Dave tersenyum dan melihat wajah Zara yang merah padam karena jarak wajahnya yang begitu dekat dengan gadis itu. Dave semakin meremas jemarinya menaikan sebelah tangannya dan menekan kepala Zara tepat berhadapan dengan wajahnya.
Dave tersenyum melihat wajah cantik Zara dan turun melihat bibir ranum merah muda gadis itu yang terlihat sedikit basah manis dan mungil. Dave tersenyum dan menekan kepala Zara perlahan. Deru nafas mereka berdua dan debaran jantung yang berdetak kencang saling bertautan. Membuat keduanya semakin terdiam.
"Kamu sangat terlihat indah Ra?" Dave tersenyum menatap Zara.
"Hah,"
"Apa kamu tahu aku ingin sekali menyentuh yang ini," Dave menyentuh bibir Zara.
"Dave kamu gila ya?"
"Yah, gila ketika bersamamu!" balas Dave tersenyum dengan suara seraknya, menahan keinginannya.
Dave mencoba untuk semakin perlahan menekan kepala Zara, yang tertegun memandang wajah dekat Dave, yang begitu dekat dengan nafas yang panas terasa di wajahnya.
Zara mencoba bangun dari tubuh Dave tapi sebuah bibir mendarat di bibirnya.
"Ummm ..." Zara mencoba untuk lepas mulutnya dari ciuman Dave yang semakin, ia menelusuri bibirnya dengan lembut.
Zara tertegun, ketika bibir Dave semakin kesana kemari dengan bibirnya hingga terbuka sedikit mulutnya, seolah menyambut ciuman Dave, pria itu melancarkan aksi lidahnya menelusuri mulut Zara dengan lembut. Lumatànnya masih belum mendapat balasan dari Zara.
"Dave, ummm," Zara sempat terlepas dan berbicara pada Dave.
Ia juga membulatkan kedua matanya menerima setiap sentuhan bibir manis dari Dave, yang menyeruak segar mint terasa sejuk di mulutnya. Merasakan sentuhan ciuman bibir Dave yang terasa lembut dan memabukan baginya. Perlahan Zara membalas ciuman bibir Dave dengan kaku, selama ini, dia belum pernah merasakan ciuman yang lebih jauh seperti saat ini.
Dave tersenyum, mendapati Zara tidak memberontak lagi seperti sebelumnya. Zara justru memejamkan kedua matanya merasakan sejuknya sentuhan bibir Dave yang terasa menyegarkan dan terbilang manis di dalam mulutnya. Dave mencoba meremas jemarinya di rambut Zara dan menekan lembut kepalanya agar mudah untuk memposisikan ciuman mereka.
Yang kini semakin memanas, Zara membalas tautan bibir Dave dengan lembut juga. Meski dia belum selihai Dave yang berpengalaman.
Zara menikmati setiap sentuhan dari bibir dan ciuman Dave.
Ciuman yang rakus di lakukan oleh Dave, tanpa melepas mulutnya yang masih melumat habis bibir sahabatnya itu, sebelah tangannya turun ke leher Zara, menambah desahan lembut dari gadisnya itu. Tangan itu turun ke d**a yang tertutup kemeja dan membuka kancing perlahan.
Desahan Zara mulai memanas, saat ciuman semakin terasa menyenangkan. Tangan itu berhasil membuka beberapa kancing bagian atas kemejanya, terlihat gundukan besar putih menyembul keluar tepat di hadapan Dave.
"Eh." Zara membuka kedua matanya.
Namun saat Zara hendak berontak, ciuman kembali menutup mulutnya yang hendak protes. Tangan yang awalnya tidak protes di tekan oleh tangan kanan Dave untuk menahan tangan Zara. Sebelah tangannya berhasil mendarat di gundukan gunung kembar itu.
Desahan Zara semakin meracau ketika Dave meremas dan memainkan bagian sensitip di gundukan itu. Saat semakin memanas, Dave melepas ciumannya dan turun ke gunung kembar yang terpampang di hadapannya. Dia tersenyum sembari menatap Zara yang sayu mendesah lembut.
Kecupan awal, membuat Zara mengerang, hingga lumàtan di gunung kembar dengan rakus Dave meresapi mereka. Tidak lupa dia meremasnya dengan gemas. Desahan tiap desahan, membuat Zara lupa diri begitupun Dave.
Namun saking panasnya aksi mereka, hingga sebuah dering ponsel membuat mereka tersadar dan mengakhiri ciuman hangat mereka. Dengan Zara yang terbangun dari tubuh Dave dan membenarkan kemejanya yang sudah berantakan. Begitupun rambutnya yang sudah tidak nampak lagi.
"Sebentar ya, Sayang," ucap Dave melepas bibir Zara.
"Hmmm," balas Zara.
Kenapa aku membiarkan dia melakukannya? Padahal aku belum tahu apa yang dia rasakan padku! Unnnh ... Zara bagaimana wajah mu nanti di hadapan dia! gerutu batin Z ara.
"Aku angkat telponnya dulu ya?" pamit Dave tersenyum.
Dave geram, melihat ponselnya yang berdering di saat-saat yang sangat ia nantikan sejak dulu. Zara duduk dan membenarkan dirinya dengan kikuk, ia duduk di samping Dave yang sedang mengangkat ponselnya.
Dave melihat ke arah Zara yang kini sedang gundah dalam diamnya. Ia tersenyum tipis melihat dan dapat merasakan bibir mungil merah ranum milik Zara yang selama ini ia inginkan dan nantikan.
"Ada apa? Kau menelponku hah!" bentak Dave kesal pada seseorang yang menelponya.
"Hmm baik, aku datang!" ucap Dave mengakhiri telponenya dan melihat ke arah Zara di sampingnya.
Dave tersenyum dan menggeser duduknya mendekati Zara yang kini masih duduk di sampingnya dengan perasaan yang tidak bisa di artikan saat ini.
"Aku akan pulang! Bibirmu sangat manis dan aku ingin memilikinya apa boleh?" bisik Dave berbicara di dekat wajah Zara yang kini berbalik dan Cup.
"Aku ...."
"Kadang aku sangat ingin menyentuhnya!" tangan Dave menyentuh bibir ranum Zara."Kadang aku juga ingin menikmatinya," ucap Dave.
Bibir Dave kembali menempel di bibir Zara yang kini membulatkan kedua matanya mendapatkan ciuman bibir Dave kembali dengan ciuman dan lumatän yang lembut. Mereka menutup kedua matanya dan saling menikmati moment ciuman untuk yang pertama kali di antara mereka berdua. Setelah selama ini, mereka hanya beradu mulut pedas saling meledek dan mengisi hari-hari mereka hanya secara formal dan sebagai antara teman jadi sahabat.
"Aku pulang dulu manis, besok aku akan jemput kamu jangan lupa tutup pintu rapat-rapat," ucap Dave tersenyum melepas ciumannya.
"Eemmm." Zara belum sempat berbicara, ciuman dari Dave mendarat lagi mengejutkan Zara dan Dave pergi begitu saja.
Ciuman yang lembut dari Dave, kini berakhir. Dave tersenyum melihat wajah Zara yang cantik dan bibir yang ranum manis, kini ada di hadapannya dan bahkan bisa merasakannya dengan nyata. Itu bukan sebuah khayalan lagi yang seperti Dave lakukan selama ini. Dave berpamitan untuk pulang dan tersenyum di dalam hatinya.
Setelah melihat Dave pergi Zara terdiam. Menyentuh bibirnya dan tersenyum.
"Astaga, apa ini aku malah menikmati ciumannya," gerutu Zara.
"Tapi aku suka, hihi," tambah Zara tersenyum.
"Eeh, apa ini artinya dia suka aku ya? Atau pacaran? Aaaaah aku harusnya bertanya padanya, jangan main cium aja. Malah menikmatinya lagi aku nih! Dasar aku bodoh, tapi suka hihi," Zara tersenyum dan mengingat kembali ciumannya.
Dia berjalan ke kamar mandi membersihkan tubuhnya, setiap sentuhan dari Dave membuat Zara semakin akan perasaannya kepada Dave memang adalah perasaan nyata, bahwa dia menyukai sahabatnya itu. Namun Zara tidak ingin jika dia yang terlebih dahulu mengungkapkannya pada Dave, apalagi Dave terkenal dengan banyaknya kekasihnya yang jauh lebih baik darinya.
"Sepertinya aku hanya bermimpi," gumam Zara merendam tubuhnya di bak mandi.