Zara terdiam menatap langit malam yang gelap namun berbintang. Ia terpikirkan tentang sahabatnya itu, yang selama ini memang tengah mengisi hatinya. Zara tidak tahu jika seiring berjalannya waktu, perasaannya semakin bertambah, apalagi dia lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan Dave.
"Tapi, aku juga tidak tahu ... apakah ini namanya cinta atau bukan? Sebaiknya aku tidak terlalu berharap,
karena aku tahu dia tidak akan mungkin sama juga mencintaiku," ucap Zara.
Zara kini terdiam ia menghabiskan kopi dan memasuki kamarnya sembari ia tertidur tepat di atas tempat tidurnya melihat langit-langit kamarnya.
"Tapi kenapa dia menciumku? Bahkan ciuman itu sangat lembut seperti penuh dengan perasaan. Apa itu perasaan aku saja ya?" gumam Zara.
Gadis itu masih meragukan tentang perasaan Dave, meski pria itu memperlakukannya dengan sangat lembut. Namun tidak ada ungkapan perasaan darinya hingga membuat Zara kini merasa ragu akan perasaannya dan juga perasaan Dave terhadapnya.
"Sudahlah aku tidak ingin larut dalam perasaan yang tidak seharusnya aku miliki! Lagi pula antara aku dengan Dave itu sangat jauh sekali Jika ingin menjadi sepasang kekasih," tegas Zara, ia mematikan lampu kamarnya dan tertidur
*********
Di lain tempat, Dave dengan perasaan gundahnya. Dia memikirkan tentang rencana keluarganya yang akan menikahkannya dengan anak pengusaha sahabat keluarganya.
Dia sangat frustasi ketika memikirkan tentang gadis yang sangat ia kagumi sedari dulu. Yang kini tengah mengisi hatinya semakin dalam dan jelas. Apalagi ketika beberapa jam yang lalu, Dave sudah memberanikan dirinya untuk mencium Zara gadis tambatan hatinya yang selama ini mengisi hari-harinya.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku sangat mencintainya tapi aku juga tidak ingin menyakitinya hanya gara-gara rencana keluargaku yang akan menikahkanku! Aaah, benar-benar keluarga aku sangat payah! Begitupun aku yang tidak bisa berbuat apa-apa, jika aku melanggar surat wasiat dari kakekku," ucap Dave.
Dave masih merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur ya sembari melihat langit-langit kamarnya begitupun dengan wajah Zara. Dia mengingat tentang amanat dari kakeknya, jika dia harus mematuhi setiap ucapan ataupun ketentuan dari ibunya. Mengingat ibunya adalah Putri satu-satunya keluarga Dirga yang menjadi kesayangan mendiang kakeknya dulu.
Akan tetapi, Dave juga mencintai gadis yang beberapa tahun yang lalu, sangat ia cintai bahkan saat ini gadis itu berada tepat di hadapannya sebagai sekretaris nya. Zara adalah gadis yang pertama kali membuat Dave jatuh cinta. Bahkan sampai saat ini masih bertahan dengan perasaannya yang mencintai Zara.
Dia semakin prustasi dan berguling di atas tempat tidurnya berulang kali memikirkan tentang keadaannya saat ini yang sangat rumit. Setelah itu dia terbangun dari tidurnya, mengusap wajahnya, semakin nampak paras cantik Zara yang tersenyum ke arahnya ketika dirinya tengah mencium gadis itu.
"Apa yang sedang dilakukan dia ya, saat ini?" gumam Dave.
Dave melihat melihat dan menemukan ponselnya, ia melakukan panggilan kepada sekretarisnya itu.
Setelah dering handphone-nya berbunyi Dave tersenyum tipis jika Gadis itu masih terbangun.
"Ada apa?" tanya Zara diseberang teleponnya.
"Galak sekali?" jawab Dave tersenyum mendengar suara tambatan hatinya.
"Ada apa malam-malam begini kamu menelepon aku aku?" tanya Zara, yang sebenarnya di dalam hatinya. Ia sangat senang bahkan terlihat sangat segar ketika setelah apa yang ia pikirkan tadi tentang dirinya dengan Dave.
"Tidak ada, aku hanya mau memastikan jika gadisku ini sudah tertidur apa belum?" balas Dave berbicara dengan sangat lembut.
"Jika aku sudah tidur, lalu untuk apa aku mengangkat telepon dari kamu!" cetus Zara.
"Ya sudah, kalau begitu kamu tidur sana! Besok aku jemput ya!" seru Dave.
Dave sangat bahagia ketika mendengar suara tambatan hatinya. Tidak ada jawaban dari Zara, ia kini justru menutup teleponnya. Dave tersenyum, ia memang sangat menyukai ketika sekretarisnya itu setiap kali tampak acuh kepadanya, apalagi begitu keras kepala pada dirinya.
"Entah kenapa aku malah sangat menyukainya, ketika kamu terlihat kesal kepadaku!" ucap Dave.
Dave tersenyum dan menyimpan ponselnua dan pergi ke kamar mandi. Dia membersihkan tubuhnya sebelum ia tertidur. Dengan tubuh polosnya tanpa helaian pakaianpun, dia berdiri di bawah shower dengan rintikan air menerpa wajahnya.
"Semoga saja aku bisa menghadapi keluargaku dan juga bisa memilikimu Zara," ucap Dave.
Dave meyakinkan dirinya agar tetap yakin akan cintanya kepada Zara. Setelah ia mandi, dia keluar dari kamar mandinya. Dia ini memasuki ruang gantinya, setelah mengenakan pakaiannya ia bergegas untuk tertidur, berharap untuk melupakan apapun yang terjadi di rumahnya dan rencana ibunya tadi.
Di lain tempat, Zara sangat bahagia ketika ia mendapati telepon dari Dave, pria yang sangat ia cintai, ia tersenyum-senyum di atas tempat tidurnya sembari melihat-lihat langit-langit kamarnya yang putih pekat.
"Dia itu sangat bodoh! Tapi aku sangat menyukainya Entahlah kenapa aku bisa mencintainya mungkin aku menyukainya karena dia bodoh!" ucap Zara.
Zara tersenyum ketika mengingat Dave sejak dulu, memang selalu berpura-pura bodoh di depannya. Hingga membuat Zara setiap kali harus selalu membelanya, ketika Dave tengah dibully oleh teman-teman sekolahnya. Maka dari itu antara Dave dan Zara, keduanya berteman satu sama lain dengan sifat keduanya yang berbeda.
Zara yang keras kepala dan Dave yang selalu berpura-pura bodoh, namun untuk kali ini Dave yang sebagai seorang Ceo. Dia terlihat sangat tampan bahkan berwibawa, apalagi mengingat pria itu jika sudah bekerja dengan serius, membuat Zara semakin menyukai sahabatnya itu.
Meski ia selalu menutupinya dengan dirinya yang tegas dan acuh. Zarapun tertidur dengan hati yang sangat senang dan bahagia. Ketika mendapati perlakuan lembut dari Dave sahabatnya , sekaligus bosnya di tempat kerjanya.
Pagi itu Zara sudah bersiap dengan pakaian formal rapihnya, mengenakan jas warna hitam rok selutut warna hitam. Begitupun dengan rambutnya yang di bawah bahu tampak terurai rapi, kulitnya yang warna putih, Zara mengenakan lipstik berwarna merah semu, sangat cocok dengan bibirnya. Apalagi ketika ia memasang senyum di wajahnya menghadap ke cermin.
"Kenapa aku sampai seperti ini melihat diriku sendiri?" gerutu Zara, ia tidak mempercayai dengan dirinya yang tengah sangat antusias dirinya mengingat akan ada Dave yang akan menjemputnya.
"Sepertinya aku mulai gila Saat tengah jatuh cinta kepada bosku sendiri!" ucap Zara.
Zara tersenyum, ia mengenakan parfum yang aromanya tidak pekat. Setelah ia siap, terdengar bel di pintu apartemennya. Dengan senyum bahagianya, ia berjalan menghampiri dan membuka pintu apartemennya, senyum di wajahnya yang cerah ceria seperti saat ini.
"Kenapa kamu lama sekali!" seru Zara, membuka pintunya.
Zara melihat seseorang yang berdiri di hadapannya namun ia mengerutkan dahinya ketika melihat pria yang berdiri di hadapannya itu bukanlah seseorang yang ia harapkan.