Membantah Perintah Ayah

1252 Words
Vina juga sama khawatirnya dengan Regina, setelah ini tentu saja kehidupan Regina akan berubah. Ia tidak akan bisa bebas kemana pun lagi. Ia tidak mengerti sebenarnya apa yang ayah Regina itu harapakn dari perjodohan pitrinya. Ditambah pengungkapan jati diri Regina ke depan publik hanya membutanya semakin kesulitan. “Sudah, kau tenag saja. Untuk saat ini kau bisa bersembunyi dulu. Aku akan langsung mengantarmu pulang. Ingat, jangan datang ke kampus dulu selama beberapa hari,” ucap Vina memberi solusi. “Apa itu bisa meredam berita yang sudah terlanjur tersebar?” tanya Regina. “Setidaknya para wartawan yang ingin meminta penjesan bisa kau hindari untuk beberpa saat. Sampai beritanya mereda dengan sendrinya, kau tidak boleh keluyuran dulu,” jelas Vina. Dia merasa sudah bertindak seperti seorang manajer untuk artisnya. “Ya sudah, aku percaya padamu. kalau begitu kita langsung pulang saja,” ucap Regina setuju. Vina mengangguk. Akan tetapi baru saja Vina berniat menghidupkan mesin mobilnya, dari arah depan muncul sebuah mobil hitam bergerak menghampiri mobilnya. Keduanya tertkejut, mobil itu berhenti tepat di depan mobil Vina. Pintu mobil terbuka dan seorang pria tinggi berjas mengmpiri mereka. Pria itu mengetuk kaca jendela mobil. Dengan perasaan tegang dan takut, Vina membuka sedikit kaca jendela mobilnya. “I-iya ada apa, Pak?” tanyanya. “Saya adalah bodyguard nona Regina, saya yang akanemgantar nona Regina pulang,” ucap pria itu. Vina menoleh ke arah Regina dan gadis itu mengangguk. Sebenarnya Regina sendiri sudah tahu jika ia memiliki beberapa pengawal yang selalu menjaga dan mengawasinya, tapi para pengawal itu sama sekali tidak pernah terlihat menampakkan wujudnya sehingga Vina yang selama ini selalu berada di sisi Regina pun tidak pernah tahu kalau sahabatnya yang tajir melintir ini memiliki pengawal. “Jadi kamu punya bodyguard?” Vina bertanya kepada Regina. “Iya,” jawab Regina. “Bagus lagi dong, berarti kamu tidak perlu sembunyi lagi. Ya sudah, sebaiknya kamu ikut pengawalmu pulang saja. Aku juga mau pulang. Tapi sebaiknya jangan ke kampus dulu besok. Buat jaga-jaga saja,” ucap Vina memberi pesan. Setelah bepelukan sejenak, Regina keluar dari mobil Vina dan masuk ke dalam mobilnya. Regina melambaikan tangannya ke arah sahabatnya itu sebelum meninggalkan tempat .Vina menarik nafas panjang lalu melaju bersama mobilnya meninggalkan tempat itu. Sementara itu Roland masih bersama kekasihnya sedang berada di ruangan kelas. Perkuliahan akan berlangsung, satu persatu mahasisinya memasuki kelas. Mereka bersiap untuk memulai kelas tapi dosen belum datang, waktu yang ada dipergunakan Roland untuk belajar mengulang materi terakhir yang telah ia dapatkan. Sang kekasih yang duduk di sampingnya juga terlihat fokus dengan ponselnya. “Ternyata sang idola kampus sudah bertunangan dengan anak konglomerat kaya raya, dengar-dengar kampus kita ini adalah milik dari orang tua tunangannya itu. Wah benar-venar membuat kta iri, ya? Ternyata orang yang sela ini sering di bully ternyata putri dari seorang sultan, aku sekarang sudah tidak mau lagi mengganggu Regina, apalagi dia sudah memiliki seorang tunangan. “ Tiba-tiba terdengar suara yang membuta orang-orang menoleh ke arah Roland. Rolang mengangkat wajahnya dan menatap tajam orang yang berbicara tadi. “Loh, kenapa kau melotot seperti itu? bukankah berita itu benar? aku sih kasihan dengan pacarnya. Sudah capek-capek pacaran, eh, tak taunya di tinggal tunangan.” Orang itu masih terus menyindir. Rolang tidak bisa menahan amarahnya lagi, ia beranjak dari duduknya dan meghampiri orang yang sejak tadi menggagu itu. Akan tetapi baru saja ia hendak melayangkan pukulannya ke arah wajah orang itu, kekasih Roland langsung menahannya. “Jangan, sayang. Dia itu hanya ingin membutamu dalam masalah. kau akan berurusan dengan pihak kampus jika melakukan tindakan k*******n kau tahu itu, kan? orang seperti ini hanya bisa menyebar kebencian dan sirik di mana-mana. Entah hidupnya itu kurang bahagia atau ada masalah dalam keluarganya sendiri sehingga ia tidak tenang jika tidak terus-terusan menganggu hidup orang lain. Sebaiknya jangan pedulikan dia,” cegah gadis itu lalu menarik tangan Roland untuk duduk kembali. “Kau bisa berkata begitu sekarang, tapi lihat saja nanti, kekasih yang kau andalkan itu akan berpaling kepada tunagannya yang kaya raya, karena dia itu matre.” Orang itu masih berteriak tanpa menyerah. Tapi kali ini, kekasih Roland yang mengahmpirinya, pria itu tersenyum karena ia merasa berhasil memancing mereka. Saat kekasih Roland sudah berada tepat di hadapannya, tangan gadis itu langsung melayang dan mendarat tepat di wajah pria itu. Pria itu terkejut, ia tidak menduga akan mendapat tamparan keras dari gadis cantik yang ada di hadapannya itu. Ia hanya bisa memegangi wajahnya yang memerah sambil menatap tajam kekasih gadis itu. Bukan inimyang ia harapkan, ia menginginkan perhatian gadis cantik itu, itulah kenapa ia selalu mengganggunya. “Kau berani menamparku?!” “Iya, karena kau pantas mendapatkan pelajaran! Roland tidak akan meninggalkanku sampai kapanpun, asal kau tau itu!” setelah mengatakan itu, kekesih Roland kembali dan melanjutkan langkanya dan duduk kembali seperti tidak terjadi apa-apa. Orang-orang di dalam kelas mulai saling berbisik tanpa ada satu orang pun yang berani mengeluarkan kata-kata. Tidak lama, dosen masuk dan perkuliahan pun dimulai. Seteah kuliah selesai, Roland dan kekasihnya berjalan menuju parkiran. Mereka hanya terdiam tanpa ada pembicaraan apapun. Keduanya sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Wajah Roland sangat tegang, pikirannya kacau memikirkan apa yang baru saja terjadi. Hari ini kekacauan hidupnya di mulai. Entah apa lagi yang akan terjadi di lain hari. Dan ini semua karena perjodohan tidak berguna itu. Semua kekacauan ini karena Regina! “Hal…!” Roland menghela nafas gusar, ia mengusap wajahnya dengan kasar. Sang kekasih menyentuh lengannya dan tersenyum lembut seakan meyakinkan kepada Roland jika semuanya akan baik-baik saja. “Biarkan mereka bicara semaunya, aku tidak akan pernah peduli. Sepanjang kau sealu berada di sisiku dan memilihku, aku tidak takut akan apapun,” ucapnya menyakinkan Roland. Roland pun memeluk keasihnya itu dengan perasaan kalut, betapa ia berusaha menenangkan hatinya, tetap saja, ia khawatir karena kali ini ia tidak mampu melakukan apapun sesuai keinginannya dan kemungkinan sebentar lagi, ia akan menyakiti hati kekasihnya ini. “Iya sayang, terima kasih kau telah memahami keadaanku,” ucapnya. Di dalam hati ia bertekad untuk memperhatahnkan hubungannya dengan kekasihnya dan memutuskan pertunagan dengan Regina. Atau ia akan membuat Regina sendiri yang memutuskan petunangan mereka. Ia akan membuat Regian tidak mampu bertahan dengannya dan akhirnya menyerah lalu membatalkan perjodohan mereka. Mereka pun masuk ke dalam mobil dan melaju. Setelah mengantar kekasihnya pualng, Roland melaju menunju rumahnya. Hari ini tenaga dan emosinya terkuras sehingga ia merasa sangat letih. Ia ingin tiduran saja di rumah sambil memikirkan apa yang akan ia lakukan agar Regina membatalkan perjodohan mereka. “Kau sudah pulang?” sapa ayahnya. “Iya,” jawab Roland dengan singkat. “Kau mengantar Regina pulang, kan?’ tanya ayahnya lagi. Roland terdiam, ia lupa dengan tugasnya. “Ah, tadi ada banyak pekerjaan yang aku lakuakn di kampus jadi lupa menjemputnya, Pa,” ucap Roland membari alasan. Mendengar itu ayahnnya menjadi marah. “Trus kamu membiarkan tunanganmu begitu saja? apalagi sekarang berita tentang pertunangan kalian sudah menyebar, bagaimana kalau ia terjebak diantara orang-orang yang atau Para wartawan yang mencari berita. Kau tidak memikirkan itu dan meninggalkannya sendiri?!” “Regina pasti bersama temannya, pa, jangn khawatir,” elak Ronald. Ia sangta malas membahas tentang Regina. Apalagi pikirannya saat ini penat. “Jangan khawatir apan maksudmu? Cepat telepon dia, pastikan kalau dia sudah berada di rumah dengan selamat,” perintah sang ayah mertua, Roland yang sejak tadi sudah kesal tanpa sadar menolak ayahnya dengan suara lantang. “Tidak! sampai kapan Papa akan memaksaku untuk dekat dengannya? itu semua tidak akan berhasil, Pa. Aku punya kekasih dan aku tidak akan pernah meningglaknnya. Aku mencintai kekasihku dan tidak ingin menikah dengan Regina!” ucapnya penuh emosi. “Apa katamu?!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD