dia melihat ke arah Dave yang pura-pura tertarik pada Nia di hadapan Zara. Dave tersenyum menanggapi Nia yang ceria dan juga sëxsi itu. "Ada apa kau mengajakku bertemu?" tanya Zara acuh. "Astaga ... Kamu ini jahat banget sama aku yang merindukanmu ini, masih saja sejudes itu nanti kamu tidak akan dapat jodoh tau," cetus Nia tersenyum melihat Dave yang juga ikut tersenyum padanya. "Aku mau tinggal di kota ini dan tidak akan pergi ke tempat orang tuaku lagi, mereka terlalu keras kepala jika menyangkut kehidupanku yang tidak jelas ini katanya," tambah Nia sedikit tenang dalam berbicaranya. Zara mengerutkan dahinya begitupun Dave yang ikut terdiam mendengarkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD